Bagaimana Wisata Mewah Ancam Suku Maasai Mara di Kenya
Foto: Harshil Gudka di Unsplash.
Seiring dengan semakin mudahnya transportasi dan semakin banyaknya orang yang bepergian, industri pariwisata pun terus melonjak. Sayangnya, industri pariwisata seringkali mengorbankan alam. Ruang hidup Suku Maasai Mara di Kenya termasuk di antara kawasan yang terancam oleh industri pariwisata, seiring berbagai merek internasional besar menghadirkan lebih banyak “wisata mewah” ke ekosistem yang sensitif ini.
Pesona Ruang Hidup Suku Maasai Mara
Suku Maasai Mara dan cagar alam Serengeti di Afrika Timur merupakan salah satu dari sedikit kawasan hutan belantara yang masih terlindungi dan terlestarikan di dunia saat ini. Kawasan ini merupakan rumah yang indah bagi beragam spesies, dan kesempatan untuk menyaksikannya secara langsung merupakan daya tarik utama bagi ribuan wisatawan yang datang ke Kenya setiap tahun.
Sejak didirikan pada tahun 1960-an, jumlah pengunjung cagar alam di kawasan ini terus meningkat. Bersamaan dengan itu, pembangunan tempat penginapan dan hotel pun merebak, termasuk kehadiran perusahaan multinasional, seperti Ritz-Carlton dan Marriott, di kancah resor mewah.
Wisata Mewah Korbankan Keanekaragaman Hayati
Namun, pembangunan ini memakan korban. Mobil safari yang berdesakan di sekitar hewan buruan seringkali membuat mereka takut, dan jalur kendaraan yang bersinggungan dengan jalur hewan menyebabkan stres dan mengganggu kehidupan alamiah mereka. Selain itu, pengelolaan infrastruktur yang buruk menyebabkan polusi merembes ke dalam cagar alam. Hotel-hotel mewah juga dibangun di koridor migrasi utama dan seringkali menghalangi sumber air bagi banyak spesies.
Pada tahun 2025, terdapat gugatan hukum terkait salah satu kamp mewah yang baru dibangun menghalangi jalur Migrasi Besar, titik krusial bagi ratusan ribu rusa kutub yang melintasi wilayah tersebut setiap musim. Dalam beberapa tahun terakhir, populasi rusa kutub telah menurun dari sekitar 150.000 menjadi hanya 15.000. Yang mengkhawatirkan, ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh.
Perspektif Masyarakat Setempat
Munculnya wisata mewah ini juga menuai keluhan dari masyarakat setempat. Sifat resor yang “all-inclusive” membuat pengunjung enggan berbelanja di area lokal, sehingga tidak memberikan manfaat finansial bagi perekonomian daerah.
Selain itu, beberapa suku Maasai di Tanzania diusir oleh negara dari tanah mereka, yang katanya untuk dijadikan lahan konservasi. Namun, penduduk setempat dan aktivis meyakini bahwa hal itu dilakukan untuk memberi ruang bagi perburuan mewah.
Dalam upaya untuk mengekang pembangunan di wilayah Maasai Mara, pemerintah Kenya memberlakukan moratorium yang melarang pembangunan akomodasi wisata baru. Namun, para konservasionis tidak yakin bahwa janji ini akan ditegakkan.
Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan di Maasai Mara
Pariwisata merupakan sektor penting dari perekonomian Kenya, dengan pemerintah setempat membingkai Migrasi Besar sebagai bintang dalam kampanye untuk menarik jutaan wisatawan setiap tahun. Pada tahun 2024, pariwisata menyumbang hampir 10% dari PDB Kenya, dengan jumlah pengunjung yang meningkat pascapandemi.
Oleh karena itu, rencana pengelolaan pariwisata berkelanjutan harus menjadi prioritas. Penduduk lokal dan konservasionis menyerukan peraturan yang lebih ketat dan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, bisnis internasional, serta masyarakat adat dan komunitas lokal. Maasai Mara akan mendapatkan manfaat dari aturan dan penegakan hukum yang lebih baik, mulai dari pembangunan, beban pariwisata, hingga perilaku wisatawan. Rekomendasi lainnya adalah mewajibkan perusahaan-perusahaan multinasional mewah untuk menyumbangkan sebagian keuntungan mereka untuk upaya dan inisiatif revitalisasi satwa liar yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pada akhirnya, pariwisata berkelanjutan harus menjadi akar dari semua keputusan yang dibuat di Maasai Mara—untuk memastikan kesejahteraan tidak hanya bagi segelintir orang tetapi juga bagi satwa liar yang berharga dan kekayaan budaya suku-suku yang hidup di sekitarnya.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang
Menepis Kolonialisme Hijau dalam Transisi Energi Indonesia
Korea Selatan Wajibkan Penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)
Mendorong Penghitungan Investasi yang Adil dalam Upaya Transisi Energi
Memperkuat Peran Serikat Pekerja untuk Mewujudkan Keadilan Sosial
Langkah Selandia Baru dalam Menghadapi Degradasi Laut di Teluk Hauraki
Bagaimana Program Dokter Spesialis Keliling di Jateng Menjawab Tantangan Ketimpangan Akses