Kokolomboi Lestari: Konservasi Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Adat
Hutan merupakan sumber penghidupan yang penting bagi manusia dan rumah bagi keanekaragaman hayati. Namun, saat ini hutan menghadapi berbagai ancaman yang semakin meningkat, termasuk deforestasi maupun perburuan liar yang dapat merusak ekosistem hutan. Seperti yang terjadi di Pulau Peleng, Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), Sulawesi Tengah. Deforestasi dan degradasi hutan telah mengakibatkan kondisi lahan kritis yang mengancam keberadaan satwa-satwa endemik di pulau tersebut.
Melalui program Kokolomboi Lestari, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) bergerak bersama masyarakat adat untuk melakukan konservasi hutan Kokolomboi di Pulau Peleng sekaligus meningkatkan taraf hidup penduduk setempat.
Degradasi Hutan Pulau Peleng
Menurut sebuah penelitian, degradasi hutan di Pulau Peleng disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah alih fungsi hutan menjadi area perkebunan, permukiman, dan juga pembangunan jalan. Eksploitasi secara berlebihan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, termasuk dengan mengambil kayu, rotan, hingga berburu binatang di hutan, juga memperparah degradasi.
Sayangnya, sebagian masyarakat Desa Leme-Leme Darat, Kecamatan Buko, yang wilayahnya dekat dengan kawasan Hutan Kokolomboi, juga turut berkontribusi dalam praktik buruk tersebut. Mereka yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian dengan sistem ladang berpindah, kerap melakukan perambahan hutan dan penebangan. Selain itu, sebagian dari mereka juga kerap melakukan perburuan satwa liar untuk kebutuhan komersial maupun konsumsi pribadi.
Tanpa disadari, kebiasaan tersebut semakin memperburuk degradasi hutan yang berujung pada kemiskinan dan kesenjangan sosial masyarakat. Oleh karena itu, penduduk Desa Leme-Leme Darat membutuh alternatif mata pencaharian yang dapat memutus ketergantungan mereka terhadap perambahan hutan dan perburuan.
Kokolomboi Lestari
Pada tahun 2020, PT Pertamina EP Donggi Matindok Field (EP DMF) meluncurkan program Kokolomboi Lestari untuk konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat adat Togong Tanga yang tinggal di Desa Leme-Leme Darat. Program ini dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perburuan dan pembalakan liar.
Upaya konservasi dan pemberdayaan ini salah satunya dilakukan melalui budidaya lebah madu, yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Labi Mopok, seorang penjaga hutan yang didaulat sebagai local hero oleh Pertamina atas jasanya terhadap lingkungan.
Labi Mopok tergerak untuk untuk menghentikan aktivitas pembalakan dan perburuan liar setelah mengetahui keberadaan satwa yang terancam dari peneliti-peneliti yang sering datang ke Pulau Peleng. Sebelumnya, ia bersama warga setempat sempat ditugaskan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bangkep untuk menjaga area hutan Kokolomboi. Namun, kehadiran penjaga hutan tidak serta merta menghentikan aktivitas perburuan dan pembalakan liar begitu saja. Labi lantas terdorong mencari cara alternatif agar masyarakat desa bisa berhenti berburu di hutan, yaitu dengan memulai budidaya madu. Ia memilih madu karena merupakan komoditas yang sering diperjualbelikan oleh masyarakat Pulau Peleng.
Budidaya lebah madu tersebut dilakukan dalam hutan tanpa merusak lingkungan dengan menggunakan batang pohon palem sebagai media sarang bagi lebah hutan. Batang palem yang berasal dari kebun masyarakat dipotong sekitar satu meter dan dilubangi, lalu ditempatkan di dalam hutan dekat dengan pohon berbuah atau bunga-bungaan untuk menarik agar lebah mau bersarang di dalamnya.
Lewat program Kokolomboi Lestari, lebih banyak masyarakat adat di Desa Leme-Leme Darat yang mendapat edukasi dan pendampingan untuk melakukan budidaya lebah ini. PT Pertamina EP DMF juga terlibat dalam memberikan mesin penyaring madu dan pemasaran produk ke berbagai daerah di Indonesia.
Adanya program budidaya lebah ini pun mendukung diversifikasi sumber pendapatan bagi masyarakat adat Desa Leme-Leme Darat sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya tunggal. Selain itu, para petani madu yang dilibatkan juga mengalami peningkatan pendapatan, sehingga tidak perlu lagi melakukan pembalakan hutan atau berburu satwa liar.
Pemulihan Ekosistem
Budidaya lebah merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi kawasan hutan mengingat peran lebah yang dapat membantu penyerbukan tanaman. Pemulihan ekosistem dalam Program Kokolomboi Lestari secara tidak langsung meningkatkan dan mempertahankan tutupan vegetasi dan pengkayaan pakan satwa. Setidaknya, melalui program ini 2.500 pohon telah ditanam dan 4 hektare lahan telah direstorasi, sehingga Indeks Keanekaragaman Hayati baik flora maupun fauna di Hutan Kokolomboi pun ikut meningkat.
Hutan memiliki peran penting untuk mengurangi risiko bencana akibat perubahan iklim. Masyarakat adat yang menjadikan hutan sebagai ruang hidupnya harus dijadikan sebagai aktor utama dalam upaya konservasi dan mitigasi krisis iklim. Perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya dapat mendukung masyarakat adat agar mereka dapat hidup dengan sejahtera dan terlibat dalam perbaikan ekosistem bersama mereka.
Editor: Abul Muamar
Terima kasih telah membaca!
Membership Individu Tahunan Green Network Asia – Indonesia mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional Anda dengan akses online tanpa batas ke platform “Konten Eksklusif” kami yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia. Nikmati manfaat Membership, termasuk -namun tidak terbatas pada- pembaruan kabar seputar kebijakan publik & regulasi, ringkasan temuan riset & laporan yang mudah dipahami, dan cerita dampak dari berbagai organisasi di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil.
Seftyana adalah Freelance Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki minat di bidang penelitian, jurnalisme, dan isu-isu seputar hak asasi manusia.