Melibatkan Masyarakat Pesisir dalam Menangani Polusi Jaring Hantu di Laut
Foto: lahiru iddamalgoda di Unsplash.
Polusi telah berdampak pada laut, keanekaragaman hayati di hidup dalamnya, dan masyarakat yang mata pencahariannya bergantung padanya. Di antara berbagai macam sampah di laut, ada jaring hantu, sampah dari aktivitas perikanan yang semestinya dapat dicegah. Dengan tingkat masalah yang begitu besar, muncul inisiatif yang secara aktif melibatkan masyarakat pesisir dalam mengumpulkan dan mendaur ulang sampah jaring hantu dari laut, mengurangi polusi dan mendorong sirkularitas.
Apa Itu Jaring Hantu?
Ekosistem bawah laut menghadapi berbagai ancaman, mulai dari pemanasan suhu hingga polusi. Salah satu jenis polusi laut yang sering terabaikan adalah sampah “jaring hantu”, alat tangkap yang dibiarkan terbengkalai dan dibuang di laut. Alat tangkap ini menyumbang 10% dari total sampah laut, dengan jumlah setengah hingga satu juta ton setiap tahun.
Salah satu bentuk alat tangkap ini adalah jaring hantu. Jaring ikan yang terbengkalai ini dapat menjerat ikan, penyu, dan spesies lainnya, menyebabkan cedera, kelaparan, atau kematian yang lambat dan menyakitkan. Jaring hantu juga mengancam tempat-tempat dengan ekosistem terumbu karang yang luas. Jaring ini dapat menyebabkan kerusakan fisik pada karang yang rapuh dengan menghalangi sinar matahari atau mematahkan cabang karang akibat arus laut.
Penumpukan sampah di laut tidak hanya memengaruhi ekosistem, tetapi juga mata pencaharian masyarakat. Sekitar 5–30% ikan di seluruh dunia yang seharusnya dapat ditangkap justru terjerat oleh jaring hantu. Dan, lebih dari 90% ikan yang terjerat memiliki nilai komersial, sehingga mengurangi peluang tangkapan, hasil tangkapan nelayan secara keseluruhan, dan ketahanan pangan secara umum. Sebuah studi tentang perikanan di Laut Jawa menunjukkan penurunan pendapatan tahunan nelayan sebesar 11% akibat alat tangkap hantu, yang menyebabkan pengeluaran rumah tangga sehari-hari mereka berkurang.
Melibatkan Masyarakat Pesisir
Pencemaran laut terjadi dalam skala yang begitu besar, dan penanggulangannya membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk masyarakat pesisir sebagai pihak yang paling terdampak. Kita bisa melihat contohnya di Filipina, di mana sebuah inisiatif bernama Net-Works melibatkan masyarakat lokal dalam mengolah sampah jaring hantu menjadi peluang.
Net-Works telah menciptakan model daur ulang jaring hantu, mengembalikannya ke dalam rantai pasok global. Inisiatif ini awalnya beroperasi di pusat-pusat komunitas nelayan di Danajon Bank, Kepulauan Bantayan, dan Iloilo Utara. Mereka mengumpulkan dan mendaur ulang jaring-jaring bekas di perairan Filipina sejak tahun 2012.
Masyarakat pesisir setempat berada di garda terdepan sistem ini. Mereka mengumpulkan, menyusun, dan membersihkan jaring hantu nilon 6 dari perairan sekitar mereka. Setelah itu, mereka menjual jaring yang telah disusun ke Net-Works melalui pusat penghubungnya. Jaring-jaring tersebut dihargai 14 peso ($0,76) per kilogram, memberikan penghasilan tambahan bagi nelayan dengan hasil tangkapan yang tidak menentu.
Selanjutnya, jaring-jaring tersebut dipadatkan dan dikemas tanpa menggunakan listrik, lalu dikirim ke pabrik-pabrik yang mengolah jaring yang sebelumnya terbuang menjadi benang karpet, sehingga dapat digunakan kembali. Akhirnya, benang karpet daur ulang 100% tersebut menjadi bahan baku untuk memproduksi ubin karpet dan produk serupa.
Sejak 2015, Net-Works telah berkembang melampaui Filipina hingga ke pesisir Kamerun. Hingga 2017, 35 komunitas di Filipina dan Kamerun telah berhasil mencegah lebih dari 142 metrik ton jaring hantu yang mencemari laut melalui inisiatif ini.
Desain Ulang Menuju Sirkularitas
Penanganan polusi laut harus dimulai dengan pencegahan. Mencegah alat tangkap yang tidak dapat terurai secara alami merupakan langkah awal yang krusial. Pemerintah dan bisnis dapat melibatkan dan memberdayakan masyarakat pesisir dalam upaya ini dengan mendukung program daur ulang dan memberikan insentif bagi praktik daur ulang serupa.
Selain itu, penelitian dan pengembangan material daur ulang serta mengurangi ketergantungan pada material baru sangat penting untuk menciptakan inovasi yang mengatasi masalah pelik dunia. Model sirkular seperti inisiatif Net-Works menunjukkan bahwa melindungi alam dan memberdayakan masyarakat dapat berjalan beriringan dengan sistem yang terorganisir dengan baik.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Jika Anda menilai konten ini bermanfaat, dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia. Dapatkan manfaat khusus untuk pengembangan pribadi dan profesional Anda.
Jadi Member Sekarang
Negara Bagian Victoria Sahkan RUU Perjanjian Pertama Australia dengan Masyarakat Adat
Mengatasi Pengangguran Disabilitas: Eksklusi Sistemik dan Diskriminasi yang Terus Berlanjut
Wawancara dengan Jasmin Lim, Chief Marketing Officer di BH Global
Mengintegrasikan Program MBG dengan Tata Kelola Gizi dan Sistem Kesehatan
Bagaimana Proyek PLTB Monsun Dukung Transisi Energi Lintas Batas di Asia Tenggara
Menilik Fenomena Pengolahan Sampah Plastik menjadi Bahan Bakar di Tingkat Akar Rumput