Kerja Sama Pemprov Jabar-Monash University untuk Pulihkan Sungai Citarum

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan cenderamata kepada Dr Jane Holden dari Monash University. | Foto: Monash University.
Sungai memiliki peran yang sangat krusial bagi kehidupan banyak makhluk hidup di Bumi. Selain sebagai sumber makanan dan air bersih, sungai juga berfungsi sebagai habitat bagi ikan dan berbagai makhluk yang hidup di air, tempat penampungan hujan, dan sumber pembangkit listrik. Sayangnya, keberadaan sungai di berbagai belahan dunia terancam oleh pencemaran dan polusi. Di Indonesia, salah satu sungai yang paling tercemar adalah Sungai Citarum di Jawa Barat.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memulihkan Sungai Citarum. Namun, sungai ini masih tetap tercemar sampai sekarang. Pada Kamis, 11 Mei 2023, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjalin kerja sama dengan Monash University Indonesia dalam pengelolaan limbah dan revitalisasi Daerah Aliran Sungai Citarum. Kerja sama ini bertujuan untuk membangun solusi penanganan limbah padat dan cair dan menghentikan pembuangan sampah plastik ke sungai tersebut.
Kondisi Sungai Citarum
Sungai Citarum adalah sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat. Sungai ini berhulu di kaki Gunung Wayang, mengalir melewati dasar cekungan Bandung sepanjang 297 kilometer menuju utara, dan bermuara di pantai utara Jawa di Kabupaten Karawang. Sungai ini pernah menjadi sumber kehidupan bagi jutaan orang yang tinggal di sepanjang kawasannya dan merupakan ekosistem bagi banyak spesies ikan.
Namun, Sungai Citarum tercemar parah oleh berbagai aktivitas manusia. Limbah industri (terutama limbah cair dan B3 dari industri tekstil), sampah rumah tangga, dan kotoran manusia merupakan kontributor utama pencemaran. Saking kotornya, sungai yang melewati 701 desa ini ini sampai dijuluki “kakus raksasa” dan pernah menjadi sungai paling tercemar di dunia.
Memulihkan Sungai Citarum
Dalam MoU kerja sama yang telah ditandatangani, Pemprov Jabar akan menjalin kemitraan dengan Monash University selama 5 tahun sampai 2027. Kerja sama ini juga akan melibatkan para peneliti dari Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Badan Ilmu Pengetahuan Nasional Australia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), dan Swiss Federal Institute of Aquatic Science and technology – Eawag.
Seluruh pihak yang terlibat akan berkontribusi dengan berbagai keahlian multidisiplin ilmu dan dikolaborasikan dengan pengambilan keputusan yang berorientasi pada masyarakat sekitar sungai. Proyek ini akan menggabungkan inovasi teknologi dan sosial dan membentuk laboratorium hidup untuk mempelajari proses transformasi sungai.
Beberapa tujuan dan target yang ditetapkan dalam kerja sama ini antara lain:
- Mengukur keefektifan proyek percontohan zero-waste dalam mengurangi aliran limbah ke sungai.
- Mengembangkan proof of concept untuk pengelolaan sampah secara terintegrasi, serta menyusun bukti untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan pada skala lokal, nasional, dan internasional.
- Dalam jangka panjang, pengetahuan baru yang dihasilkan dari proyek ini akan digunakan sebagai strategi dalam mengatasi pencemaran Sungai Citarum dan sungai-sungai lainnya di Asia Tenggara.
“Kemitraan ini membawa kami selangkah lebih dekat dalam mewujudkan visi kami untuk menciptakan sungai yang bersih, sehat, dan produktif dengan menggunakan pendekatan baru yang memanfaatkan limbah, sehingga mendorong masyarakat menuju keberlanjutan,” kata Andrew Macintyre, Pro Vice-Chancellor and President of Monash University.
Yang Telah Dilakukan dan Perlu Ditingkatkan
Dalam beberapa tahun terakhir, sebelum Pemprov Jabar menjalin kerja sama dengan Monash University, berbagai pihak telah berupaya untuk membersihkan Sungai Citarum. Pemerintah, misalnya, telah mengeluarkan Perpres Nomor 15 Tahun 2018 yang menjadi landasan program Citarum Harum. Selama empat tahun berjalan, Citarum Harum diklaim berhasil memperbaiki kondisi Sungai Citarum, dan mengubah statusnya dari “cemar berat” menjadi “cemar ringan”.
Meski demikian, sungai bersejarah ini masih memerlukan pemulihan yang lebih baik. Pendekatan multidisiplin ilmu pengetahuan dan kolaborasi yang kuat antar-pemangku kepentingan dan lintas-sektoral perlu untuk terus ditingkatkan.
“Kerja sama ini untuk menuntaskan penanganan revitalisasi Citarum dengan keilmuan dan teknologi dari Australia. Saya tidak mau Citarum diwariskan ke generasi berikut sebagai sungai yang kotor dan tidak manusiawi,” ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.