Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Kabar

Maggha Karaneya Berbagi Kasih untuk Bayi Terlantar

Yayasan ini menyediakan perawatan penuh, baik fisik maupun mental, berupa pelayanan kesehatan termasuk vaksinasi, penyediaan pakaian, makanan, tempat tinggal, pendampingan, hingga fasilitas pendidikan seperti buku-buku, mainan, dan beasiswa.
Oleh Zia Ul Haq
8 Oktober 2021

Foto: Facebook Metta Mama Maggha Foundation

Sejak kecil, Maggha Karaneya sudah begitu akrab dengan aksi-aksi sosial di kotanya, Denpasar, Bali. Saat ulang tahun, alih-alih menggelar pesta, orang tuanya selalu mengajak gadis itu ke rumah orang-orang miskin untuk berdonasi.

Suatu ketika, gadis kelahiran Denpasar, 1999, ini diajak berkunjung ke sebuah panti asuhan. Melihat keadaan anak-anak di sana, hatinya tersentuh. Lalu Maggha mengajukan harapan kepada ibunya, bahwa dia ingin membangun rumah bagi bayi-bayi yang terlantar, agar mereka bisa mendapatkan kasih sayang, hidup layak, dan kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Merawat Bayi-Bayi yang Ditelantarkan

Dua tahun kemudian, pada 2015 saat usianya baru menginjak 15 tahun, remaja yang dikenal sebagai gadis pemalu dan kutu buku ini mendirikan yayasan sosialnya sendiri, Yayasan Metta Mama & Maggha. ‘Metta’ artinya cinta kasih, ‘Mama’ berarti ibu, sedangkan ‘Maggha’ bermakna jalan yang benar. Agar bisa total beraktivitas di yayasan ini, Maggha keluar dari sekolah internasional tempatnya belajar dan memilih sekolah rumah (homeschool).

Profil Maggha Karaneya | Foto: Instagram Metta Mama Maggha Foundation.

Saat yayasan resmi berdiri secara hukum pada 26 Januari 2015, belum ada satupun bayi yang diasuh di sana. Namun dua hari kemudian, ada bayi ditemukan di dalam kardus di Mengwi, kemudian dinas sosial setempat mempercayakan bayi itu kepada yayasan Maggha. Beberapa hari kemudian ada bayi lagi dari RS Sanglah yang langsung dipasrahkan oleh ibunya. Lalu bertambah tiga bayi lagi yang ditemukan di dalam kardus di Negare yang dititipkan pada yayasan ini. Itulah bayi-bayi pertama Maggha, dan hingga saat ini ia sudah merawat puluhan bayi yang sebagian besar sudah diadopsi oleh keluarga-keluarga lain.

Mengasuh Bayi Sambil Tetap Sekolah

Meskipun pengurusan hal-hal administratif dilakukan oleh sang ibu, posisi ketua yayasan tetap dipegang oleh Maggha. Ia langsung terlibat mengurus bayi-bayi yang diasuh, menyusun program, dan mengupayakan kebutuhan bayi-bayi itu sambil tetap bersekolah di rumah.

Awalnya, Maggha banyak mendapatkan informasi mengenai bayi terlantar dari media sosial, juga bekerjasama dengan RSUP Sanglah dan RSUD Badung. Kemudian ada juga orang-orang tua yang langsung mengantarkan bayi-bayi ke yayasan mereka, tentu saja dengan berbagai kisah pilunya masing-masing. Ada juga ibu-ibu hamil yang datang ke tempatnya sebab tidak diterima oleh keluarganya.

Melalui yayasan ini, Maggha merawat bayi-bayi terlantar dengan fasilitas yang baik dan penuh kasih sayang. Seiring berkembangnya yayasan, ia mulai dibantu para perawat kompeten, didukung oleh fasilitas kesehatan setempat, serta disokong para relawan dan donatur yang setia, termasuk donasi air susu ibu (ASI).

“Sebenarnya kalau saya dibilang menolong bayi-bayi ini, nggak bener juga, karena saya juga banyak tertolong, saya banyak belajar dari bayi-bayi ini dan mengingat banyak hal-hal baik yang mungkin saya lupakan tanpa mereka,” tutur Maggha Karaneya saat mendapat penganugerahan Kick Andy Young Hero tahun 2019 lalu.

Setiap Anak Berhak atas Kesempatan yang Sama

Maggha percaya bahwa setiap anak punya hak dan kesempatan yang sama untuk menjadi versi terbaik diri mereka sendiri. Maka melalui yayasan ini, Maggha tidak hanya merawat bayi-bayi terlantar, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan praktis dan budaya saling membantu. Yayasan ini menyediakan perawatan penuh, baik fisik maupun mental, berupa pelayanan kesehatan termasuk vaksinasi, penyediaan pakaian, makanan, tempat tinggal, pendampingan, hingga fasilitas pendidikan seperti buku-buku, mainan, dan beasiswa.

Untuk melakukan adopsi di Yayasan Metta Mama Maggha, calon orang tua harus memenuhi beberapa syarat. Di antara syarat utama ialah pasangan harus berusia maksimal 50 tahun dan berstatus menikah minimal selama 5 tahun, harus mempunyai rumah pribadi, cocok dengan calon anak sesuai chemistry, dan ada kemiripan fisik dan kecocokan sesuai tes psikologis. Kemudian harus melalui serangkaian proses pra-adopsi seperti wawancara, kunjungan, sampai bonding selama beberapa bulan. Intinya, yayasan ini berupaya agar anak-anak mendapatkan keluarga yang terbaik bagi mereka.

Maggha tidak hanya mengasuh anak-anak yang terlantar atau membantu para orang tua yang tak mampu, tetapi juga mempersiapkan masa depan mereka secara berkelanjutan melalui pendidikan dan program adopsi. Dengan demikian, Yayasan Metta Mama Maggha tidak hanya menyelamatkan kehidupan, namun juga membantu membukakan jalan untuk mendukung dan memberdayakan keberlanjutannya.

Kegiatan yayasan Metta Mama Maggha bisa diikuti di Facebook dan Instagram.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Zia Ul Haq
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Zia adalah Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan program sarjana Pendidikan Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini Ia aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).

  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Bayar Kuliah dengan Inovasi: Pendidikan Berkelanjutan ala DTECH-ENGINEERING
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Komitmen Tingkatkan Debit Air Tanah, Desa Warugunung Gelar Aksi Menanam Pohon
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Aksi Menanam Pohon Bersama Sakola Wanno, Layanibumi, dan Green Network Asia
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Mimpi Gerakan LindungiHutan Tanam 270 Juta Pohon

Continue Reading

Sebelumnya: Keterampilan Kerja Masa Depan di Bidang Pembangunan Berkelanjutan
Berikutnya: Kenalan dengan Pimpinan C20 untuk Presidensi G20 Indonesia: INFID

Lihat Konten GNA Lainnya

sawah dengan latar pepohonan kelapa dan gunung di kejauhan Celako Kumali, Kearifan Lokal Suku Serawai untuk Pertanian Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Celako Kumali, Kearifan Lokal Suku Serawai untuk Pertanian Berkelanjutan

Oleh Abul Muamar
3 Oktober 2025
buku terbuka dengan kaca pembesar tergeletak di atasnya Menjaga Skeptisisme yang Sehat atas Klaim Iklim Perusahaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Menjaga Skeptisisme yang Sehat atas Klaim Iklim Perusahaan

Oleh Jalal
2 Oktober 2025
truk sampah kuning yang diparkir di depan fasilitas pengolahan sampah Bagaimana Institusi Akademik dapat Berkontribusi dalam Pengelolaan Sampah
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Bagaimana Institusi Akademik dapat Berkontribusi dalam Pengelolaan Sampah

Oleh Ponnila Sampath-Kumar
2 Oktober 2025
foto sungai dengan bebatuan dan semak-semak di tepinya serta lata belakang hutan dan langit biru Mengupayakan Keadilan Ekologis
  • GNA Knowledge Hub
  • Kabar

Mengupayakan Keadilan Ekologis

Oleh Seftyana Khairunisa
1 Oktober 2025
gletser di Greenland Seruan untuk Aksi Iklim yang Lebih Kuat di KTT Iklim 2025
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Seruan untuk Aksi Iklim yang Lebih Kuat di KTT Iklim 2025

Oleh Kresentia Madina
1 Oktober 2025
lanskap pulau kecil dengan pepohonan hijau dan tambang. Ironi Raja Ampat: Pengakuan Ganda dari UNESCO dan Kerusakan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Ironi Raja Ampat: Pengakuan Ganda dari UNESCO dan Kerusakan Lingkungan

Oleh Abul Muamar
30 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia