Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Haiti di Ambang Bencana Kemanusiaan Akibat Gejolak Politik

Gejolak politik di Haiti yang meningkat menjadi krisis multidimensi yang penuh kekerasan telah mendorong negara tersebut ke ambang bencana kemanusiaan.
Oleh Dinda Rahmania
4 April 2024
anak-anak Haiti bersama orang tua mereka.

Foto: Marco Dormino di Flickr.

Hak atas keselamatan dan akses terhadap kebutuhan dasar merupakan hak asasi manusia yang sangat penting. Untuk menjamin hak-hak tersebut terpenuhi, stabilitas politik adalah sebuah harga mati. Di Haiti, gejolak politik yang meningkat menjadi krisis multidimensi yang penuh kekerasan telah mendorong negara tersebut ke ambang bencana kemanusiaan. Lantas, apa pelajaran yang bisa dipetik atas gejolak politik yang terjadi di Haiti?

Bencana Kemanusiaan di Haiti

Sejak pembunuhan presiden pada tahun 2021, Haiti terus mengalami kekacauan politik. Situasi ini semakin parah hingga pemerintah tidak berfungsi dengan baik, dan lembaga-lembaga dasar seperti sistem peradilan dan parlemen, tidak lagi berfungsi.

Secara keseluruhan, pemerintah Haiti semakin tidak mampu untuk menyediakan layanan penting bagi warga sipil. Selain stagnasi ekonomi, meningkatnya kekerasan di Haiti telah membuat warga sipil menderita dan kondisi ini memperburuk situasi keamanan di negara tersebut. Pada awal tahun 2024, sekitar 5,5 juta orang Haiti—yang berarti hampir setengah dari populasi—membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Krisis ini sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di negara itu, dimana anak-anak dan perempuan menjadi pihak yang paling terkena dampaknya. Menurut Laporan UNICEF tahun 2023, 90% penduduk Haiti hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka harus menjual barang dan harta benda mereka untuk bertahan hidup.

Selain itu, meningkatnya kekerasan membuat semakin banyak warga Haiti yang terpaksa mengungsi hingga jumlahnya mencapai lebih dari 360.000 orang pada bulan Maret 2024, naik dari sebelumnya 200.000 orang. Penculikan dan kekerasan seksual juga semakin memperburuk krisis di Haiti, dengan lebih dari 3.000 penculikan dan 4.000 kematian pada tahun 2023.

Yang menyedihkan, respons kemanusiaan Haiti pada tahun 2023 hanya menerima 34% dari dana yang dibutuhkan. Selain itu, permohonan kemanusiaan PBB pada tahun 2024 sebesar $674 juta hanya dipenuhi 3,2%.

Temuan-temuan ini menunjukkan kurangnya pendanaan dan dukungan kemanusiaan untuk menjamin keamanan warga sipil Haiti, khususnya kelompok marginal yang terkena dampak terbesar selama masa-masa sulit ini.

Ancaman Kelaparan

Tidak sampai di situ, Haiti juga menghadapi ancaman kelaparan akut. Upaya untuk menimbun makanan di ibu kota, Port-au-Prince, dibatasi karena kondisi kota yang terkepung – yang berarti tidak ada seorang pun yang dapat masuk atau keluar dari wilayah tersebut. Situasi ini memaksa mereka untuk makan lebih sedikit dan mengonsumsi makanan berkualitas rendah, yang mengakibatkan lebih dari 200.000 anak berisiko mengalami malnutrisi akut.

“(Apa yang terjadi di) Haiti adalah salah satu krisis pangan paling parah di dunia. Ketahanan pangan di Haiti sangat rapuh sejak merebaknya pandemi COVID-19 pada tahun 2020, namun saat ini, 1,4 juta orang berada di ambang kelaparan,” kata Jean-Martin Bauer, Direktur Program Pangan Dunia PBB (UNWFP) untuk Haiti. Bauer menggambarkan situasi di Haiti yang kini berada “di ambang kelaparan yang parah”, dengan tingkat kelaparan di Port-au-Prince mirip dengan yang terjadi di zona perang.

Pelajaran yang Bisa Dipetik

Konflik akibat politik—apalagi yang disertai dengan kekerasan—akan selalu mengancam kehidupan manusia, terutama di daerah-daerah tertinggal dimana akses terhadap kebutuhan sudah terbatas. Setiap konflik akan membawa dampak buruk, dan sering kali, mereka yang tidak terlibat langsung justru menjadi pihak yang terkena dampak paling parah. Dalam jangka panjang, konflik juga berdampak terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu, apa yang terjadi di Haiti mesti menjadi pelajaran penting bagi setiap negara, terutama Indonesia, untuk mencegah terjadinya gejolak politik yang hanya akan menyengsarakan rakyat.

Memastikan keselamatan warga sipil dan akses terhadap hal-hal penting seperti makanan, air, dan tempat berlindung sangat penting untuk mengurangi dampak konflik akibat gejolak politik. Oleh karena itu, bantuan kemanusiaan yang mendesak dan upaya pembangunan perdamaian internal diperlukan untuk menciptakan perdamaian abadi untuk kemudian menuju kehidupan yang lebih baik bagi semua orang dan planet Bumi.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Bagaimana Upaya China dalam Meningkatkan Layanan Kesehatan di Tingkat Daerah
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Menengok Pelatihan Pemuda Desa di India untuk Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Continue Reading

Sebelumnya: Eco-Transport, Gaya Hidup Baru Atasi Polusi
Berikutnya: Mengatasi Academic Burnout di Lingkungan Pendidikan Tinggi

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia