Pelibatan Karyawan dalam Inisiatif Ekonomi Sirkular Perusahaan

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.
Penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam bisnis telah menjadi kebutuhan yang semakin mendesak di tengah tiga krisis planet: perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan. Prinsip ini dikenal sebagai pendekatan yang dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan sistem produksi mereka melalui kerja sama dengan pihak-pihak lain untuk menciptakan siklus yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam seluruh rantai pasok. Dalam hal ini, pelibatan karyawan dapat menjadi langkah yang bermakna dalam penerapan ekonomi sirkular di perusahaan.
Ekonomi Sirkular dan Tantangan dalam Penerapannya
Ekonomi sirkular merujuk pada pendekatan ekonomi yang menekankan konsep penggunaan kembali, perbaikan, daur ulang, dan regenerasi sumber daya untuk menciptakan sistem yang berkelanjutan dan minimalisasi limbah. Dalam konteks bisnis, ekonomi sirkular mendorong efisiensi produksi melalui kolaborasi lintas pihak dan inovasi dalam rantai pasok guna menghadapi tantangan krisis lingkungan global.
Hasil survei global pada dunia usaha menunjukkan bahwa penerapan ekonomi sirkular dapat mendorong inovasi yang membantu perusahaan menjadi lebih efisien dan kompetitif di berbagai bidang, seperti pengelolaan sumber daya, pengembangan produk, dan proses produksi. Namun, implementasi ekonomi sirkular di perusahaan bukanlah perkara mudah. Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh perusahaan untuk menerapkan prinsip ini di dalam praktik bisnis mereka.
Menurut Bappenas, beberapa tantangan utamanya antara lain sulitnya mengubah kebiasaan, kurangnya infrastruktur, serta kesulitan dalam implementasi. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya perusahaan yang belum memiliki pemahaman menyeluruh tentang konsep ekonomi sirkular dan manfaat jangka panjang bagi bisnis. Rendahnya komitmen manajemen perusahaan serta keterbatasan pendanaan untuk investasi teknologi ramah lingkungan juga menjadi hambatan signifikan dalam mewujudkan sistem produksi berkelanjutan dalam konsep ekonomi sirkular.
Dimulai dengan Perubahan Tata Kelola
Untuk mengadopsi ekonomi sirkular, perusahaan pertama-tama perlu melakukan perubahan tata kelola dengan mempertimbangkan unsur lingkungan dan sosial yang diintegrasikan ke dalam budaya perusahaan dan perencanaan bisnis di semua tingkatan, mulai dari proses desain, manufaktur, distribusi, hingga pengelolaan sampah pascaproduksi. Perusahaan dapat beralih menuju ekonomi sirkular dengan mengadopsi pendekatan tata kelola bisnis yang terintegrasi. Pendekatan ini mencakup perubahan pada aspek teknis, pengembangan pengetahuan, dan dimensi sosial. Selain itu, penting untuk memastikan keterlibatan yang seimbang dari berbagai aktor dalam proses tersebut, termasuk pihak internal.
Partisipasi pihak internal perusahaan memainkan peran penting dalam mengatasi permasalahan yang timbul dari operasional perusahaan dengan cara yang dapat diterima, transparan, dan multi-orientasi sehingga memungkinkan terciptanya inovasi untuk sirkularitas. Hasil studi kasus pada sebuah perusahaan agroindustri di Indonesia mengungkapkan bahwa keterlibatan karyawan memiliki peran strategis dalam memperkuat transisi menuju ekonomi sirkular. Partisipasi aktif mereka mendorong efisiensi operasional melalui pengurangan limbah, pemanfaatan sumber daya secara optimal, serta menghasilkan inovasi yang memperkaya nilai produk dan proses bisnis. Selain menciptakan daya saing yang lebih tinggi, pelibatan ini juga membentuk budaya kerja kolaboratif yang mendukung keberlanjutan jangka panjang perusahaan.
