Keterampilan Manajemen Keuangan dan Kewirausahaan bagi Para Kepala Sekolah
Sekolah adalah tempat anak-anak dan kaum muda menimba ilmu pengetahuan demi masa depan yang lebih baik. Sebagai institusi, sekolah memerlukan keuangan yang sehat untuk memastikan keberlangsungan operasionalnya. Oleh karenanya, pengelolaan keuangan yang baik menjadi keterampilan yang penting dimiliki oleh para kepala sekolah dan tenaga pendidik, terutama bagi sekolah swasta berbiaya rendah.
Namun sayangnya, banyak kepala sekolah dan tenaga pendidik di Indonesia yang masih gagap dalam mengelola keuangan sekolah. Penelitian terbaru Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkap bahwa masih banyak kepala sekolah dan tenaga pendidikan yang belum literat mengenai manajemen keuangan sekolah. Padahal, pengelolaan keuangan sekolah yang buruk berpotensi menciptakan penyalahgunaan anggaran, kegagalan mencapai target, hingga penutupan sekolah.
Minimnya Pelatihan Manajemen Keuangan
Penelitian yang dilakukan CIPS melibatkan 23 kepala sekolah dan tenaga pendidik layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Sumba Barat Daya sebagai responden. Penelitian tersebut juga disertai dengan program pelatihan pengembangan kapasitas bagi para kepala sekolah dan tenaga pendidik. Hasilnya, 88 persen responden mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan seputar manajemen keuangan sekolah dan kewirausahaan dalam bentuk apa pun.
Penelitian itu juga mengungkap kesulitan yang dialami oleh para kepala sekolah dan tenaga pendidikan dalam menerapkan praktik-praktik dasar manajemen keuangan, seperti pembukuan dan perencanaan anggaran dalam operasional sekolah mereka. Hal ini menunjukkan rendahnya akses terhadap pelatihan manajemen keuangan bagi tenaga pendidik.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah menyatakan bahwa tugas utama kepala sekolah berhubungan erat dengan peran manajerial dan pengembangan kewirausahaan untuk mendukung pembelajaran siswa.
Pemerintah memberi otonomi kepada sekolah dalam proses pengambilan keputusan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS memungkinkan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, mengajar, dan mengatur kegiatan apa pun yang diperlukan. Namun, masih banyak sekolah yang belum dapat mengimplementasikan MBS dengan efektif akibat keterampilan kepala sekolah dan tenaga pendidikan yang kurang memadai dalam hal manajemen keuangan.
Rekomendasi untuk Pemerintah
Karakteristik sekolah dan konteks lokal yang beragam di Indonesia menghadirkan berbagai tantangan yang berbeda-beda bagi setiap sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada.
Memperkuat keterampilan manajemen keuangan sekolah dan kewirausahaan adalah upaya yang perlu dilakukan untuk membantu kepala sekolah dan tenaga pendidik menjadi tanggap
dan adaptif, agar mampu bertahan di tengah kebijakan pendidikan yang terus berubah serta keadaan sulit yang bisa datang tiba-tiba seperti Pandemi COVID-19.
CIPS merekomendasikan Kemendikbudristek untuk memusatkan perhatian pada pengembangan kapasitas manajemen keuangan sekolah dan kewirausahaan bagi kepala sekolah dan staf administrasi, di samping keterampilan pedagogi.
Pengembangan kapasitas ini dapat dijalankan oleh lembaga pemberdayaan pengembangan kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik, yakni Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) dan Balai Guru Penggerak (BGP). Kemendikbudristek harus memastikan bahwa BBGP dan BGP mengadakan pelatihan ini secara rutin, dengan kurikulum yang disempurnakan yang sesuai dengan dinamika pendidikan Indonesia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.