Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bagaimana Hong Kong dapat Membangun Kepercayaan Konsumen terhadap Keberlanjutan

Orang-orang menginginkan produk yang selaras dengan kesehatan, keluarga, dan nilai-nilai mereka, tetapi puluhan tahun janji yang berlebihan telah menumpulkan kepercayaan konsumen.
Oleh Kun Tian
20 Oktober 2025
Seseorang memberikan paper bag kepada orang lain

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Lanskap pasar dan konsumsi sedang bergeser seiring meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan di kalangan masyarakat umum di seluruh dunia, termasuk di Hong Kong. Masyarakat ingin berubah. Survei menunjukkan hampir tujuh dari sepuluh orang akan meninggalkan merek yang berkinerja buruk dalam hal keberlanjutan. Namun, hanya sekitar tiga dari sepuluh yang benar-benar mengubah kebiasaan belanja mereka. Kesenjangan ini menandakan krisis kredibilitas dan kepercayaan konsumen: masyarakat menginginkan produk yang selaras dengan kesehatan, keluarga, dan nilai-nilai mereka—tetapi mereka tidak mendapatkan informasi yang andal atau hasil yang dapat diverifikasi yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan.

Kesenjangan Kepercayaan Konsumen

Konsumen di Hong Kong mulai kehilangan kesabaran dengan klaim “hijau” yang samar. Dalam survei Hong Kong Green Market Outlook 2025, hampir dua pertiga responden menemukan klaim lingkungan yang menyesatkan. Rasa frustrasi ini meningkat seiring meningkatnya risiko iklim. Hong Kong baru saja mengalami bulan Agustus dengan curah hujan tertinggi ketiga dalam sejarah, sebuah pengingat yang merugikan bahwa penundaan memiliki konsekuensi.

Skeptisisme secara khusus tinggi di Asia, di mana janji-janji yang berlebihan selama puluhan tahun telah menumpulkan kepercayaan konsumen. Perlu dicatat juga bahwa sebagian besar produk dan layanan “berkelanjutan”, saat ini, hanya dapat diakses oleh masyarakat kelas atas dan menengah yang sehat dan nondisabilitas. Lebih lanjut, penekanan berlebihan pada pilihan individu dalam menghentikan krisis ekologi terasa hampa dengan kurangnya dukungan struktural karena kekuatan-kekuatan terbesar terus menindas.

Jangan Beri Omong Kosong

Namun, kepercayaan konsumen belum sepenuhnya hilang. Di seluruh daerah, merek-merek berusaha mendapatkan kembali klaim mereka dengan bukti. Di Singapura, Shiok Meats memelopori makanan laut berbasis sel dengan pendekatan yang mengutamakan keselamatan untuk meredakan kekhawatiran akan penangkapan ikan berlebihan dan keamanan pangan. Di China Daratan, HeyTea telah menghubungkan pertumbuhan dengan sumber yang dapat dilacak dan kemasan terbarukan, yang didukung oleh pelaporan yang lebih transparan. Di Hong Kong, ekspansi restoran berbasis nabati yang dilakukan Green Monday mengurangi konsumsi daging hingga mencapai penghematan karbon yang terukur. Pelajarannya: kredibilitas bertambah ketika hasilnya spesifik, proksimal, dan teraudit.

Sementara itu, aturan pengungkapan iklim dan ESG baru di Bursa Efek Hong Kong mulai berlaku pada Januari 2025. Hal ini telah menggeser pelaporan perusahaan dari manajemen reputasi menjadi akuntabilitas. Era penceritaan selektif telah berakhir; perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saham kini diharapkan menghasilkan data yang berguna dan dapat diperbandingkan dalam pengambilan keputusan.

Tiga kekuatan meningkatkan standar kejujuran. Pertama, blockchain meningkatkan keterlacakan rantai pasokan. Kedua, Kecerdasan Buatan (AI) mempercepat penilaian siklus hidup dan memunculkan titik-titik panas yang sebelumnya tersembunyi dalam spreadsheet. Dan terakhir, media sosial memberikan pengawasan publik yang instan terhadap setiap klaim. Intinya bagi para pemasar sederhana: publikasikan data terperinci, cari verifikasi independen, dan akui kemajuan atau kemunduran. Transparansi, jika dilakukan dengan baik, akan menjadi keunggulan kompetitif.

