Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • Akar Rumput
  • GNA Knowledge Hub

Revitalisasi Rawa Pening dan Dampaknya bagi Masyarakat Setempat

Revitalisasi Rawa Pening, yang dimaksudkan untuk memulihkan fungsi ekologis danau, kenyataannya justru membawa petaka bagi masyarakat desa setempat.
Oleh Fahran Wahyudi
2 September 2025
papan bertuliskan tanah milik pemerintah desa asinan yang ditancapkan di tepi rawa pening

Papan penanda status tanah milik desa di tepi Danau Rawa Pening. | Foto: Fahran Wahyudi.

Jawa Tengah memiliki danau alami yang luasnya mencakup empat kecamatan di Kabupaten Semarang–Rawa Pening namanya. Bagi masyarakat setempat, danau ini bukan sekadar danau. Selama puluhan tahun, danau ini telah menjadi sumber air utama yang mengairi sawah dan menopang perikanan skala kecil mereka—mata pencaharian utama mereka. Bahkan, eceng gondok yang tumbuh liar di danau ini pun disulap menjadi kerajinan tangan oleh para pengrajin lokal.

Namun, Rawa Pening kini tak lagi sama. Ekosistem lahan basah tersebut telah menunjukkan tanda-tanda degradasi akibat penumpukan sedimentasi, gulma invasif, dan pencemaran. Syahdan, pada tahun 2021, pemerintah meluncurkan proyek revitalisasi Rawa Pening sebagai bagian dari program prioritas nasional untuk menyelamatkan danau-danau prioritas yang kritis. Proyek ini meliputi pengerukan sedimen dan pembuangan eceng gondok invasif untuk memulihkan kapasitas penampungan air. Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah banjir sekaligus mengamankan pasokan air bersih dan potensi hydropower.

Pada dasarnya, tujuan-tujuan ini penting untuk melestarikan fungsi ekologis danau dan mendukung keberlanjutan jangka panjang. Namun kenyataannya, proses revitalisasi justru membawa petaka bagi masyarakat desa setempat.

Dampak Revitalisasi Rawa Pening dan Munculnya Patok-patok Batas Tanpa Dialog

Saya berkesempatan menyaksikan langsung keadaannya ketika menjadi bagian dalam tim peneliti yang mengkaji dampak proyek revitalisasi Rawa Pening terhadap warga Desa Asinan, salah satu desa yang berada di kawasan Rawa Pening, Kecamatan Bawen. Selama penelitian berlangsung, kami bertemu dengan beberapa penduduk desa setempat untuk mendengar seperti apa perjuangan dan permasalahan yang mereka hadapi terkait proyek tersebut.

Kenyataannya sungguh memprihatinkan. Mereka menghadapi banjir parah akibat penutupan pintu air Tuntang. Banjir tersebut menyebabkan hampir 2.000 petani di 14 desa sekitar tidak dapat menggarap sawah mereka yang luasnya sekitar 500 hektare. Pariyono, salah satu petani di Desa Asinan, bercerita bahwa sawahnya telah terendam selama tiga tahun berturut-turut, menyebabkan gagal panen berulang kali.

Alat berat mengeruk eceng gondok di Danau Rawa Pening.
Alat berat mengeruk eceng gondok di Danau Rawa Pening. | Foto: Fahran Wahyudi.

Selain itu, sebagai bagian dari proyek revitalisasi, pemerintah juga telah membuat patok-patok batas baru di sekitar Rawa Pening yang melintasi rumah dan sawah warga—semuanya dilakukan tanpa pemberitahuan. Menurut Suwandi, seorang petani kecil yang sawahnya telah lama bersertifikat, patok kayu dan besi di lahan sawahnya tiba-tiba sudah terpacak tanpa ada konsultasi terlebih dahulu. Mereka terkejut ketika tahu bahwa tanah mereka yang memiliki sertifikat resmi kini dianggap sebagai bagian dari zona penyangga milik negara. Lantas, patok-patok ini digunakan sebagai titik acuan untuk pengerukan, lagi-lagi tanpa melibatkan pemilik lahan.

Menegakkan Keadilan

Akibat proyek revitalisasi tersebut, masyarakat yang tinggal di sekitar Rawa Pening mengalami banyak hal buruk, mulai dari kerugian ekonomi hingga tekanan psikologis. Secara umum, warga yang kami wawancarai sepakat bahwa danau tersebut memang harus dipulihkan. Namun, mereka menuntut keadilan dan transparansi dalam pelaksanaan proyek revitalisasi. Beberapa dari mereka dengan tegas menentang perluasan batas danau, yang akan terus merampas lahan pertanian mereka.

Sementara itu, Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) telah mengajukan tiga tuntutan. Pertama, pemerintah harus mencabut keputusan yang menyebabkan naiknya permukaan air dan banjir. Kedua, mereka menuntut pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada petani atas kegagalan panen selama tiga tahun. Terakhir, mereka meminta pemerintah menjamin bahwa penduduk desa dapat terus bercocok tanam dua kali setahun di lahan tepi danau yang subur.

Di tengah perjuangan ini, semangat solidaritas warga Desa Asinan menjadi kekuatan penting. Para petani dan nelayan membentangkan spanduk penolakan proyek revitalisasi di sepanjang jalan utama. Mereka juga menulis surat, menggelar demonstrasi di kantor-kantor Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi, bahkan membawa kasus ini ke forum nasional. Warga desa saling mendukung dalam mengorganisir protes dan berbagi informasi.

Masyarakat Desa Asinan dan para pendukungnya mengingatkan bahwa partisipasi masyarakat adalah kunci dalam pembangunan. Pada akhirnya, revitalisasi Rawa Pening harus sejalan dengan keadilan sosial, yang melibatkan partisipasi inklusif dari masyarakat yang paling terdampak. Hanya dengan dialog terbuka, kompensasi yang adil, dan penghormatan terhadap kearifan lokal, revitalisasi ini dapat benar-benar memulihkan ekosistem Rawa Pening tanpa mengorbankan warga yang menganggapnya sebagai rumah.

Editor: Abul Muamar dan Nazalea Kusuma


Terbitkan laporan lapangan dan cerita dari akar rumput dalam lensa isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), utamanya dengan perspektif yang melayani kebutuhan komunitas akar rumput dan kepentingan publik. Pelajari Panduan Laporan Akar Rumput GNA.

Dukung Green Network Asia dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Fahran Wahyudi
+ postsBio

Fahran adalah seorang relawan, peneliti sosial, dan community organizer yang berpengalaman di bidang industri konstruksi dan pendidikan alternatif. Ia memiliki minat yang kuat terhadap pembangunan berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat, dan diplomasi.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Kepemimpinan Perempuan di Tengah Ruang yang Bergerak
Berikutnya: Ihwal Kesenjangan Gaji Berbasis Gender dalam Olahraga dan Bagaimana Dampaknya

Lihat Konten GNA Lainnya

dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025
Dua perempuan menampilkan tarian Bali di hadapan penonton. Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Oleh Attiatul Noor
13 Oktober 2025
perempuan yang duduk di batang pohon besar, laki-laki berdiri di sampingnya dan dikelilingi rerumputan; keduanya mengenakan pakaian tradisional Papua Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Oktober 2025
stasiun pengisian daya dengan mobil listrik yang diparkir di sebelahnya. Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan

Oleh Kresentia Madina
10 Oktober 2025
seorang pria tua duduk sendiri di dekat tembok dan tanaman Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia

Oleh Abul Muamar
9 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia