Equalitera Artspace: Ruang Seni Disabilitas untuk Seni yang Lebih Inklusif
Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya akan karya-karya kesenian. Di provinsi ini, ada banyak galeri seni yang menampilkan berbagai karya seniman dari berbagai penjuru daerah. Namun, ruang seni yang menampilkan karya dari orang-orang dengan disabilitas (difabel) masih terbilang terbatas. Terkait hal ini, Equalitera Artspace hadir sebagai ruang seni yang mengusung prinsip kesetaraan dan inklusivitas, yang terbuka untuk para seniman difabel maupun non-difabel.
Isu Inklusivitas dalam Dunia Seni
Dunia kesenian, meski dikenal sebagai ruang ekspresi tanpa batas, seringkali belum sepenuhnya inklusif dalam berbagai praktiknya. Kelompok-kelompok marginal dan minoritas, seperti seniman difabel, masih kurang mendapatkan kesempatan yang setara, termasuk dalam menampilkan karya-karya mereka di ruang publik. Kurangnya kesempatan bagi seniman difabel untuk berpartisipasi dalam dunia seni tidak hanya membatasi ruang ekspresi mereka, tetapi juga mempersempit persepsi masyarakat terhadap seni sebagai medium universal.
Laporan “Pemetaan Kesenian dan Disabilitas di Indonesia” yang diterbitkan oleh Pusat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PLD-UB) dan British Council mengungkap bahwa karya-karya seniman difabel sering kali diabaikan, atau jikapun mendapatkan apresiasi, hanya dipandang dari sudut rasa kasihan. Perspektif ini tidak hanya meremehkan kualitas karya seni yang dihasilkan, tetapi juga mereduksi posisi seniman difabel menjadi sekadar objek empati.
Di luar apresiasi yang tidak setara, seniman difabel juga menghadapi kendala akses terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan infrastruktur ruang kesenian. Misalnya, beberapa galeri seni dan tempat pertunjukan kerap tidak menyediakan fasilitas yang mendukung kebutuhan pengguna kursi roda. Ramp yang ada seringkali terlalu curam atau tidak sesuai standar. Selain itu, akses terhadap toilet yang ramah difabel dan guiding block bagi difabel netra juga sering tidak tersedia secara memadai.
Kondisi ini menciptakan hambatan bagi para seniman difabel untuk menampilkan karya mereka. Pada gilirannya, hal ini berdampak luas. Seniman difabel kehilangan peluang untuk diakui secara profesional dan berkontribusi lebih besar pada dunia seni, yang kemudian akan berdampak pada kesejahteraan mereka, terutama ketika mereka hidup dengan mengandalkan karya-karya yang mereka hasilkan.
Equalitera Artspace sebagai Ruang Pamer Seniman Difabel
Di tengah tantangan tersebut , Equalitera Artspace hadir untuk menjembatani kesenjangan di dunia seni. Diinisiasi oleh Jogja Disability Arts, galeri ini didirikan untuk merespons kegelisahan para seniman difabel di Yogyakarta, yang selama ini kurang mendapatkan panggung.
Berada di bilangan Ring Road Barat, Kalurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Equalitera Artspace bertujuan memberikan ruang bagi seniman difabel untuk memamerkan karya mereka, mulai dari seni lukis hingga seni instalasi multimedia. Selain itu, galeri seni ini hadir untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya inklusivitas dalam kesenian.
Nama Equalitera diambil dari gabungan kata equality yang berarti kesetaraan, dan terra yang berarti tanah atau bumi, yang mencerminkan semangat untuk menciptakan ruang hidup yang merangkul kesetaraan. Selain itu, kata litera, yang berarti literasi atau pengetahuan, menunjukkan misinya sebagai tempat di mana seni, keterampilan, dan pengetahuan tumbuh dengan menghargai keberagaman.
Pameran perdana Equalitera menampilkan berbagai karya dari para seniman difabel, dengan pesan utama bahwa seni adalah medium yang mampu melampaui batasan fisik maupun sosial. Selain memamerkan karya, inisiatif ini juga menyediakan pelatihan seni bagi seniman difabel, memastikan mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terus berkembang.
Selain mengusung inklusivitas dalam hal karya yang dipamerkan, Equalitera juga mempertimbangkan pengalaman pengunjung yang beragam. Ruang seni ini dirancang dengan aksesibilitas yang lengkap, seperti panduan audio untuk pengunjung difabel netra, deskripsi karya dalam braille, dan akses fisik yang ramah kursi roda.
Mewujudkan Seni yang Lebih Inklusif
Seni yang inklusif bukan hanya tentang memberikan ruang yang setara bagi seniman difabel atau seniman-seniman dari kelompok marginal lainnya, tetapi juga tentang meruntuhkan stigma dan memperluas pemahaman akan kesetaraan. Dalam hal ini, seni dapat menjadi sarana untuk mencapai perubahan sosial yang nyata—bukan hanya tentang estetika. Equalitera Artspace dapat menjadi inspirasi dan memperluas kesadaran akan pentingnya kesetaraan dalam dunia seni. Oleh karena itu, mengarusutamakan ruang-ruang seni yang merangkul dan terbuka untuk semua sangatlah penting untuk menciptakan dunia seni yang lebih inklusif.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.