Pentingnya Pendidikan Lingkungan untuk Mengarusutamakan Pariwisata Berkelanjutan
Dalam beberapa dekade terakhir, pariwisata terus mengalami perkembangan dan menjelma sebagai salah satu sektor ekonomi dengan tingkat pertumbuhan tercepat secara global. Namun, tanpa penegakan prinsip-prinsip keberlanjutan, pariwisata akan meninggalkan dampak buruk bagi lingkungan dan manusia. Oleh karena itu, memastikan industri pariwisata berjalan secara berkelanjutan menjadi semakin penting. Untuk mengarusutamakan pariwisata berkelanjutan, pendidikan lingkungan dapat menjadi salah satu sarana yang efektif.
Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata merupakan sumber devisa yang penting. Sektor ini juga menyediakan lapangan kerja dalam jumlah yang signifikan. Data Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) menunjukkan bahwa jumlah wisatawan secara global meningkat dari 25 juta pada tahun 1950 menjadi lebih dari 1,2 miliar pada tahun 2023, meskipun pandemi COVID-19 menerjang. Pada tahun 2030, jumlahnya diperkirakan mencapai lebih dari 1,4 miliar.
Meski berperan dalam meningkatkan perekonomian suatu negara, sektor pariwisata juga berdampak negatif terhadap komunitas lokal dan lingkungan. Oleh karena itu, memastikan keberlanjutannya di segala aspek merupakan hal yang sangat penting.
Menurut UNWTO, pariwisata berkelanjutan adalah “pariwisata yang mempertimbangkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, dengan memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan komunitas tuan rumah”. Jadi, selain perekonomian, pariwisata berkelanjutan juga harus berkontribusi dalam melindungi warisan alam dan melestarikan budaya dan nilai-nilai tradisional komunitas lokal.
Pendidikan Lingkungan untuk Dukung Pariwisata Berkelanjutan
Peran pendidikan sangat penting dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk pendidikan lingkungan. Pada dasarnya, pendidikan lingkungan mencakup pengajaran kepada masyarakat tentang cara kerja alam dan bagaimana manusia dapat mengelola perilaku mereka untuk membantu melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem serta menjalani kehidupan yang berkelanjutan.
Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan, pendidikan lingkungan sangat penting karena dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang lingkungan dan mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan menuju perbaikan. Konsep ini telah diterapkan di berbagai destinasi wisata, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
Implementasinya di Asia Tenggara
Hoi An merupakan kota pertama di Vietnam yang berhasil mengelola pariwisata secara berkelanjutan, khususnya dalam hal pengelolaan sampah. Kota ini mendorong upaya kolaboratif untuk melestarikan warisan lokal dan lingkungan yang dilakukan oleh organisasi pemerintah, perusahaan, dan penduduk lokal. Kemitraan antara DUEd (Universitas Danang) dan Dewan Pengelola Kawasan Konservasi Laut (MPA) Pulau Cham di negara tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengelolaan sampah padat dan pengelolaan berbasis komunitas.
Kemitraan tersebut merevisi kurikulum dengan informasi praktis dan kegiatan langsung. Sebagai contoh, mahasiswa relawan mengikuti diskusi kelompok yang diselenggarakan oleh MPA dengan komunitas lokal untuk mempelajari tantangan pemilahan sampah padat.
Di Indonesia, salah satu contohnya ada di Puncak, Bogor-Cianjur, Jawa Barat. Puncak memainkan peran multifungsi baik dalam konservasi maupun pariwisata karena lokasinya terletak di kawasan perkotaan terpadat di Indonesia dan di hulu DAS Ciliwung, sungai utama yang mengalir melewati Jakarta. Di sini, terdapat Konsorsium Penyelamatan Puncak yang merupakan gerakan berbasis pendidikan lingkungan, yang digagas oleh Pusat Sistem, Analisis, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB, Forest Watch Indonesia, Komunitas Peduli Ciliwung, dan beberapa perwakilan komunitas lokal.
Konsorsium ini berfokus pada peningkatan kualitas daerah tangkapan air Puncak. Pemerintah juga menerapkan penilaian desa secara cepat (Rapid Rural Appraisal/RRA) dan Penilaian Desa Partisipatif (PRA) untuk mendorong diskusi di tingkat desa mengenai nilai konservasi lingkungan dalam pengelolaan risiko bencana.
Perlu Lebih Banyak Pendanaan
Pendidikan lingkungan dapat menjadi alat yang ampuh untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Namun, pendidikan lingkungan yang benar-benar kolaboratif, inklusif, komprehensif, dan efektif punya tantangan tersendiri, termasuk pendanaan.
Manfaat pendidikan lingkungan dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan sebagian besar baru dapat dilihat dalam jangka panjang. Pada saat yang sama, mempertahankan pembelajaran dan program jangka pendek seiring dengan keluar masuknya pelajar dan pemangku kepentingan lainnya memerlukan pendanaan yang besar.
Pendanaan juga diperlukan untuk memastikan pekerjaan yang layak bagi semua orang yang terlibat dan membiayai lebih banyak penelitian untuk mencapai pemahaman dan inovasi yang lebih baik. Oleh karena itu, mendorong kemitraan pemerintah-swasta yang dapat menopang pendanaan pendidikan lingkungan adalah kunci dan investasi bagi upaya jangka panjang yang berdampak untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Prayul adalah Reporter Magang di Green Network Asia. Lulusan program Biologi Universitas Adi Buana ini memiliki passion yang kuat dalam menulis tentang keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan isu-isu lain terkait SDGs.