Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Ekowisata Rammang-Rammang Membantu Menyelamatkan Karst Maros

Berbagai aktivitas manusia seringkali mengancam kelestarian kawasan karst. Di Maros, Sulawesi Selatan, ekowisata Rammang-Rammang menawarkan solusi dengan pengembangan wisata alam berbasis konservasi.
Oleh Andi Batara
26 Februari 2025
Bentang alam hijau perbukitan karst dengan beberapa rumah dan badan air di bawahnya.

Ekowisata Rammang-Rammang, Maros. | Foto: Andi Hasbi Jaya di Unsplash.

Bentang alam karst memiliki peran penting bagi keberlanjutan ekosistem, mulai dari menyimpan cadangan air bersih hingga menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna. Namun, berbagai aktivitas manusia sering kali mengancam kelestarian kawasan karst, menyebabkan degradasi lingkungan hingga terancamnya keanekaragaman hayati. Di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ekowisata Rammang-Rammang menawarkan solusi dengan mengembangkan wisata alam berbasis konservasi.

Ancaman Degradasi Ekosistem Karst

Kawasan karst di berbagai daerah di Indonesia menghadapi ancaman kerusakan dan degradasi akibat pembangunan, pengembangan wisata, hingga pertambangan. Di Desa Salenrang, tempat kawasan karst Rammang-Rammang berada, pencemaran udara dan air akibat aktivitas pertambangan berdampak pada menurunnya hasil pertanian warga hingga sering menyebabkan gagal panen.

Kasus serupa terjadi di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, dan di Pegunungan Sekerat, Kalimantan Timur, di mana pertambangan dan keberadaan pabrik semen telah menyebabkan krisis air, gagal panen, dan kerusakan hasil pertanian, yang berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat setempat. Kondisi ini menunjukkan bahwa eksploitasi kawasan karst tidak hanya mengancam lingkungan, tetapi juga ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat.

Ekowisata Rammang-Rammang: Melawan Eksploitasi Tambang

Bentang alam karst Rammang-Rammang merupakan kawasan karst terbesar kedua di dunia dan merupakan salah satu ikon pariwisata Sulawesi Selatan. Rammang-Rammang termasuk dalam Kawasan Karst Maros-Pangkep (KKMP) yang sejak tahun 2017 telah diakui UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia. Terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kampung Karst Rammang-Rammang menawarkan pemandangan eksotis dari gugusan pegunungan karst yang diperkirakan telah terbentuk sejak 30 juta tahun lalu. Kawasan wisata ini berjarak sekitar 40 km dari Kota Makassar, yang bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam berkendara.

Pada tahun 2009, ada tiga perusahaan yang telah mengantongi izin eksplorasi dan eksploitasi, bahkan salah satunya sudah membangun pabrik dan mulai beroperasi. Namun, masyarakat setempat tidak tinggal diam dan terus berjuang menolak rencana tambang di wilayah mereka. Mereka gigih mempertahankan kelestarian karst melalui berbagai aksi, negosiasi, serta membangun jejaring perlawanan dengan organisasi lingkungan. Perjuangan panjang mereka akhirnya membuahkan hasil pada 2013 ketika izin tambang dihentikan.

Setelah aktivitas pertambangan ditutup, warga kemudian mengembangkan ekowisata berbasis komunitas sebagai alternatif mata pencaharian. Kampung Karst Rammang-Rammang kini dikelola oleh masyarakat setempat melalui Bumdes, dana bantuan CSR, serta kerja sama dengan berbagai pihak. Selain itu, upaya menjadikan Rammang-Rammang sebagai kawasan geopark terus dilakukan hingga akhirnya diakui sebagai bagian dari Geopark Maros-Pangkep oleh UNESCO. Pengakuan ini semakin memperkuat posisi Rammang-Rammang dalam menangkal ancaman eksploitasi industri ekstraktif, sekaligus menjadikannya destinasi wisata berbasis konservasi yang mendapat perhatian internasional.

Melestarikan Karst dengan Kolektivitas

Menjaga kelestarian bentang alam karst membutuhkan peran kolektif masyarakat. Kesejahteraan warga sekitar juga harus diperhatikan agar upaya konservasi berjalan berkelanjutan. Ancaman industri ekstraktif yang merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati akan sulit dibendung jika hanya berfokus pada penolakan dan penghentian tambang. Oleh karena itu, diperlukan alternatif ekonomi yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Editor: Abul Muamar

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial GNA untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Asia Land Forum (ALF): Mendorong Kolaborasi untuk Percepatan Reformasi Agraria
Berikutnya: Singapura Perluas Fasilitas Olahraga untuk Dukung Masyarakat Sehat dan Aktif

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025
Sebuah ilustrasi karya Frendy Marcelino yang menggambarkan tumpukan tote bag dan tumbler tak terpakai yang tumpah keluar dari sebuah tumbler besar. Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Fenomena Penumpukan Produk Ramah Lingkungan di Indonesia

Oleh Nadia Andayani
20 Agustus 2025
orang-orang menonton pertunjukan teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami” Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Merenungi Suramnya Dunia Pendidikan lewat Teater “Robohnya Sekolah Rakyat Kami”

Oleh Nareswari Reswara Widya
20 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia