Menengok Pembangunan Pedesaan di Uzbekistan
Foto: Aleksander Stypczynski di Unsplash.
Pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan prinsip tidak meninggalkan seorang pun di belakang, namun di berbagai belahan dunia, masyarakat pedesaan seringkali kesulitan mengakses air, listrik, dan berbagai kebutuhan dasar lainnya. Tantangan-tantangan yang ada seringkali unik, tergantung pada konteks lokal, dan begitu pula dengan solusi yang dibutuhkan. Di Uzbekistan, terdapat proyek bersama yang ditujukan untuk mendukung pembangunan pedesaan. Seperti apa?
Tantangan Pedesaan Uzbekistan
Uzbekistan adalah negara yang terkurung daratan di Asia Tengah dengan populasi sekitar 37 juta jiwa. Hampir setengah populasi tersebut tinggal di daerah pedesaan. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa negara ini telah berhasil mengurangi separuh tingkat kemiskinannya dari 36% pada tahun 2015 menjadi 17% pada tahun 2022. Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan Uzbekistan masih menghadapi banyak kesulitan.
Misalnya, pertumbuhan produksi gandum di Uzbekistan mengakibatkan degradasi lahan, polusi air, dan kerentanan di sektor pertanian. Perempuan pedesaan juga tidak punya kepemilikan untuk mengelola lahan, yang akhirnya menghambat produktivitas pertanian. Selain itu, kaum muda Uzbekistan juga menghadapi kesulitan karena kurangnya keterampilan dan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan.
Perubahan iklim turut memperparah tantangan-tantangan tersebut. Kekeringan dan bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim, ditambah pengelolaan air yang tidak berkelanjutan, telah menyebabkan kelangkaan air. Tanpa intervensi, Uzbekistan akan mengalami kekurangan air sebesar 15 miliar meter kubik pada tahun 2050.
Pembangunan Pedesaan dengan Partisipasi Lokal
Pada tahun 2022, Kementerian Ekonomi dan Keuangan Uzbekistan dan UNDP meluncurkan proyek bersama untuk mengatasi masalah aksesibilitas dan infrastruktur di daerah pedesaan Uzbekistan. Melalui proyek Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan, mereka bermaksud meningkatkan akses terhadap listrik, air, layanan kesehatan, dan pendidikan, serta menyediakan perbaikan jalan dan infrastruktur lainnya.
Pada tahap pertama, proyek ini membentuk 40 kelompok Rencana Pengembangan Masyarakat, dengan partisipasi aktif masyarakat lokal. Rencana-rencana ini dijabarkan ke dalam peta jalan pelaksanaan 895 subproyek untuk membangun infrastruktur di empat wilayah.
Salah satu contohnya adalah pemasangan AC propana di pusat kesehatan pedesaan di kawasan Laut Aral, yang telah lama dilanda badai debu akibat mengeringnya danau. Pada saat yang sama, sistem pendingin udara rendah emisi karbon, yang penting dalam konteks krisis iklim yang sedang berlangsung. Sesi pelatihan tentang pemeliharaan AC juga dilakukan untuk mendorong partisipasi dan kelembagaan masyarakat lokal.
Proyek ini juga memfasilitasi sesi pelatihan untuk transformasi digital. “Berkat proyek ini, 54.190 penduduk lokal memperoleh akses digital terhadap layanan pemerintah. Selain itu, delapan sekolah di pedesaan diberikan sumber daya TI (teknologi informasi) baru, termasuk 128 komputer dan papan pintar interaktif, yang membuka peluang baru bagi generasi muda,” kata Akiko Fujii, Perwakilan UNDP di Uzbekistan.
Tidak Meninggalkan Seorang Pun di Belakang
Pada akhir tahun 2024, proyek ini memasuki tahap kedua, yang mencakup 157 komunitas di 21 distrik di tiga wilayah. Sesi pelatihan dilakukan dengan melibatkan perempuan dan orang-orang dengan disabilitas untuk merumuskan tindakan yang sesuai dengan konteks unik setiap komunitas.
Pada akhirnya, pembangunan pedesaan dan masyarakatnya harus berpusat pada pengalaman hidup dan wawasan lokal untuk memastikan kemajuan yang efektif dan bermakna tanpa meninggalkan seorang pun di belakang.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangMadina is the Assistant Manager for Digital Publications at Green Network Asia. She graduated from Universitas Indonesia with a bachelor's degree in English Literature. She has three years of professional experience working on GNA international digital publications, programs, and partnerships particularly on social and cultural issues.

Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor University of Reading Malaysia
Memperkuat Ketahanan Masyarakat di Tengah Meningkatnya Risiko Bencana
UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan
Wawancara dengan Eu Chin Fen, CEO Frasers Hospitality
Meningkatkan Akses terhadap Fasilitas Olahraga Publik di Tengah Tren Gaya Hidup Sedenter
Langkah Pemerintah Inggris dalam Mengatasi Pengangguran Kaum Muda