Komitmen Manajemen Puncak dalam Pelibatan Karyawan
Proses transisi ini memerlukan komitmen dari manajemen puncak (top level management) untuk mengelola perubahan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan kunci. Keterlibatan para karyawan, utamanya, perlu didorong melalui dukungan dan penciptaan ruang yang memfasilitasi inovasi terbuka, di mana ide-ide dari karyawan diterapkan dalam strategi bisnis.
Pihak manajemen perlu menyediakan mekanisme untuk menyampaikan usulan atau ide dari karyawan terkait inisiatif penerapan ekonomi sirkular. Sebagai langkah awal, perusahaan dapat memfasilitasi karyawan melalui program bulan mutu, misalnya, yang berfungsi sebagai wadah untuk menyampaikan temuan-temuan lapangan yang dapat meningkatkan efisiensi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan dapat mengembangkan ide dan temuan tersebut dengan mengadakan semacam ajang penghargaan yang berfokus pada efisiensi yang dapat diterapkan dalam operasional perusahaan.
Ajang penghargaan tidak hanya memberikan pengakuan kepada karyawan yang mengusulkan ide-ide berharga, tetapi juga berfungsi sebagai proses pembelajaran bagi karyawan. Dalam hal ini, karyawan diajak untuk merumuskan ide-ide mereka dalam proposal yang terukur, dapat dipertanggungjawabkan, dan siap dipresentasikan kepada Dewan Direksi. Penghargaan ini juga menjadi sarana bagi perusahaan untuk menilai kreativitas dan mendorong keterlibatan karyawan.
Keterlibatan karyawan dalam transisi menuju ekonomi sirkular menunjukkan bahwa penerapan ekonomi sirkular dalam bisnis dapat tercapai melalui manajemen transisi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, terutama karyawan. Dengan memberikan dukungan dan menciptakan ruang untuk proses inovasi terbuka, perusahaan dapat menangkap peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi bisnis sirkular.
Mengubah Pola Pikir Karyawan
Namun, tantangan pertama yang harus diatasi adalah mengubah mindset atau pola pikir para karyawan terlebih dahulu, memahamkan karyawan akan visi-misi perusahaan dan menjaga konsistensi dari perubahan-perubahan yang diterapkan. Perusahaan harus melakukan upaya yang berkesinambungan dalam meningkatkan kapasitas para karyawan melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan terkait adopsi ekonomi sirkular dan berupaya menciptakan perubahan positif bagi karyawan.
Penguatan kapasitas karyawan juga sangat penting seiring dengan perubahan dalam proses manufaktur dan penggunaan teknologi baru dalam penerapan ekonomi sirkular. Untuk itu, perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan yang mencakup berbagai aspek, seperti soft competency, technical competency, profesionalisme, kepemimpinan, serta pemberian sertifikasi agar karyawan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Khusus untuk pelatihan yang berkaitan dengan adopsi ekonomi sirkular, perusahaan perlu memberikan pelatihan teknis yang berfokus pada transfer teknologi dan inovasi baru dalam proses produksi.
Penting juga untuk memastikan bahwa pendekatan model ekonomi sirkular dapat dipahami dan diterapkan oleh seluruh pemangku kepentingan. Hal ini harus selaras dengan visi dan strategi perusahaan, sehingga perusahaan harus berupaya menyampaikan visi tersebut melalui saluran komunikasi internal, seperti email dan pertemuan rutin.
Pada akhirnya, perubahan menuju bisnis berkelanjutan tidak dapat dicapai hanya melalui inovasi teknologi, melainkan juga harus melibatkan transformasi kelembagaan dan sosial-budaya. Hal ini harus dilakukan melalui manajemen transisi yang melibatkan pihak internal, terutama karyawan, sebagai bagian integral dari perubahan.
Editor: Abul Muamar

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia. Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional sekaligus mendukung keberlanjutan finansial Green Network Asia untuk terus memproduksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Lusye adalah Climate Energy dan Circular Economy Manager di Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD). Ia merupakan lulusan sarjana dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan master Ilmu Lingkungan dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.