Sekolah Lansia dan Hal-Hal yang Diperlukan untuk Mendukung Kesejahteraan Lansia

Foto: Manh LE di Unsplash.
Setiap orang berhak atas kehidupan yang sehat dan sejahtera, tidak terkecuali orang-orang lanjut usia (lansia). Sebagai kelompok rentan, lansia membutuhkan dukungan dalam berbagai aspek yang memungkinkan mereka agar lebih berdaya. Terkait hal ini, beberapa daerah di Indonesia telah meluncurkan sekolah lansia sebagai respons terhadap berbagai tantangan yang muncul dari meningkatnya populasi penduduk lansia. Namun, mendukung kesejahteraan lansia memerlukan lebih dari itu.
Lansia di Indonesia
Berdasarkan Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2024, persentase penduduk lansia mencapai 12% (sekitar 29 juta penduduk) dari total populasi, dengan rasio ketergantungan lansia sebesar 17,08%. Lansia di Indonesia secara umum menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait masalah kesehatan dan kesejahteraan. Data BPS mencatat 2 dari 5 lansia mengalami keluhan kesehatan, namun banyak lansia yang menghadapi kendala terkait akses dan kualitas layanan kesehatan.
Sementara itu, banyak lansia yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan; namun banyak dari mereka yang bekerja di sektor informal dan bekerja sebagai pekerja rentan (75,21%) dan menjadi pekerja tidak tetap (18,66 %). Selain itu, 20,69 % pekerja lansia bekerja lebih dari 48 jam dalam seminggu, dengan penghasilan rata-rata jauh di bawah upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
Tantangan lainnya adalah rendahnya tingkat perlindungan sosial. Data BPS menunjukkan sebagian besar lansia menggantungkan hidup pada anggota keluarga yang bekerja, dan hanya sebagian kecil yang menerima dana pensiun atau bantuan sosial secara rutin. Selain itu, ada pula tantangan dalam aspek dukungan keluarga, dimana perubahan struktur keluarga modern telah menyebabkan banyak lansia mengalami kesepian karena hanya tinggal sendiri atau hanya dengan pasangan, yang berdampak terhadap kondisi mental dan emosional mereka.
Sekolah Lansia
Keberadaan program atau inisiatif yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan lansia adalah hal esensial dalam pembangunan agar tidak ada seorang pun yang tertinggal di belakang. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa daerah di Indonesia telah meluncurkan sekolah lansia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan lansia melalui pembelajaran yang berfokus pada kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan yang relevan dengan berbagai aspek kehidupan.
Secara umum, sekolah lansia memberikan materi pembelajaran dengan tujuh dimensi lansia tangguh, yakni spiritual, intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional, vokasional, dan lingkungan. Selain pemerintah, sekolah lansia turut diinisiasi oleh berbagai entitas lainnya termasuk organisasi masyarakat sipil hingga perguruan tinggi.
Di Wonosobo, Jawa Tengah, misalnya, sekolah lansia diinisiasi oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo, pada Juni 2022. Lalu pada September 2022, sekolah lansia dibuka di Desa Cepogo, Kabupaten Jepara, atas kerja sama antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Pemkab Jepara.
Pada Februari 2025, Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan Sekolah Lansia berbasis perguruan tinggi di Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, berkolaborasi dengan BKKBN. Sekolah Lansia tersebut melengkapi 16 sekolah lansia di beberapa kelurahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang telah lebih awal berdiri.
Di Bali, Kabupaten Gianyar meluncurkan Sekolah Lansia pada 26 Mei 2025 untuk merespons peningkatan angka harapan hidup sekaligus menjawab tantangan penuaan populasi (aging population). Gianyar menyusul daerah lain di Bali yang telah lebih dahulu mendirikan, seperti Tabanan, Buleleng, dan Badung.
Mendukung Kesejahteraan Lansia
Penuaan populasi adalah tantangan serius yang diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. BPS memproyeksikan bahwa pada tahun 2045, jumlah penduduk lansia akan mencapai 65,82 juta jiwa atau setara 20,31 persen dari total penduduk. Tantangan tersebut diperkirakan akan semakin meningkat mengingat banyak lansia yang terjerat dalam kemiskinan multidimensi dan berjuang melawan berbagai penyakit dan kondisi disabilitas.
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang tepat dan terukur dan intervensi secara holistik dalam berbagai aspek. Hal ini sangat krusial, tidak hanya untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan lansia, tetapi juga masyarakat dan komunitas secara menyeluruh. Dalam hal ini, sekolah lansia saja tidaklah cukup. Semua itu membutuhkan dukungan yang bermakna dari seluruh pihak dalam berbagai hal, termasuk namun tidak terbatas pada peningkatan perlindungan sosial yang ramah lansia, promosi perawatan sosial menyeluruh bagi lansia, penguatan solusi berbasis komunitas, peningkatan infrastruktur perawatan lansia, dan penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap lansia.
Selain itu, karena setiap orang akan menjadi lansia pada waktunya, sebuah laporan yang diterbitkan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UNDESA) menawarkan dua tindakan kebijakan utama yang diperlukan untuk mendukung hak-hak lansia dalam jangka panjang:
- Mempromosikan akses yang setara sejak lahir, mulai dari akses tempat tinggal, makanan, dan perawatan yang layak sejak lahir, hingga pendidikan berkualitas yang mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang memungkinkan orang untuk meningkatkan produktivitas di tempat kerja serta menghasilkan pendapatan, tabungan, dan kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, penting juga untuk mengatasi isu terkait kerja-kerja domestik dan mendorong investasi untuk memastikan setiap orang mendapatkan akses yang setara untuk mencapai kehidupan yang baik seiring bertambahnya usia.
- Mendistribusikan sistem pensiun yang memadai, antara lain dengan memperkuat tabungan untuk hari tua dan meningkatkan literasi keuangan, memperluas skema pensiun yang didanai oleh pajak untuk memberikan jaminan pendapatan dasar untuk lansia, serta memperkuat kelembagaan dunia kerja melalui formalisasi sektor informal.

Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, akselerasi dampak positif Anda untuk masyarakat (people) dan lingkungan (the planet).
Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.