Schneider Electric Hadirkan Solusi Industri Hijau dan Cerdas di Indonesia

Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation Schneider Electric Indonesia, pada sesi Keynote Speech bertajuk Driving Sustainability Thru Digitization & Automation. | Foto: Schneider Electric.
Schneider Electric, perusahaan energi dan otomasi asal Prancis, menunjukkan peran dalam mendukung agenda keberlanjutan industri Indonesia melalui partisipasi di Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025. Acara yang digelar pada 17–18 September 2025 di Jakarta International Convention Center ini mengusung tema Smart Nation 2025: Building Stronger, Moving Faster Toward Sustainability, sejalan dengan komitmen Schneider Electric untuk mempercepat digitalisasi dan otomasi sebagai fondasi industri hijau dan berkelanjutan di masa depan.
Tantangan Industri dan Tren Saat Ini
Pada sesi Keynote Speech bertajuk “Driving Sustainability Thru Digitization & Automation”, Tonny Hendro Kusumo, Business Vice President Industry & Process Automation Schneider Electric Indonesia, menekankan bahwa industri saat ini masih menghadapi berbagai tantangan. Operasional yang terfragmentasi, lonjakan permintaan energi yang memicu peningkatan emisi karbon, serta tekanan dari investor dan konsumen untuk praktik yang lebih berkelanjutan, adalah beberapa tantangan yang tak terelakkan.
Dalam paparannya, Tonny menggarisbawahi tiga megatrend yang mendorong perubahan global: perubahan iklim, digitalisasi & AI, serta transisi energi. Hasil Sustainability Survey 2024 yang dilakukan Schneider Electric menunjukkan 52% perusahaan di Indonesia menilai perubahan iklim sebagai risiko signifikan, sementara 47% melaporkan gangguan rantai pasok yang berkaitan dengan iklim dalam 12 bulan terakhir. Di sisi lain, laju digitalisasi dan adopsi kecerdasan buatan (AI) diproyeksikan meningkatkan konsumsi energi hingga 4,2 kali lipat pada periode 2023–2028, bahkan satu permintaan ChatGPT saja mengkonsumsi energi 10 kali lebih besar dibandingkan pencarian Google sederhana.
Namun, peluang tetap terbuka karena hingga 70% emisi CO2 dapat dihilangkan dengan teknologi yang sudah tersedia saat ini, apabila diintegrasikan dalam strategi dekarbonisasi yang tepat.
“Data ini menunjukkan urgensi bagi industri untuk berubah. Tantangan yang kita hadapi adalah nyata, namun peluangnya juga besar. Dengan digitalisasi, otomasi, dan elektrifikasi, kita dapat menjembatani kesenjangan menuju operasional yang lebih efisien, tangguh, dan berkelanjutan,” ujar Tonny.
Mengurangi Konsumsi Energi untuk Mendorong Industri Hijau
Untuk menjawab tantangan tersebut, Schneider Electric menghadirkan solusi EcoStruxure, sebuah platform terbuka berbasis Internet of Things (IoT), yang menghubungkan seluruh rantai operasional—dari lantai produksi hingga cloud. Melalui solusi ini, Schneider Electric telah membantu pelanggan global mencapai tujuan keberlanjutan dengan mengoptimalkan penggunaan energi dan mengurangi emisi. Hingga saat ini, lebih dari 734 juta ton emisi CO2 berhasil dihindari, dengan target mencapai 800 juta ton pada 2025.
Solusi ini juga telah terbukti di kedua smart factory Schneider Electric di Indonesia yang berada di Cikarang dan Batam. Transformasi digital kedua pabrik ini dimulai sejak 2017 sebagai bagian dari inisiatif global Schneider Electric untuk mendigitalkan fasilitas manufaktur. Pabrik Schneider Electric di Batam bahkan menjadi salah satu showcase global Schneider Electric dengan pengakuan sebagai Global Lighthouse oleh World Economic Forum.
Di smart factory Batam, penerapan EcoStruxure berhasil meningkatkan produktivitas hingga 35%, mengurangi konsumsi energi sebesar 37%, serta menekan emisi karbon sebesar 1.002 ton. Pabrik ini juga mencatat pengurangan material terbuang hingga 54%, penurunan emisi CO2 pada rantai pasok utama hingga 42%, serta mengurangi emisi CO2 hingga 1.002 ton. Sementara di smart factory Cikarang, Schneider Electric memadukan EcoStruxure dengan instalasi panel surya untuk memperkuat keberlanjutan. Hasilnya, pabrik ini mampu menghasilkan energi terbarukan sebesar 200 kWp setiap tahun, mengurangi emisi karbon sebesar 181 ton per tahun, serta menghemat energi hingga 6.935 kWh.
Selain memberikan keynote, Tonny juga berpartisipasi dalam panel diskusi bertema Smart Manufacturing: Transforming Indonesia’s Industrial Future bersama perwakilan pemerintah dan industri. Dalam sesi tersebut, ia menegaskan bahwa masa depan manufaktur akan bergerak menuju paradigma otomasi berbasis software-defined. Pendekatan ini mendorong integrasi yang lebih terbuka dan fleksibel melalui Universal Automation, sehingga industri tidak lagi terikat pada sistem yang terkunci pada satu vendor. Dengan mengacu pada standar IEC 61499, Universal Automation kini telah diadopsi oleh puluhan pelanggan lintas industri. Melalui EcoStruxure Automation Expert, Schneider Electric membantu menyederhanakan integrasi, mempercepat skalabilitas, sekaligus memberdayakan generasi berikutnya untuk berinovasi dengan lebih adaptif.
Editor: Abul Muamar

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.
Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan Anda
Schneider Electric adalah perusahaan multinasional asal Prancis yang bergerak dalam bidang otomatisasi digital dan manajemen energi.