Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengubah Sampah Menjadi Listrik dengan Teknologi Waste-to-Energy

Oleh Dandy Rheznandya
11 Juni 2024
Pusat pembuangan sampah

Foto: Manfred Antranias Zimmer di Pixabay.

Di tengah masalah lingkungan yang semakin parah, terkadang muncul harapan di tempat-tempat yang paling tidak terduga. Salah satunya di tempat pembuangan sampah. Di wilayah perkotaan, dimana produksi sampah begitu besar, solusi pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan merupakan suatu hal yang mendesak. Terkait hal ini, teknologi waste-to-energy menyediakan cara berkelanjutan untuk mengubah sampah kota menjadi listrik.

Teknologi Waste-to-Energy (WTE)

Bayangkan tumpukan plastik dan sampah makanan dapat membantu mengalirkan listrik ke rumah Anda. Teknologi waste-to-energy (WTE) secara efisien mengelola limbah padat perkotaan dengan membakar bahan-bahan yang tidak dapat didaur ulang secara aman. Dengan membakar sebagian besar limbah, pabrik-pabrik ini menunjukkan efisiensinya tidak hanya dalam menghasilkan energi namun juga memulihkan sumber daya yang berharga. Bahan-bahan yang kaya energi, seperti kertas, plastik, dan biomassa, diarahkan ke fasilitas pengolahan limbah menjadi energi untuk pembangkit listrik. 

Teknologi WTE ini menawarkan banyak manfaat, memindahkan material dari tempat pembuangan sampah dan mencegah pelepasan zat beracun ke lingkungan. Teknologi ini juga menghasilkan energi yang besar, menyediakan panas dan listrik yang penting untuk berbagai peralatan, sekaligus mengatasi tantangan tumpukan sampah.

Selain itu, proses pengolahan sampah menjadi energi dengan teknologi ini juga lebih ramah lingkungan, tidak memerlukan bahan bakar fosil dan berkontribusi terhadap pengurangan gas rumah kaca. Dengan mengurangi biaya transportasi ke TPA dan menghasilkan pendapatan melalui penjualan energi, teknologi ini juga menjanjikan secara ekonomi. Sektor yang sedang berkembang ini menawarkan banyak peluang kerja di era pekerjaan hijau.

Dengan fokus pada keberlanjutan dan efektivitas biaya, pembangkit WTE menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasi kendala pengelolaan limbah sekaligus berkontribusi terhadap produksi energi dan upaya konservasi sumber daya.

Orang-orang mengumpulkan sampah di truk sampah
Foto: Zidik di Unsplash.

Inisiatif di Berbagai Belahan Dunia

Pembangkit WTE semakin dianggap sebagai strategi diversifikasi energi yang potensial, terutama oleh Swedia, yang telah menjadi pemimpin dalam produksi sampah menjadi energi. Dengan 34 pembangkit listrik WTE, yang berbahan bakar limbah domestik dan impor, Swedia mampu menyediakan pemanas bagi hampir 1,5 juta rumah tangga dan listrik untuk sekitar 780.000 rumah tangga.

Di Asia, “Proyek Sampah Kota menjadi Energi” China meningkatkan inisiatif sampah menjadi energi dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Dengan empat pembangkit listrik yang sudah beroperasi, fasilitas-fasilitas ini bersama-sama menghasilkan 480 gigawatt listrik per tahun, sehingga mengurangi sekitar 544.000 ton karbon dioksida setiap tahunnya. Investasi swasta sebagian besar mendanai insinerator di China, yang sebagian besar bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dan ekspansi pembangkit WTE ini dilakukan dengan pertimbangan yang cermat.

Sementara itu, Jepang menonjol karena ketergantungannya yang besar pada teknologi gasifikasi dan peleburan langsung dalam pengelolaan limbah. Meskipun biaya gasifikasi lebih tinggi, Jepang berhasil menerapkan Sistem Peleburan Langsung, dengan kapasitas berkisar antara 10.000 hingga 230.000 ton limbah per tahun. Sistem ini dapat mengolah berbagai jenis limbah, antara lain limbah rumah tangga, limbah khusus, limbah medis, serta lumpur limbah. Selanjutnya, energi yang dihasilkan disuplai ke jaringan publik.

Yang Perlu Diwanti-wanti

Negara-negara di Asia Tenggara dan kawasan berkembang lainnya memiliki peluang untuk menggunakan teknologi WTE untuk mengatasi peningkatan sampah. Thailand, contohnya, telah menjadikan teknologi ini sebagai bagian dari agenda nasionalnya. Insinerator berkapasitas 9,8 megawatt ini mampu mengubah 500 metrik ton sampah menjadi listrik setiap hari.

Namun, teknologi ini juga memunculkan kekhawatiran. Di Indonesia, misalnya, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta telah mewanti-wanti risiko pembangunan fasilitas pengelolaan sampah  terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, khususnya terkait kedekatan fasilitas tersebut dengan kawasan pemukiman. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan menyusun rencana komprehensif yang menjamin kelangsungan dan keamanan fasilitas ini, termasuk keterlibatan aktif dari masyarakat lokal.

Berhasil tidaknya inisiatif energi terbarukan, seperti teknologi WTE ini, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor teknis namun juga oleh kerangka politik dan hukum. Pasokan energi yang beragam, terbarukan, dan andal tidak hanya tentang mengisi kesenjangan dalam memerangi perubahan iklim, namun juga mendorong ekonomi sirkular dan menyediakan akses energi yang adil untuk semua. 

Pada akhirnya, perkembangan dalam teknologi WTE memerlukan upaya kolaboratif dan multidisiplin dari para peneliti, kebijakan pemerintah yang mendukung, dan investasi publik-swasta dalam mendukung konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab sekaligus memajukan transisi energi yang adil di seluruh dunia.

Editor: Nazalea Kusuma  & Kresentia Madina

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Dandy Rheznandya
Website |  + postsBio

Dandy adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Teknik Material di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Dandy termotivasi untuk menampilkan aspek-aspek penting dalam tata kelola transisi energi yang beragam.

  • Dandy Rheznandya
    https://greennetwork.id/author/dandyfadjarrheznandya/
    Tren Pertumbuhan UMKM di Asia Pasifik dan Hambatan yang Perlu Diatasi
  • Dandy Rheznandya
    https://greennetwork.id/author/dandyfadjarrheznandya/
    ASCC Luncurkan Sistem Baru untuk Mengukur Perkembangan Sosial dan Budaya di Asia Tenggara
  • Dandy Rheznandya
    https://greennetwork.id/author/dandyfadjarrheznandya/
    ISSB Luncurkan Standar Baru Laporan ESG: Bagaimana di Asia Tenggara?
  • Dandy Rheznandya
    https://greennetwork.id/author/dandyfadjarrheznandya/
    Mengatasi Polusi Suara untuk Kota yang Lebih Tenang dan Sehat

Continue Reading

Sebelumnya: Mengenal Konsep Pemakaman Ramah Lingkungan untuk Lingkungan yang Lebih Sehat
Berikutnya: Reintroduksi Arwana Red Banjar di Kalteng untuk Pulihkan Populasi

Lihat Konten GNA Lainnya

Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia