Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Reformulasi Makanan Kemasan untuk Lindungi Kesehatan Masyarakat

Berbagai penelitian telah menemukan berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi makanan ultra-olahan yang banyak mengandung bahan-bahan sintetis dengan kadar gula, garam, dan lemak (GGL) yang tinggi. Demi melindungi dan mendukung kesehatan masyarakat, reformulasi makanan kemasan menjadi suatu hal yang mendesak.
Oleh Abul Muamar
17 Oktober 2024
tumpukan makanan kemasan di rak di sebuah minimarket

Foto: Fikri Rasyid di Unsplash.

Hari ini, hampir setiap jenis makanan dan minuman tersaji dalam kemasan, dan biasanya didesain semenarik mungkin. Makanan kemasan seringkali berupa makanan ultra olahan (ultra-processed food/UPF) yang mengandung bahan-bahan sintetis dengan kadar gula, garam, dan lemak (GGL) yang tinggi. Berbagai penelitian telah menemukan berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi makanan ultra-olahan, termasuk makanan kemasan yang banyak ditemukan di pasar. Demi melindungi dan mendukung kesehatan masyarakat, reformulasi makanan kemasan menjadi suatu hal yang mendesak.

Meningkatnya Makanan Kemasan di Indonesia

Perlahan tapi pasti, makanan kemasan telah mengambil porsi yang semakin besar dalam konsumsi sehari-hari masyarakat, termasuk menggantikan makanan-makanan alami yang sejatinya dapat diperoleh atau diolah dari alam seperti santan, singkong, kentang, kacang-kacangan, daging, bahkan susu sapi dan air kelapa. Jumlah dan sebaran makanan kemasan terus meningkat dan meluas dari tahun ke tahun seiring menjamurnya toko-toko modern di berbagai tempat, termasuk di pinggiran kota hingga desa. Bahkan, di pasar-pasar tradisional pun, makanan kemasan juga dapat dengan mudah ditemui.

Meningkatnya produksi dan distribusi makanan kemasan tidak terlepas dari merebaknya industri ritel makanan yang memproduksi berbagai jenis makanan kemasan. Nilai penjualan eceran makanan kemasan di Indonesia terus meningkat setidaknya sejak 2017. Pada tahun 2022, nilai penjualannya mencapai 37,5 miliar dolar AS. Mi instan, bubuk penguat rasa, kopi bubuk instan, dan cairan kental manis yang mengandung gula tinggi, adalah beberapa jenis produk yang paling banyak dibeli oleh masyarakat Indonesia. 

Komitmen Negara ASEAN

Desakan untuk mengatur ulang formulasi makanan bukanlah suatu hal yang baru. Pada KTT ASEAN ke-38 tahun 2021, para pemimpin negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menyatakan komitmen mengenai isu ini melalui Deklarasi Para Pemimpin ASEAN tentang Reformulasi dan Produksi Makanan dan Minuman yang Lebih Sehat. 

Deklarasi tersebut antara lain menyatakan bahwa negara-negara anggota ASEAN memprioritaskan reformulasi dan produksi makanan dan minuman yang lebih sehat sebagai strategi utama untuk mencapai potensi maksimal kesehatan masyarakat. Deklarasi tersebut juga menyatakan bahwa negara-negara Anggota ASEAN sepakat untuk mengembangkan kerangka kebijakan fiskal seperti pemberlakuan pajak dan cukai untuk makanan dan minuman tidak sehat, termasuk namun tidak terbatas pada minuman yang mengandung pemanis, garam dan lemak, sebagai salah satu langkah strategis utama dalam mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular.

Reformulasi Makanan Kemasan

Mengatur ulang formula makanan kemasan sangat penting untuk menyediakan makanan dan minuman yang lebih sehat, dengan kadar gula, garam, dan lemak yang sesuai dengan prinsip dasar kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula adalah 10% dari total energi (200 kkal) per orang per hari, atau setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram. Sedangkan anjuran konsumsi garam adalah tidak lebih dari satu sendok teh (2000 mg) per orang per hari; dan anjuran konsumsi lemak tidak lebih dari 5 sendok makan minyak (setara 67 gram) per orang per hari. Namun, kenyataannya, masih banyak orang yang mengonsumsi gula, garam, dan lemak melebihi angka anjuran tersebut; dalam hal ini, makanan kemasan–yang semakin mudah didapat dan seringkali lebih murah harganya–berkontribusi besar dalam hal ini. Oleh karena itu, reformulasi makanan adalah sebuah urgensi demi mewujudkan masyarakat yang lebih sehat.

Reformulasi makanan adalah proses mengubah pengolahan atau komposisi suatu produk makanan atau minuman untuk meningkatkan profil gizinya atau untuk mengurangi kandungan bahan atau zat gizi tertentu. Reformulasi makanan dapat membantu memastikan akses terhadap makanan yang lebih aman dan bergizi bagi semua orang, dan mendorong peralihan menuju pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Dalam kertas kebijakannya, WHO menggarisbawahi pentingnya kebijakan reformulasi produk makanan dan minuman bagi individu, masyarakat, maupun dunia usaha:

  • Meningkatkan kualitas nutrisi makanan dan membantu individu untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
  • Mengurangi konsumsi garam, gula, dan lemak berlebihan dari suatu produk makanan dapat mengurangi risiko penyakit tidak menular, kecacatan, dan kematian akibat pola makan sehingga memberikan manfaat bagi semua kelompok sosial ekonomi.
  • Mengembangkan produk dengan profil nutrisi yang lebih baik menawarkan peluang bagi dunia usaha untuk meningkatkan merek mereka dan menjangkau lebih banyak konsumen yang tertarik dengan isu kesehatan. Produk-produk mereka juga dapat terhindar dari perpajakan yang ditujukan terhadap produk-produk yang tidak sehat dan dapat terhindar dari pembatasan pemasaran dan hambatan perdagangan lainnya.

Menurut database Global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang implementasi Aksi Gizi (GINA), 111 negara di dunia telah memiliki kebijakan, strategi, atau rencana nasional untuk melaksanakan reformulasi makanan. Selain itu, 75 negara telah menetapkan batasan wajib atau target reformulasi sukarela. Kebijakan reformulasi makanan terbukti meningkatkan kesehatan masyarakat di negara-negara yang menerapkannya. Di Denmark, misalnya, kebijakan pembatasan kandungan asam lemak trans (TFA) sejak tahun 2004 berhasil menurunkan tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular secara signifikan.

Sayangnya, di Indonesia, kebijakan reformulasi makanan masih sebatas wacana. Hingga saat ini, makanan kemasan yang mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi masih banyak beredar bebas di pasar dan bahkan semakin beraneka ragam. Maraknya pemasaran makanan berbahaya di berbagai saluran turut mendorong masyarakat, termasuk anak-anak, untuk membeli dan mengonsumsi makanan dan minuman kemasan. Hal ini turut mendorong peningkatan berbagai kasus penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, penyakit ginjal, hingga gangguan mental.

Pelajaran dari Beberapa Negara

Lalu, bagaimana Indonesia dapat menerapkan kebijakan reformulasi makanan? Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan? WHO memberikan sejumlah pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan kebijakan dan program reformulasi di berbagai negara untuk menciptakan kebijakan atau strategi reformulasi makanan yang lebih baik, di antaranya:

  • Komitmen politik dan visi jangka panjang. Kegiatan advokasi penting untuk meningkatkan kesadaran, menumbuhkan kemauan politik, dan memobilisasi sumber daya.
  • Kepemimpinan pemerintah yang jelas dan proses yang transparan. Program reformulasi kemungkinan besar akan berhasil jika dipimpin oleh pemerintah. Jika kepemimpinan pemerintah tidak memungkinkan, OMS dapat memimpin upaya ini melalui proses yang transparan, dengan dukungan pemerintah.
  • Akses terhadap data yang akurat dan dapat diandalkan. Data mengenai kandungan gula, lemak, dan garam dalam makanan sangat perlu untuk memantau asupan; mengidentifikasi sumber utama lemak tidak sehat, gula, dan garam dalam makanan; menetapkan tingkat dasar; menetapkan batas atau target yang sesuai dan memantau kemajuan. Data penjualan juga penting untuk membantu mengidentifikasi produk terlaris dan menilai dampak pengurangan secara keseluruhan.
  • Komitmen untuk menegakkan, memantau, dan mengevaluasi. Dengan mempertimbangkan tantangan data, diperlukan serangkaian indikator yang telah ditentukan sebelumnya (yang berhubungan dengan proses serta target dan hasil) dan mekanisme pemantauan atau penegakan hukum. 
  • Keterlibatan dengan produsen makanan dengan aturan yang jelas. Pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas mengenai keterlibatan dengan produsen makanan dan, selama proses tersebut, harus memastikan bahwa keputusan dibuat demi kepentingan kesehatan masyarakat.

Selain itu, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan utama juga perlu mengarusutamakan makanan alami (real food) di tengah masyarakat melalui intervensi kebijakan yang jelas dan terukur, salah satunya dengan meningkatkan aksesnya bagi semua orang, terutama untuk kelompok masyarakat miskin dan rentan mengingat real food seringkali lebih tidak terjangkau dibanding makanan-makanan ultra-olahan.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Demokrasi yang Cacat di Indonesia: Kebebasan Berpendapat di Bawah Ancaman Kekerasan Aparat
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Ketimpangan, Pengangguran, hingga Korupsi yang Merajalela: 6 Isu Sosial yang Mendesak untuk Diatasi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Dunia yang Kian Gemerlap dan Kelap-kelip Kunang-Kunang yang Kian Lenyap
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Peta Jalan Dekarbonisasi Industri untuk Tekan Emisi di Subsektor Intensif-Energi

Continue Reading

Sebelumnya: Bagaimana Tanzania Tingkatkan Produktivitas dan Kualitas Singkong
Berikutnya: 5 Aspek Kunci untuk Ciptakan Sistem Pangan yang Lebih Baik

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia