Mengenang Muhammad Arif Tasrif
Saya menghormati dan akan selamanya mengingat seorang teman, mentor, dan penasihat yang luar biasa, Muhammad Arif Tasrif, yang meninggal dunia pada usia 47 tahun di Rumah Sakit Abdi Waluyo Menteng, Jakarta, pada hari Senin, 28 Juni 2021, pukul 05.51 WIB.
Memiliki akar etnis Bugis-Makassar, Arif lahir dan dibesarkan di lembah Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 03 Oktober 1973. Masyarakat setempat lazim memanggilnya Dae Arif. Mereka membanggakan Almarhum sebagai salah satu putra terbaik Dompu.
Selama lebih dari 10 tahun terakhir, Arif telah bekerja dengan penuh semangat dalam kebijakan dan program pengentasan kemiskinan nasional. Almarhum menjabat sebagai Kepala Unit Advokasi Kebijakan Daerah, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di Kantor Wakil Presiden Republik Indonesia (Setwapres RI) dari awal berdirinya lembaga tersebut hingga akhir hayatnya.
Dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin unit advokasi daerah, Arif aktif melakukan perjalanan ke berbagai provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. Almarhum memiliki semangat yang besar dalam membantu dan memfasilitasi pemerintah daerah untuk belajar, meningkatkan keahlian, dan maju menuju percepatan upaya pengentasan kemiskinan di wilayahnya masing-masing.
“Kerja advokasi membutuhkan passion yang kuat untuk melayani, apalagi menghadapi beragam karakter. Pengetahuan saja tidak cukup, kita harus passionate dan suportif” kata Almarhum sebagaimana yang saya ingat dari percakapan awal kami pada 29 Oktober 2018.
“Yang saya maksud dengan suportif itu bukan semata soal sinergi teknis pekerjaan, tapi kesamaan komitmen untuk melayani orang-orang di daerah, for the sake of a new great Indonesia! Itu prinsip yang saya tanamkan pada tim saya, bekerja dengan hati dan otak sekaligus,” tambahnya.
Pikiran Arif selalu bersama masyarakat miskin dan rentan. Almarhum meyakini kekuatan pemerintah daerah, khususnya dengan anggarannya, sebagai kunci pengentasan kemiskinan yang efektif dan efisien. Almarhum juga menyempatkan menulis wawasannya yang kaya di berbagai media nasional, tentang bagaimana pemerintah daerah dapat memaksimalkan penanggulangan kemiskinan sembari melayani mereka secara langsung dengan bantuan teknis di TNP2K.
Profesional yang Penuh Dedikasi
Saya ingat dengan jelas betapa Arif sangat bangga dengan lembaga, tim, dan pekerjaannya. Sepanjang saya mengenalnya, tidak pernah sekalipun saya mendengar Almarhum mengeluh tentang lembaga dan timnya. Almarhum adalah salah satu profesional paling berdedikasi yang pernah saya lihat, yang juga sangat peduli dengan keberlanjutan lembaga yang dilayaninya.
“Secara obyektif, kehadiran TNP2K sangat dibutuhkan dan relevan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan nasional. Namun, keberlanjutannya akan tergantung pada niat baik (political will) dari kepemimpinan wakil presiden yang akan datang. Saya berharap wakil presiden terpilih akan bisa mempertahankan lembaga ini,” kata Almarhum secara jernih dan objektif dalam percakapan seputar Pilpres 2019 lalu.
“Aset teknokratik TNP2K yang berharga seperti data dan analisis serta jaringan institusi perencana di daerah harus diselamatkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk penanggulangan kemiskinan nasional,” tambahnya.
Pemain Tim yang Hebat
Arif juga seorang pemimpin visioner dan progresif, yang percaya pada kekuatan passion sebagai motor kesuksesan timnya. “Kesamaan visi itu kunci sukses sebuah teamwork, dan cara termudah untuk membangun kesamaan visi adalah dari kesamaan passion. Belasan tahun karir saya membuktikan itu,” ujarnya.
Almarhum memupuk budaya kemandirian dan ketangkasan di antara timnya. Mereka melakukan perjalanan ke berbagai daerah di wilayah Indonesia yang sangat luas untuk kerja advokasi penanggulangan kemiskinan dengan hanya beberapa anggota tim saja (catatan: rutin dilakukan sebelum pandemi Covid-19).
“Semua harus mandiri dan sigap. Nawaitu (niat) harus selalu dijaga. Gak boleh pakai cara-cara birokrasi lama. Gak boleh minta dilayani fasilitas apapun, termasuk minta antar-jemput dan oleh-oleh. Intinya harus jaga nama baik tim dan lembaga,” kata Almarhum tentang budaya kerja advokasi mereka di daerah.
Mentor yang Rendah Hati, Peduli, dan Mengayomi
Saya merasa diberkati dan privileged mendapat kesempatan bertemu Arif dalam 3 tahun terakhir perjalanan pribadi dan profesional saya. Meskipun 3 tahun adalah waktu yang sangat singkat, mengingat kepergian Almarhum yang begitu cepat.
Almarhum memiliki kemampuan membaca orang lain dan mengidentifikasi potensi mereka. Hal ini membuatnya percaya pada generasi millennial, yang tidak jarang mengalami ageisme. Kepercayaan itu membuatnya murah hati berbagi peluang dan kesempatan untuk bertumbuh, yang sangat penting bagi generasi muda. Saya ingat betul ketika Almarhum berkata “visi dan kreativitas anak muda Indonesia adalah jawaban tunggal untuk Indonesia baru.”
Di masa hidupnya, Arif adalah figur yang berpikiran terbuka, rendah hati, dan menghormati keragaman pendapat, budaya, bahkan afiliasi politik. “Saya biasa ngobrol dengan banyak teman dari semua komunitas. Hidup saya sehari-hari begitu,” katanya.
Bicara tentang kemungkinan beralih karir, Almarhum menyarankan generasi muda untuk tidak takut beralih karir jika mereka tidak mencintai apa yang mereka lakukan. Bahkan Arif sendiri juga pernah beralih karir, dari industri pertambangan ke dunia pembangunan, khususnya penanggulangan kemiskinan, di mana akhirnya Almarhum menemukan passion dan kebahagiaannya.
“Kita hanya perlu menjaga niat baik dan kesungguhan. Rezeki dari Allah swt. Itu sekaligus pengingat untuk diri saya sendiri,” ujar Almarhum mengomentari ketidakpastian hari depan, khususnya perihal karir dan pekerjaan.
Di luar kehidupan profesional, Arif Tasrif adalah penyuka puisi dan penikmat kopi. Almarhum menyukai puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, dan tentu saja karyanya sendiri. Almarhum juga senang berlatih beberapa jenis olahraga, seperti tenis, sepak bola, bulu tangkis, joging, dan bersepeda.
Tim Green Network Asia dan saya pribadi menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga dan siapa pun yang berduka atas kepergian Arif di masa yang sulit ini. Saya yakin, banyak yang berduka atas kepergian sosok baik hati seperti Almarhum, yang kehadirannya telah menyentuh hidup banyak orang.
Semoga kita melanjutkan warisannya dalam mencintai dan merawat masyarakat miskin dan rentan. Membantu mereka secara pribadi, profesional, kelembagaan, dan dengan cara apa pun yang kita bisa, terutama di tengah pandemi COVID-19 yang menjadikan kemajuan upaya penanggulangan kemiskinan selama bertahun-tahun mundur ke belakang.
Kami mendorong Anda untuk berbagi kenangan dan pemikiran tentang Almarhum.
Editor: Agung Taufiqurrakhman
Untuk membaca versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris, klik di sini.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Marlis adalah Founder & CEO Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Ilmu Kebijakan Publik dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore. Ia seorang peneliti Kebijakan Publik dengan pendekatan interdisipliner dan praktisi Public Affairs dengan fokus terpadu pembangunan berkelanjutan dan keberlanjutan.