Bagaimana Hong Kong Dapat Memimpin

Keunggulan Hong Kong nyata: kedalaman di bidang keuangan, posisi gerbang menuju rantai pasok China Daratan, dan basis konsumen yang menuntut. Kota ini telah memimpin Asia dalam pencatatan obligasi hijau dan terkait keberlanjutan. Hong Kong dapat memperluas kepemimpinan tersebut ke pemasaran dan kepercayaan konsumen dengan menetapkan standar praktis untuk klaim “yang mengutamakan bukti”.

Empat langkah akan membuka momentum:

  • Wajibkan verifikasi klaim independen. Mewajibkan merek untuk menggunakan sertifikasi pihak ketiga untuk klaim yang sangat penting (misalnya, net-zero, dapat didaur ulang) dan menampilkan lencana audit yang dapat dikenali konsumen.
  • Buat pengungkapan yang mudah dipahami konsumen. Menerjemahkan laporan iklim dan ESG ke dalam dasbor berbahasa sederhana yang menghubungkan fitur produk dengan hasil yang terukur.
  • Bangun kredibilitas lintas sektor. Bermitra dengan universitas, OMS, dan komunitas untuk merancang metrik bersama dan membuka ruang data untuk ditinjau.
  • Berikan penghargaan atas bukti di titik penjualan. Uji coba insentif retailer—ruang rak, potongan biaya—untuk merek yang menyediakan data dampak tingkat produk yang terverifikasi.

Melokalkan Proposisi Nilai

Untuk keunggulan yang lebih kompetitif, memahami konteks lokal sangatl penting. Pemasaran hijau yang autentik harus dirancang ke dalam operasional—bukan hanya sekadar kemasan. Pemasaran ini juga harus mencerminkan prioritas lokal.

Tidak seperti di Barat—di mana daya tarik ramah lingkungan seringkali bertumpu pada citra beruang kutub atau hutan hujan yang jauh—konsumen Asia mempertimbangkan keberlanjutan melalui kacamata pribadi. Menurut survei Bain & Company, lebih dari separuh responden menyebutkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga sebagai alasan utama memilih produk yang lebih berkelanjutan.

Konsumen Hong Kong merespons paling baik dalam hal kesehatan, keselamatan, dan kualitas hidup. Sementara itu, orang Singapura merespons efisiensi dan inovasi; dan orang Indonesia merespons keterjangkauan dan akses.

Di seluruh kawasan, orang-orang terlibat ketika keberlanjutan merupakan tambahan nyata bagi manfaat inti—rasa yang lebih baik, produk yang lebih tahan lama, bahan yang lebih aman—alih-alih sekadar sinyal kebaikan yang abstrak. Proposisi-proposisi ini berhasil karena menekankan pemberdayaan dan nilai nyata, bukan rasa bersalah.

Tanggung Jawab dan Daya Saing Saling Beriringan

Ini bukan lagi hanya soal melakukan hal yang benar. Kini, ini juga tentang bagaimana tetap bertahan. Perusahaan dengan kredensial ESG yang kredibel akan diunggulkan seiring pengetatan regulasi global. Rantai pasok yang menanamkan ketahanan melalui desain berkelanjutan akan menangani guncangan dengan lebih baik. Perusahaan yang menyelaraskan operasi dengan nilai-nilai akan menarik talenta muda yang menganggap prinsip sama pentingnya dengan gaji.

Era greenwashing sedang menuju akhir riwayatnya—bukan hanya karena regulator menuntutnya, tetapi karena konsumen kini menyadari perbedaan antara keberlanjutan sebagai taktik dan keberlanjutan sebagai strategi. Yang pertama mengundang skeptisisme; yang kedua menghasilkan kepercayaan & loyalitas konsumen, kekuatan penetapan harga, dan ketahanan. Hong Kong dapat memimpin Asia dengan menyelaraskan omongan dengan tindakan yang dapat diverifikasi—atau menyaksikan kepercayaan mengalir kepada mereka yang melakukannya.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Kun Tian
+ postsBio

Kun Tian adalah Dosen Senior Marketing and Analytics di Kent Business School. Penelitiannya berfokus pada perilaku konsumen, inovasi digital, dan konsumsi berkelanjutan, dengan penekanan khusus pada pasar negara berkembang di Asia dan persimpangan antara teknologi, kebijakan, dan kesehatan masyarakat.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
Berikutnya: Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan

Lihat Konten GNA Lainnya

tangan memutari bibit tanaman Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan

Oleh Polykarp Ulin Agan
20 Oktober 2025
bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia