Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Potensi Budidaya Rumput Laut untuk Aksi Iklim dan Ketahanan Masyarakat

Di tengah tekanan yang semakin meningkat, budidaya rumput laut menawarkan potensi untuk dalam membangun ekosistem laut yang sehat dan masyarakat pesisir yang tangguh.
Oleh Attiatul Noor
21 Oktober 2025
Hutan rumput laut dengan sinar matahari yang menembus air

Foto: Silas Baisch di Unsplash.

Di tengah meningkatnya tekanan akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia, laut kita kini berada di bawah ancaman. Dalam hal ini, rumput laut berpotensi sebagai solusi berbasis alam karena jasa ekosistemnya bagi manusia dan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perluasan budidaya rumput laut dapat menjadi kunci dalam membangun ekosistem laut yang sehat dan masyarakat pesisir yang tangguh.

Solusi Berbasis Alam untuk Krisis Iklim dan Masalah Kesehatan Laut

Rumput laut memainkan peran strategis dalam mengatasi krisis iklim dan menjaga kesehatan laut. Hutan rumput laut dan kelp diketahui dapat menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, menghasilkan oksigen, dan membantu menstabilkan pH laut.

Sebuah studi memperkirakan bahwa ekosistem rumput laut global dapat menyerap hingga 173 juta ton karbon per tahun, menjadikannya solusi alami untuk mitigasi perubahan iklim. Penelitian lain mengungkapkan bahwa hamparan rumput laut dapat menyimpan karbon dalam sedimen pada tingkat yang sebanding dengan ekosistem pesisir lainnya seperti hutan mangrove, rawa asin, dan padang lamun.

Dalam hal ini, memperluas budidaya rumput laut secara global dapat menghilangkan hingga 140 juta ton CO₂ per tahun pada tahun 2050. Budidaya rumput laut yang lebih tua dan lebih besar juga menunjukkan kapasitas penyimpanan karbon yang lebih besar. Selain itu, budidaya rumput laut juga berkontribusi terhadap perlindungan pesisir dengan mengurangi erosi dan menyerap kelebihan nutrisi yang menurunkan kualitas air. Ekosistem rumput laut yang dibudidayakan di tambak dapat mengurangi hingga 30% energi gelombang selama badai, sekaligus menyediakan habitat penting bagi spesies ikan yang bernilai komersial.

Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Dari perspektif sosial-ekonomi, potensi ekologi yang disebutkan di atas juga membentuk fondasi yang kuat bagi masyarakat pesisir untuk beradaptasi dan membangun ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, rumput laut sendiri menawarkan peluang untuk memperkuat ketahanan pangan. Rumput laut dapat tumbuh dengan cepat tanpa membutuhkan lahan subur atau air tawar, menjadikannya sumber pangan bergizi yang kaya akan protein, serat, dan berbagai zat gizi mikro.

Pada tahun 2021, produksi rumput laut global mencapai sekitar 36,3 juta ton, dengan 97% berasal dari akuakultur, menunjukkan pertumbuhan pesat dan potensi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat pesisir. Industri budidaya rumput laut telah memberdayakan jutaan orang, dengan sekitar 40% usaha di sektor ini dipimpin oleh perempuan.

Salah satu inisiatif yang mendukung budidaya rumput laut adalah program Blue Horizon: Ocean Relief through Seaweed Aquaculture yang diinisiasi oleh World Wildlife Fund (WWF). Program ini bertujuan untuk membangun rantai nilai rumput laut yang berkelanjutan di Asia Tenggara, sekaligus memberikan manfaat ekologis seperti mitigasi eutrofikasi dan pengasaman laut, serta manfaat sosial-ekonomi melalui peningkatan pendapatan dan ketahanan masyarakat pesisir.

Membangun Masa Depan Berkelanjutan untuk Budidaya Rumput Laut

Meskipun permintaan global akan rumput laut meningkat, masih terdapat beberapa tantangan dalam memastikan praktik budidaya rumput laut yang berkelanjutan. Sebuah laporan dari UNEP menyebut beberapa risiko lingkungan, seperti terjeratnya megafauna laut dari infrastruktur budidaya rumput laut, persaingan dengan habitat liar untuk mendapatkan nutrisi dan cahaya, serta polusi. Selain itu, dampak perubahan iklim terhadap suhu dan keasaman laut, gangguan ekosistem akibat cuaca ekstrem, serta penyebaran penyakit dan hama dapat mengganggu produktivitas budidaya rumput laut.

Untuk mengatasi tantangan ini, kemajuan dalam teknologi budidaya, penelitian genetika, dan manajemen risiko adaptif sangat penting untuk memastikan bahwa industri rumput laut tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang dengan cara yang bermanfaat bagi manusia dan planet ini. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, peneliti, pelaku swasta, pemuda, dan masyarakat pesisir sangat penting untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung praktik akuakultur yang bertanggung jawab terhadap lingkungan serta inklusif.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan
Berikutnya: Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?

Lihat Konten GNA Lainnya

foto palu sidang berwarna coklat dan sebuah borgol yang tergelak di atas permukaan kayu Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?

Oleh Seftyana Khairunisa
21 Oktober 2025
tangan memutari bibit tanaman Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan

Oleh Polykarp Ulin Agan
20 Oktober 2025
Seseorang memberikan paper bag kepada orang lain Bagaimana Hong Kong dapat Membangun Kepercayaan Konsumen terhadap Keberlanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bagaimana Hong Kong dapat Membangun Kepercayaan Konsumen terhadap Keberlanjutan

Oleh Kun Tian
20 Oktober 2025
bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia