Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Agroforestri Bantu Atasi Konflik Tenurial di KHDTK Kepau Jaya

Agroforestri di KHDTK Kepau Jaya membantu mengatasi konflik tenurial dengan menawarkan mata pencaharian berkelanjutan dan mendukung konservasi hutan.
Oleh Lailatun Mubarokah
28 Februari 2025
Pakis Staghorn menempel di batang pohon dengan daunnya yang menjuntai dan dikelilingi oleh rerumputan liar di tengah hutan rimbun.

Foto: Travel Photography di Freepik.

Hutan adalah sumber daya fundamental yang menentukan keseimbangan alam dan kualitas hidup semua makhluk di Bumi. Namun, kerusakan hutan di berbagai tempat terus meningkat akibat penebangan liar dan alih fungsi lahan, termasuk untuk kepentingan pertanian. Untuk mengurangi kerusakan hutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, agroforestri dapat menjadi salah satu solusi potensial. Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kepau Jaya, Kabupaten Kampar, Riau, agroforestri membantu mengatasi konflik tenurial dengan menyediakan alternatif mata pencaharian yang berkelanjutan.

Hutan di Indonesia dan Tantangan Pengelolaannya

Indonesia memiliki hutan alam tropis seluas 144 juta hektare, dengan 113 juta hektare ditetapkan sebagai kawasan hutan tetap dan 30 juta hektare dicadangkan untuk peruntukan lain. Menurut data yang tersedia, dari luas tersebut, 27,4 juta hektare merupakan kawasan hutan konservasi yang terdiri dari 50 taman nasional, 250 cagar alam, 75 suaka margasatwa, 115 taman wisata alam, 23 taman hutan raya, dan 13 taman buru serta kawasan perairan laut.

Namun, program konservasi masih menghadapi tantangan seperti pembalakan liar, alih fungsi lahan, dan kebakaran hutan. Selain itu, konflik kepentingan antara pelestarian hutan dan pembangunan ekonomi, serta kurangnya pengawasan, juga menjadi hambatan utama dalam pengelolaan sumber daya hutan. Di tingkat tapak, konflik tenurial juga sering terjadi, terutama melibatkan masyarakat pengelola hutan dan pelaku usaha. Adanya tumpang tindih pemanfaatan hutan dan lemahnya penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal melengkapi tantangan yang ada.

Agroforestri di KHDTK Kepau Jaya

KHDTK Kepau Jaya terletak di Desa Kepau Jaya, Kabupaten Kampar, Riau. KHDTK seluas 1.027 hektare ini dikelola oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) sebagai kawasan penelitian dan konservasi lingkungan. Namun, sebuah penelitian mengungkap bahwa kawasan hutan ini telah mengalami deforestasi yang signifikan, di mana sekitar 90% dari luas lahannya telah beralih menjadi perkebunan kelapa sawit, baik yang dikelola oleh perusahaan swasta maupun masyarakat.

Pada tahun 2019, Pengelola KHDTK Kepau Jaya bersama Kelompok Tani Hutan Tuah Tani Tonggak Negeri mulai membangun demplot agroforestri seluas 2,7 hektare. Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat dan menyelesaikan konflik lahan melalui sistem pengelolaan yang lebih ramah lingkungan. Tanaman kehutanan seperti gelam, geronggang, dan belangeran dikombinasikan dengan tanaman hortikultura seperti melon, cabai, dan ubi kayu. Hasilnya, lahan yang terdegradasi dapat dimanfaatkan kembali, memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat tanpa merusak lingkungan.

Selain hasil pertanian, agroforestri juga memberikan peluang ekonomi lain bagi masyarakat melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti budidaya lebah madu. Dengan ketersediaan tanaman berbunga di sekitar kawasan agroforestri, masyarakat dapat memanen madu secara berkelanjutan, yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar. Selain madu, masyarakat juga dapat memanfaatkan berbagai tanaman hutan yang memiliki nilai jual, seperti rotan dan tanaman obat. Berbagai produk olahan seperti minyak atsiri dari tanaman tertentu juga menjadi sumber pendapatan tambahan. Dengan diversifikasi, masyarakat tidak hanya bergantung pada pertanian semusim, tetapi memiliki lebih banyak pilihan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pengembangan hasil hutan bukan kayu juga mendukung upaya konservasi kawasan hutan. Dengan adanya nilai tambah dari produk-produk tersebut, masyarakat lebih terdorong untuk menjaga kelestarian hutan dibandingkan mengalihfungsikannya menjadi lahan pertanian intensif.

Keberlanjutan Hutan Demi Masa Depan

Keberlanjutan hutan tidak hanya bergantung pada kebijakan konservasi, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaannya. Konflik tenurial yang sering terjadi di kawasan hutan dapat diselesaikan dengan pendekatan yang mengutamakan keseimbangan antara manfaat ekonomi dan kelestarian ekosistem. Dengan memastikan bahwa masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari hutan melalui sistem yang ramah lingkungan, risiko perambahan hutan dapat dikurangi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang berpihak pada solusi jangka panjang, di mana hutan tetap lestari dan masyarakat sekitar dapat hidup sejahtera tanpa harus merusak lingkungan.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Kemitraan Jepang-UNICEF untuk Tingkatkan Kualitas Gizi dan Pendidikan di Biak Numfor
Berikutnya: Pneumonia Masih Menjadi Pembunuh Senyap di Global South

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.