Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Pentingnya Cuti Ayah dalam Membentuk Generasi Masa Depan

Mengapa cuti ayah sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang anak dan membentuk generasi masa depan?
Oleh Theresia Carissa
20 Mei 2025
foto siluet seorang pria bertopi mengangkat seorang anak

Foto:Noel Aph di Pexels

Ketika berbicara tentang pengasuhan anak, salah satu aspek yang paling mengemuka adalah cuti ayah. Banyak bukti menunjukkan bahwa cuti ayah juga memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan anak dan memberikan manfaat besar bagi keluarga dan masyarakat. Sayangnya, implementasi cuti ayah masih belum signifikan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Dampak Cuti Ayah terhadap Kesejahteraan Anak dan Kesetaraan Gender

Cuti ayah merujuk pada kebijakan yang membolehkan seorang ayah dari bayi yang baru lahir untuk mengambil cuti. Semakin banyak penelitian yang menegaskan manfaat cuti ayah bagi anak, keluarga, dan masyarakat. Dari perspektif perkembangan anak, keterlibatan ayah sejak dini dalam pengasuhan berkontribusi signifikan terhadap stabilitas emosional, pertumbuhan kognitif, dan perilaku anak.

Dalam hal pendidikan, penelitian menunjukkan bahwa cuti ayah yang lebih panjang dapat menurunkan tingkat ketidakhadiran di sekolah dan meningkatkan ketekunan anak. Selain itu, temuan dari Swedish Institute for Evaluation of Labour Market and Education Policy (IFAU) mengungkapkan bahwa anak-anak yang ayahnya mengambil cuti saat mereka lahir memiliki prestasi akademik yang lebih baik pada usia 16 tahun, terutama dalam keterampilan bahasa dan pemecahan masalah.

Bagi keluarga, cuti ayah mendorong pembagian peran pengasuhan anak dan rumah tangga yang lebih adil, yang dapat meringankan beban ibu dan meningkatkan keharmonisan rumah tangga. Ketika ayah terlibat dalam pengasuhan anak usia dini, hal ini akan mendorong perubahan norma gender yang selama ini berlaku baik di rumah maupun di lingkungan kerja. Hal ini juga akan menjadi contoh bagi anak-anak dalam lingkup sosialisasi pertama dan terkecil mereka, tentang sistem yang tidak mengacu pada peran gender tradisional. Semua ini pada akhirnya akan mendorong masyarakat yang berpusat pada kesejahteraan anak dan kesetaraan gender.

Implementasi Global

Hampir semua negara di seluruh dunia telah menerapkan cuti ayah sebagai bagian dari dukungan terhadap peran ayah dalam keluarga. Namun, di banyak negara, implementasi cuti ayah belum signifikan. Indonesia, misalnya, hanya memberikan cuti ayah selama dua hari, menjadikannya salah satu yang tersingkat di dunia—meskipun terdapat perusahaan yang memberikan cuti ayah yang lebih panjang. Sementara itu, Amerika Serikat belum memiliki undang-undang nasional yang mewajibkan cuti berbayar bagi ayah.

Beberapa contoh praktik terbaik terkait cuti ayah dapat kita lihat dari negara-negara Nordik. Swedia, misalnya, memperkenalkan cuti berbayar bagi kedua orang tua sejak tahun 1970-an. Saat ini, Swedia menawarkan hingga 480 hari cuti berbayar per anak, dengan 90 hari diberikan khusus untuk setiap orang tua untuk mendorong peran pengasuhan yang setara.

Di Islandia, ayah berhak atas tiga bulan cuti berbayar yang tidak dapat dipindahtangankan, menjadikannya salah satu tingkat keterlibatan ayah tertinggi di dunia. Studi empiris dari negara-negara ini menggarisbawahi peningkatan yang konsisten dalam kesehatan anak, prestasi akademik, dan kepuasan orang tua. Model-model ini menunjukkan bahwa cuti ayah yang panjang dan terstruktur dengan baik dapat membentuk dinamika keluarga dan mendukung masyarakat yang lebih sehat.

Sementara itu, sebuah studi yang dilakukan di Singapura menyoroti bahwa masa cuti yang lebih panjang, sekitar dua minggu atau lebih, mengurangi konflik keluarga, meningkatkan keharmonisan pernikahan, dan memperkuat kedekatan ayah-anak, yang pada gilirannya meningkatkan perilaku anak.

Seruan Dunia

Meningkatkan cuti ayah tidak hanya merupakan reformasi sosial, tetapi juga investasi strategis untuk masa depan. Di tengah upaya dunia untuk mencapai inklusivitas, kesetaraan, dan kesejahteraan anak, masih ada harapan bahwa kebijakan tersebut akan menjadi standar universal, bukan hak istimewa di tempat-tempat tertentu saja.

Memperkenalkan dan meningkatkan cuti ayah sebagai bagian integral dari kebijakan keluarga harus menjadi prioritas di negara-negara yang belum menerapkannya. Pada saat yang sama, penguatan cuti hamil agar menjadi lebih komprehensif dan terarah, serta peningkatan akses pengasuhan anak, juga harus terus dilakukan. Pada akhirnya, sangat penting untuk mempromosikan kebijakan yang inklusif dan komprehensif dengan masukan dan partisipasi dari para pemangku kepentingan yang paling relevan dari semua lapisan masyarakat, tanpa meninggalkan seorang pun di belakang.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Continue Reading

Sebelumnya: Link Women: Kolaborasi untuk Mendorong Pemberdayaan Perempuan di Dunia Kerja
Berikutnya: Program Hilirisasi Riset dan Tantangan Penguatan Ekosistem Riset Nasional

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia