Program Hilirisasi Riset dan Tantangan Penguatan Ekosistem Riset Nasional

Foto: Freepik.
Riset memungkinkan kita menggali informasi, menganalisis masalah secara sistematis, hingga menemukan solusi yang relevan. Maka dari itu, riset merupakan landasan utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perumusan kebijakan publik, hingga perancangan program sosial. Terkait hal ini, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) meluncurkan Program Pendanaan Hilirisasi Riset Pengujian Model dan Prototipe tahun 2025. Namun, bagaimana program ini dapat menjawab tantangan-tantangan dalam dunia riset di Indonesia hari ini?
Tantangan Ekosistem Riset Nasional
Ada banyak tantangan dalam dunia riset di Indonesia yang menghambat inovasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Rendahnya alokasi anggaran, birokrasi perguruan tinggi yang menghambat iklim penelitian, minimnya fasilitas riset, rendahnya tingkat kesejahteraan peneliti, dan kurangnya diseminasi hasil riset adalah beberapa isu yang paling menonjol.
Pada tahun 2025, alokasi anggaran riset memang naik menjadi 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, Indonesia masih cukup tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (1,3 persen), Singapura (2,16 persen), dan Thailand (1,21 persen). Kondisi tersebut pada gilirannya juga berdampak pada minimnya fasilitas yang mendukung peningkatan kualitas riset.
Selain keterbatasan anggaran, birokrasi yang rumit dan beban kerja administratif yang tinggi, khususnya di perguruan tinggi, juga menjadi hambatan bagi dosen untuk melakukan riset. Banyak dosen terjebak dalam tugas-tugas administratif dan kewajiban non-akademik seperti pengisian dokumen kinerja yang rumit hingga menjadi panitia berbagai kegiatan kampus yang banyak menyita waktu dan energi, sehingga mereka kesulitan untuk melakukan kegiatan penelitian.
Pada saat yang sama, kesejahteraan dosen secara umum juga masih masih menjadi sorotan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Serikat Pekerja Kampus (SPK) yang melibatkan 1.200 dosen, sebanyak 61 persen menyatakan bahwa upah yang mereka terima tidak sesuai dengan beban kerja.
Program Hilirisasi Riset
Program Hilirisasi Riset Pengujian Model dan Prototipe tahun 2025 diklaim sebagai langkah strategis dalam memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional yang inklusif dan berkelanjutan. Salah satu fokus utama dari program ini adalah melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan perekonomian negara. Program ini menetapkan delapan bidang sebagai fokus utama, yakni pangan, energi terbarukan, kesehatan (obat), transportasi, rekayasa keteknikan, pertahanan-keamanan, kemaritiman, serta sosial humaniora pendidikan seni-budaya.
Lebih lanjut, program ini dirancang untuk memastikan bahwa inovasi dari kampus dan lembaga riset dapat masuk ke tahap produksi dan pemanfaatan di masyarakat. Program ini diharapkan dapat mendorong riset-riset inovatif yang dapat dikembangkan menjadi prototipe siap terap sehingga dapat digunakan oleh dunia industri dan dunia usaha.
“Kita ingin memastikan bahwa riset pada akhirnya bisa memberikan dampak pada permasalahan yang ada di Industri, masyarakat, dan pemerintah. Suatu produk atau kebijakan harus memiliki basis pengetahuan yang sangat kuat. Untuk itu, riset memang harus sangat kuat. Lebih dari itu adalah bagaimana membuat riset itu kita dorong untuk menjadi suatu produk komersial yang tentunya membutuhkan kerjasama dengan industri. Diharapkan program penelitian yang didorong ke arah hilir bisa betul-betul dimanfaatkan,” ujar Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.
Kolaborasi Lintas Sektor
Pada akhirnya, perbaikan dalam alokasi anggaran, tata kelola dalam dunia kerja di kampus, peningkatan kesejahteraan dosen dan peneliti, hingga perluasan diseminasi hasil riset, harus menjadi perhatian utama dalam memperkuat ekosistem riset nasional. Untuk itu, dibutuhkan komitmen bersama lintas sektor dari pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terkait untuk menciptakan iklim riset yang sehat dan suportif, baik bagi peneliti maupun masyarakat umum secara luas.
Editor: Abul Muamar

Terima kasih telah membaca!
Berlangganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua konten yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.