Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memberdayakan Buruh Gendong di Pasar Tradisional Yogyakarta

Para buruh gendong melakoni pekerjaan tanpa jaminan perlindungan sosial dan seringkali dibayar dengan upah yang kurang layak. Di Yogyakarta, terdapat inisiatif dari yang memperjuangkan hak-hak para buruh gendong agar lebih berdaya.
Oleh Indira Mustika
5 Desember 2024
seorang perempuan menggendong barang dagangan

Seorang buruh gendong perempuan mengangkut barang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta . | Foto: Indira Mustika.

Di Indonesia, ada banyak bentuk pekerjaan informal yang menjadi sumber penghidupan banyak warga, salah satunya adalah buruh gendong yang lazim ditemui di pasar-pasar tradisional. Di Yogyakarta, buruh gendong bahkan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas di pasar tradisional seperti Pasar Beringharjo, Pasar Giwangan, Pasar Kranggan, dan Pasar Gamping. Mereka mengangkut barang dagangan untuk para pembeli dan pedagang dengan upah yang sering kali kurang layak. Terkait hal ini, terdapat inisiatif dari Yayasan Annisa Swasti Yasanti (YASANTI) yang memperjuangkan hak-hak para buruh gendong agar lebih berdaya.

Buruh Gendong di Pasar Tradisional Yogyakarta 

Buruh gendong, atau sering disebut juga sebagai buruh angkut, adalah pekerja informal yang sebagian besar bekerja di pasar-pasar tradisional, termasuk di Yogyakarta. Mereka biasanya mengangkut sayuran, buah-buahan, hingga barang dagangan lainnya yang beratnya mencapai puluhan kilogram, dengan upah yang ditentukan berdasarkan jarak dan berat barang.

Mengandalkan kekuatan fisik untuk mengangkut barang, buruh gendong termasuk salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi dan minim perlindungan dan penghargaan. Para buruh gendong menjalani pekerjaan mereka tanpa jaminan sosial atau perlindungan hukum.

Di Yogyakarta, sebagian besar buruh gendong adalah perempuan paruh baya, Mereka biasanya menggendong beban sekitar 30-50 kg untuk sekali angkut, dengan, pendapatan per hari berkisar antara Rp35.000 hingga Rp50.000.

Banyaknya buruh gendong adalah salah satu bukti bahwa pekerjaan informal merupakan sektor andalan banyak penduduk di Yogyakarta.. Di Pasar Bringharjo saja, misalnya, ada sekitar 260 buruh gendong, dengan 210 di antaranya perempuan. Pasar-pasar lain seperti Pasar Giwangan dan Pasar Kranggan juga memiliki jumlah buruh gendong yang tidak kalah besar, menurut data Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.

Memperjuangkan Hak-Hak Buruh Gendong

YASANTI (Yayasan Annisa Swasti), yang berfokus pada hak-hak pekerja perempuan, menjalankan berbagai strategi untuk mendukung buruh gendong di Yogyakarta. YASANTI mendampingi buruh gendong di empat pasar transional, yakni Pasar Beringharjo, Pasar Giwangan, Pasar Kranggan, dan Pasar Gamping. Yayasan ini berfokus pada edukasi, advokasi, dan pemberdayaan ekonomi buruh gendong untuk memastikan mereka mendapatkan hak-hak yang layak sebagai pekerja informal.

Dalam salah satu programnya, yayasan ini memberikan edukasi terkait hak-hak buruh perempuan, meliputi pentingnya upah yang disepakati kedua belah pihak, perlindungan sebagai warga negara, dan keterampilan untuk mandiri. Hal ini dilakukan karena buruh gendong sering menjadi korban diskriminasi berbasis gender di tempat kerja, terutama karena status mereka sebagai perempuan pekerja informal tanpa pendidikan.

YASANTI juga memfasilitasi dialog antara buruh gendong dan pemerintah daerah. Dialog ini membuka ruang untuk menyampaikan aspirasi buruh gendong mengenai kondisi kerja mereka. Selain itu, yayasan ini juga mengadvokasi penerapan kebijakan yang lebih ramah terhadap pekerja informal, seperti kemudahan akses terhadap layanan kesehatan dan layanan dasar lainnya.

Lebih lanjut, yayasan ini memberdayakan buruh gendong melalui pemberian modal usaha bagi yang ingin memulai usaha sampingan. Selain itu, yayasan ini menyediakan program simpan pinjam dengan cicilan ringan untuk membantu buruh gendong memenuhi kebutuhan mendesak tanpa harus terjerat pinjaman berbunga tinggi, dan membentuk koperasi yang menyediakan barang kebutuhan dengan harga yang lebih terjangkau.

Peran Semua Pihak

Isu pekerja perempuan terutama yang melakoni pekerjaan informal mencakup banyak aspek, mulai dari minimnya pemenuhan hak atas upah yang layak, diskriminasi dan kekerasan berbasis gender, hingga kurangnya perlindungan sosial. Di tengah perubahan iklim dan berbagai krisis lainnya, para pekerja perempuan menghadapi tantangan yang semakin berat, dan hal ini menegaskan bahwa jalan untuk mewujudkan pekerjaan yang layak bagi semua masih panjang dan terjal. Oleh karena itu, seluruh pihak—baik pemerintah, organisasi, maupun masyarakat sipil secara luas—perlu berperan aktif untuk memastikan para pekerja informal termasuk buruh gendong memperoleh perlindungan sosial yang memadai serta hak-hak mereka.

Editor: Abul Muamar

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Menjaga Ketahanan Air dengan Mengarusutamakan Daur Ulang Air
Berikutnya: Vietnam Luncurkan Platform E-book untuk Atasi Kemiskinan Informasi

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Sebuah nampan berisi ikan yang di sekitarnya terdapat sikat, pisau, dan makanan laut lainnya. Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia