Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Pengelolaan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar di Sleman

Warga Cupuwatu, Kalasan, Kabupaten Sleman, berupaya mengatasi masalah penumpukan sampah dengan memanfaatkan sampah plastik untuk diolah menjadi bahan bakar.
Oleh Berlin Situmorang
3 Desember 2024
Kumpulan beberapa orang memilah sampah plastik

Pemilahan Sampah dilakukan oleh Yayasan Get Plastic | Foto: Dokumentasi Get Plastic.

Sampah plastik telah menjadi ancaman yang serius bagi lingkungan, yang pada gilirannya juga berdampak pada banyak aspek lain kehidupan. Pada saat yang sama, kebutuhan akan transisi menuju penggunaan energi terbarukan semakin mendesak untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang berkontribusi besar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan suhu Bumi. Terkait hal ini, peran komunitas akar rumput sangat penting dalam membantu mengarusutamakan energi terbarukan dari berbagai sumber. Di Padukuhan Cupuwatu, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat sebuah inisiatif dari masyarakat setempat yang memanfaatkan sampah plastik untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif.

Penumpukan Sampah di DIY 

Indonesia menempati peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik terbanyak, berdasarkan laporan UNEP. Di DIY sendiri, permasalahan sampah telah sering menjadi sorotan karena jumlah sampah yang dihasilkan seringkali melampaui kapasitas tempat pembuangan yang tersedia. Pada tahun 2022,  produksi sampah di wilayah ini mencapai 303,13 ton ton per harinya, dengan sekitar 31% di antaranya berupa sampah plastik. 

Sampah plastik yang tidak terkelola seringkali menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan mencemari lingkungan sekitar. Kondisi ini mengakibatkan TPA harus ditutup secara berkala, sehingga masyarakat tidak jarang terpaksa membuang sampah di pinggir jalan maupun gang. Penumpukan sampah ini juga memicu berbagai dampak negatif, seperti penurunan kesehatan masyarakat akibat paparan limbah dan polusi, serta degradasi lingkungan yang mengancam kelestarian ekosistem setempat. 

Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar

Di tengah permasalahan ini, warga Padukuhan Cupuwatu  mengambil inisiatif dengan mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar. Upaya ini diinisiasi oleh komunitas Bank Sampah Go-Green, bersama dengan dukungan dari Get Plastic Foundation, melalui pembentukan bank sampah sebagai upaya mengatasi limbah plastik.

Upaya dimulai dengan pengumpulan dan pemilahan sampah oleh masyarakat, di mana setiap rumah tangga berpartisipasi memilah sampah menjadi dua kategori utama: organik dan anorganik. Sampah anorganik, yang sebagian besar berupa limbah plastik, kemudian diolah melalui metode dekomposisi menggunakan mesin pirolisis, yang dirancang untuk memanaskan plastik pada suhu tinggi tanpa menggunakan oksigen atau bahan kimia lainnya.  Proses ini mencairkan sampah plastik dan mengubahnya menjadi minyak mentah yang bisa disuling untuk menjadi bahan bakar. 

Dalam satu kali proses, mesin pirolisis yang dipakai mampu mengolah hingga 20 kilogram sampah plastik dan menghasilkan sekitar 12-13 liter bahan bakar. Suhu pemanas bensin menentukan jenis bahan bakar yang akan dihasilkan, seperti bensin pada suhu 100-120 derajat celsius, minyak tanah pada suhu 120-200 derajat celsius, dan solar pada suhu sekitar 300 derajat celsius.

Inisiatif ini tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi volume sampah plastik, tetapi juga menghasilkan energi alternatif. Bensin yang dihasilkan dari pengolahan ini telah digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk bahan bakar bus wisata ulang-alik Si Thole dan sebagai sumber listrik untuk sebuah konser Get The Fest di Yogyakarta yang berlangsung pada 25–27 Oktober 2024.

Memastikan Bahan Bakar yang Lebih Bersih

Apa yang dilakukan oleh masyarakat Cupuwatu ini merupakan salah satu bukti bahwa sampah plastik yang sulit terurai dapat diolah menjadi bahan bakar dan berkontribusi dalam mengurangi masalah penumpukan sampah. Namun, aspek keberlanjutan dari inisiatif ini masih harus diuji. Memastikan bahwa “BBM” yang dihasilkan “lebih bersih”, lebih rendah emisi, atau tidak lebih berbahaya dari bahan bakar konvensional adalah salah satunya.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa proses pemanasan dengan mesin pirolisis yang membutuhkan suhu tinggi dan waktu yang lama dapat mencemari lingkungan karena melepaskan zat-zat berbahaya. Untuk itu, diperlukan penelitian dan pengujian lebih lanjut dengan mempertimbangkan efisiensi energi, dampak lingkungan, dan keberlanjutan jangka panjang sebelum bahan bakar dari sampah plastik ini digunakan lebih luas. Dukungan dan tindak lanjut dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil sangat penting dalam hal ini.


Editor: Abul Muamar

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Aspek-Aspek Utama yang Membentuk Masa Depan Perlindungan Sosial
Berikutnya: Mewujudkan KORMI yang Progresif, Inklusif, dan Berkelanjutan

Lihat Konten GNA Lainnya

Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025
Dua perempuan menampilkan tarian Bali di hadapan penonton. Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Oleh Attiatul Noor
13 Oktober 2025
perempuan yang duduk di batang pohon besar, laki-laki berdiri di sampingnya dan dikelilingi rerumputan; keduanya mengenakan pakaian tradisional Papua Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia