Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

COP26: Terobosan dan Hasil Penting dari KTT Iklim Glasgow

Target COP sebelumnya belum tercapai. COP26 membahas masalah tersebut dan menetapkan lebih banyak rencana. Berikut beberapa hal penting yang menjadi catatan.
Oleh Tia Hanifa
9 Desember 2021
COP26 in Glasgow

Source: Reuters/Phil Noble

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021—yang lebih dikenal sebagai COP26 (singkatan dari Conference of the Parties ke-26)—berlangsung di Glasgow, Skotlandia, 31 Oktober hingga 13 November 2021. COP26 dianggap sebagai “KTT Iklim Global paling penting sejak COP Paris” karena untuk pertama kalinya negara-negara di seluruh dunia menyerahkan rancangan mereka menuju janji iklim yang disepakati berdasarkan Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat.

Pakta Iklim Glasgow

Komitmen untuk mencapai 1,5 derajat itu sangat penting karena kenaikan suhu sekecil apapun dapat menghilangkan banyak nyawa dan merusak mata pencaharian. Menteri Lingkungan Kenya, Keriako Tobiko, menekankan bahwa untuk kondisi di Afrika sendiri, “1,5°C itu bukan lagi soal statistik–tetapi masalah hidup dan mati.” Dampak perubahan iklim paling dirasakan oleh negara-negara berkembang di garis depan.

Tahun ini, banyak negara mengajukan rencana pengurangan emisi yang lebih besar dari yang sebelumnya. Namun, Climate Action Tracker memperhitungkan bahwa kalaupun target baru itu diterapkan, suhu dunia tetap akan naik sekitar 2,4°C. Inilah mengapa negara-negara diminta untuk meningkatkan target pengurangan emisi dalam pembicaraan iklim tahun depan. Dalam COP6, kesepakatan global baru juga telah dicapai—yakni Pakta Iklim Glasgow.

Kesepakatan untuk Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Fosil

Dengan kesepakatan yang dicapai dalam COP26, agenda global selanjutnya akan fokus pada beberapa hal utama, termasuk pengurangan subsidi batu bara dan bahan bakar fosil. Hampir 40 negara dan bank telah menandatangani perjanjian untuk mendukung energi bersih ketimbang mendanai proyek bahan bakar fosil di luar negeri. Para pemimpin dunia juga telah sepakat untuk mengurangi subsidi yang menurunkan harga batu bara, minyak, dan gas alam.

Hal penting lainnya yang dibahas adalah pembiayaan adaptasi untuk negara berkembang. Sebelumnya, rencana pemberian dukungan keuangan kepada negara-negara berkembang senilai $100 miliar belum terealisasi. Tahun ini, negara-negara maju dihimbau untuk setidaknya menggandakan sumbangan keuangan mereka ke negara-negara berkembang.

Catatan lainnya dalam COP26 mencakup perjanjian global untuk mengurangi emisi metana hingga 30% pada tahun 2030, yang ditandatangani oleh 110 negara. China, penghasil metana terbesar, tidak menandatangani perjanjian tersebut, tetapi mereka menyepakati kerjasama dengan Amerika Serikat untuk mengurangi emisi metana pada dekade berikutnya. Di samping itu, terkait masalah “kehilangan dan kerusakan” yang merujuk pada lenyapnya kehidupan, mata pencaharian, dan ekosistem yang sudah terjadi, juga turut dibahas untuk pertama kalinya dalam KTT Iklim itu. Hasilnya, disepakati bahwa Jaringan Santiago akan mengatur dan mendanai bantuan teknis untuk membantu mencegah, meminimalisir, dan menanggulangi masalah kehilangan dan kerusakan itu.

Target sudah ditetapkan, perjanjian telah dibuat. Sekarang tinggal bagaimana negara-negara dan semua pemangku kepentingan mengatur, merencanakan, dan melaksanakan langkah-langkah penting selanjutnya untuk mewujudnyatakan target tersebut.

Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional. 

Penerjemah: Abul Muamar

Tia Hanifa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Tia adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Komunikasi (Studi Media) di Universitas Indonesia.

  • Tia Hanifa
    https://greennetwork.id/author/tiahanifa/
    Salah Kaprah Penggunaan Istilah “Revenge Porn”
  • Tia Hanifa
    https://greennetwork.id/author/tiahanifa/
    Pengantar Menuju Aktivisme Digital: Terlibat Secara Bertanggung Jawab
  • Tia Hanifa
    https://greennetwork.id/author/tiahanifa/
    TikTok & “Green Influencers”: Mampukah Mereka Membuat Perubahan?
  • Tia Hanifa
    https://greennetwork.id/author/tiahanifa/
    Dilema Sampah COVID-19 di Asia Selatan

Continue Reading

Sebelumnya: Mimpi Gerakan LindungiHutan Tanam 270 Juta Pohon
Berikutnya: Kasim Arifin dan 15 Tahun Pengabdian Seorang Mahasiswa KKN

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia