Mengubah Limbah Pertanian Menjadi Biomaterial
Foto: Washington Wheat Foundation.
Di tengah upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia yang terus bertambah, limbah pertanian menjadi tantangan yang semakin mendesak. Setiap tahun, jutaan ton residu dan produk sampingan pertanian dibuang atau dibakar, berkontribusi terhadap polusi dan emisi gas rumah kaca. Namun, jika dikelola secara berkelanjutan, limbah pertanian berpotensi mendorong inovasi, mengurangi emisi, dan mendukung ekonomi sirkular yang bermanfaat bagi manusia dan planet Bumi.
Urgensi Pengelolaan Limbah Pertanian
Pertanian memainkan peran vital dalam menopang pasokan pangan dunia. Namun pada saat yang sama, pertanian menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang seringkali tidak terkelola.
Menurut basis data global tentang residu pertanian, masing-masing dari tiga tanaman utama—jagung, gandum, dan beras—menghasilkan lebih dari 1 miliar ton limbah setiap tahunnya. Secara global, Amerika Utara menghasilkan volume residu jagung tertinggi, menyumbang sekitar 0,41 miliar ton setiap tahunnya. Sementara itu, Asia Selatan, khususnya India, menyumbang porsi terbesar limbah gandum dan beras. China juga menempati peringkat teratas sebagai penghasil limbah, menghasilkan lebih dari 99% residu tanaman di Asia Timur.
Sementara itu, metode pengelolaan limbah konvensional, seperti pembakaran terbuka dan pembuangan limbah, masih menjadi yang paling umum. Metode-metode ini berkontribusi terhadap polusi, degradasi tanah, dan emisi GRK, dan beberapa masalah lainnya. Pada tahun 2022, misalnya, sektor pertanian menyumbang 40% dari 355.801 kt total emisi metana global.
Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang paling intensif sumber daya di dunia, dengan limbah yang terus meningkat dan semakin membebani ekosistem. Oleh karena itu, strategi pengelolaan limbah pertanian yang berkelanjutan sangat dibutuhkan.
Mengubah Limbah Menjadi Material Berkelanjutan
Solusi utama pengelolaan limbah adalah mewujudkan sirkularitas. Alih-alih memandangnya sebagai beban, limbah justru dapat menghadirkan potensi.
Di berbagai negara, para peneliti dan inovator mengubah limbah pertanian menjadi biomaterial. Mereka mengubah produk sampingan menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan untuk material berbasis minyak bumi, mendukung ekonomi sirkular dan rendah karbon.
Misalnya, sekam padi dan ampas tebu dapat menjadi film biodegradable dan biokomposit untuk kemasan makanan dan material konstruksi ringan. Komponen selulosa dalam ampas tebu, produk sampingan dari industri gula, juga digunakan untuk membuat peralatan makan biodegradable (dapat terurai secara alami) dan panel yang diperkuat serat. Demikian pula, pengolahan jerami gandum menjadi nanofiber selulosa dan nanokomposit, yang dipakai untuk memperkuat campuran bioplastik, dapat memberikan alternatif berkelanjutan untuk kemasan dan insulasi.
Inovasi-inovasi ini menggambarkan bagaimana pendekatan sirkular dapat mengurangi limbah pertanian dan mengurangi ketergantungan pada produk bahan bakar fosil seperti plastik. Pada saat yang sama, pendekatan ini menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat pedesaan dan sekitarnya.
Mewujudkan Sirkularitas
Limbah pertanian memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, memperkuat investasi riset dan dukungan teknis yang akan mendorong inovasi di sektor ini sangatlah penting. Penting juga untuk mendukung inovasi akar rumput dan melibatkan komunitas lokal serta masyarakat adat, dengan mendorong pendekatan dari bawah ke atas dalam menemukan solusi berkelanjutan.
Lebih lanjut, kemajuan dalam pengelolaan limbah pertanian berkelanjutan juga bergantung pada partisipasi masyarakat, kebijakan yang mendukung, teknologi yang digunakan, serta kolaborasi lintas sektor. Banyak petani kecil masih kekurangan akses ke fasilitas daur ulang, pembiayaan, dan infrastruktur untuk mengadopsi solusi konversi limbah menjadi sumber daya.
Pada akhirnya, memperlakukan limbah sebagai sumber daya yang layak dan hemat biaya dapat mendukung transisi hijau dan sirkularitas. Dengan dukungan sistemik dalam pengembangan dan implementasi, semua lapisan masyarakat dapat menjadi kontributor aktif bagi ekonomi global yang lebih berkelanjutan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang
Mengulik Akar Masalah Konflik Harimau Sumatera dengan Manusia di Lampung
Aktivisme Iklim Kaum Muda Tak Boleh Abai Soal Kolonialisme
Bisakah Kita Melawan Pemerasan oleh Perusahaan Teknologi?
Memanfaatkan Potensi Jamur untuk Restorasi Lingkungan melalui Mikoremediasi
Kerja Sama AZEC dan Jalan Berliku Menuju Transisi Energi yang Adil
Memberdayakan Pengusaha Perempuan untuk Ekonomi Hijau ASEAN