Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Melihat Bagaimana Pendidikan Kritis dan Demokratis di Sanggar Anak Alam

Sanggar Anak Alam berupaya menghadirkan pendidikan alternatif dengan konsep dan metode yang lebih demokratis dan berpihak pada anak.
Oleh Andi Batara dan Abul Muamar
15 April 2025
anak-anak bermain di tangga sebuah rumah

Foto: Sanggar Anak Alam

Setiap individu memiliki potensi unik dalam proses pembelajaran. Sayangnya, sistem pendidikan yang ada di Indonesia sejauh ini seringkali tidak mempertimbangkan hal itu sehingga kapasitas alamiah pelajar, terutama anak-anak, menjadi tidak berkembang–bahkan hingga mereka dewasa. Proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia (sekolah dan lainnya) umumnya hanya berfokus pada pembelajaran di ruang kelas dengan pelajaran-pelajaran yang “terformula”, baku, dan seragam, sehingga tak jarang membuat anak-anak tertekan atau tidak betah. Di Yogyakarta, Sanggar Anak Alam berupaya menghadirkan pendidikan alternatif dengan konsep dan metode yang lebih demokratis dan berpihak pada anak.

Masalah Sistem Pendidikan di Indonesia

Paulo Freire, filsuf dan tokoh pendidikan asal Brasil, dalam beberapa karyanya mengkritik sistem pendidikan “gaya bank”, di mana siswa diposisikan sebagai objek pasif yang tugasnya hanya menerima, menghafal, dan menyimpan informasi yang diberikan oleh guru. Dalam sistem ini, siswa tidak memiliki ruang untuk berdialog dan mengembangkan pemikiran secara kritis.

Di Indonesia, sistem dan metode pendidikan sebagaimana yang dikritik oleh Freire dapat ditemui dengan mudah di hampir seluruh lembaga pendidikan, terutama pendidikan formal, bahkan hingga tingkat pendidikan tinggi. Di sekolah-sekolah pada umumnya, seringkali terjadi relasi kuasa antara guru dan murid. Guru dianggap sebagai otoritas yang tidak boleh didebat atau disanggah. Hal ini membuat siswa yang kritis dianggap pembangkang dan tidak sopan, sedangkan yang pendiam dianggap lebih baik. Metode atau pendekatan pembelajaran yang dilakukan seringkali bersifat satu arah, dengan murid menyimak dan mengamini pelajaran dari guru, lalu mengerjakan tugas-tugas sesuai instruksi dan pelajaran yang telah disampaikan guru.

Pendidikan Demokratis di Sanggar Anak Alam

Mendengar, saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai.

Slogan tersebut merupakan prinsip yang dipegang oleh Sanggar Anak Alam (Salam), sebuah laboratorium komunitas belajar yang berlokasi di Kampung Nitiprayan, Kelurahan Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Salam bertujuan untuk menciptakan  kehidupan belajar yang merdeka di mana seluruh prosesnya dibangun atas dasar kebutuhan dan kesepakatan bersama seluruh warga belajar yang mencakup anak, orang tua, dan fasilitator.

Di Salam, proses pembelajaran dikemas dengan berbagai kegiatan seperti simulasi, diskusi kelompok, dan lain sebagainya. Perhatian utama dalam pembelajaran di sanggar belajar ini adalah ketahanan pangan, kesehatan, lingkungan dan sosial budaya yang dikembangkan melalui eksperimen dan eksplorasi. Metode pembelajaran yang diterapkan di Salam menitikberatkan pada riset dengan tiga tahap yang disebut sebagai Daur Belajar, yakni:

  • Tahap perencanaan. Pada tahap ini, orang tua bersama fasilitator membuat semacam kurikulum bersama sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Perumusan tersebut berdasar pada pengamatan orang tua dan hasil dialog dengan anak terkait minat belajar anak. Setelah itu, anak akan merumuskan rencana riset ataupun proyek beserta pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab selama prosesnya.
  • Tahap pendampingan riset. Fasilitator akan melihat sudah sampai sejauh mana perkembangan riset anak dan mendiskusikan bersama proses dokumentasi data-data atau segala hal yang dibutuhkan terkait riset ataupun proyek lainnya.
  • Tahap presentasi. Anak akan mempresentasikan hasil risetnya dan mendiskusikan bersama kawan yang difasilitasi oleh fasilitator.

Transformasi Pendidikan Nasional

Pada dasarnya, belajar (learn) adalah keinginan dan kebutuhan alamiah yang tidak dapat dihindari dalam siklus hidup setiap individu. Yang menjadi tantangan adalah menciptakan pendidikan (sistem yang mengorganisir proses pembelajaran) yang dapat mengakomodir kebutuhan dan keinginan belajar setiap individu sesuai kapasitas alamiah mereka. Transformasi sistem pendidikan nasional diperlukan untuk mewujudkan hal ini. Diawali dengan kemauan politik dari pengambil kebijakan untuk sungguh-sungguh mencerdaskan semua orang, transformasi pendidikan membutuhkan upaya komprehensif dan koheren, termasuk namun tidak terbatas pada peningkatan kapasitas guru, peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan penguatan sistem evaluasi yang adil dan berorientasi pada pengembangan karakter.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Menakar Dampak Pendanaan Danantara untuk Proyek Hilirisasi Batubara dan DME
Berikutnya: Membangun Sistem Dukungan Inklusif untuk Orang-orang dengan Gangguan Bipolar

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia