Tiaki Promise Ajak Wisatawan Peduli terhadap Alam Selandia Baru

Pakis bernama koru, yang merupakan simbol integral dari kehidupan baru, pertumbuhan, kekuatan, dan kedamaian dalam budaya Māori. | Foto oleh Kieran Somerville di Unsplash.
Selandia Baru dikenal dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan. Dari pegunungan yang membentang hingga garis pantai yang indah, alam negara ini merupakan panorama yang menarik wisatawan. Pariwisata menyumbang 21% pendapatan ekspor Selandia Baru dan 14% lapangan kerja nasional.
Oleh sebab itu, melestarikan alam Selandia Baru menjadi tanggung jawab bersama bagi warga dan pengunjung. Selandia Baru mengajak pengunjung untuk peduli pada negara melalui Tiaki Promise (Janji Tiaki).
Apa itu Tiaki Promise?
Kata tiaki dalam bahasa Māori (bahasa suku asli Selandia Baru, -Penerj) berarti ‘memelihara, melestarikan, dan melindungi.’ Tiaki Promise merupakan komitmen untuk merawat Selandia Baru melalui berbagi koneksi dengan alam. Komitmen utama janji ini adalah untuk memastikan bahwa orang-orang yang berkunjung ke Selandia Baru ikut ambil bagian dalam merawat alam negara tersebut.
Ikatan antara tangata whenua (penduduk negeri ini) dan alam mereka begitu dalam. Alam secara intrinsik terjalin dengan kehidupan mereka; setiap pusaka bumi memiliki cerita dan makna tersendiri bagi budaya mereka. Oleh karena itu, berkomitmen pada Tiaki Promise sama artinya dengan mengajak diri kita untuk melihat alam melalui lensa penduduk asli Selandia Baru, membentuk ikatan yang lebih dalam dengan tempat yang dikunjungi, dan mencerminkan sikap dan perilaku kita terhadap alam.
Tiaki Promise berbunyi: “Saat berwisata di Selandia Baru, saya akan: Merawat daratan, laut, dan alam, melangkah dengan tenang dan tidak meninggalkan jejak; Bepergian dengan aman, menunjukkan kepedulian dan pertimbangan untuk semua; Menghormati budaya, berwisata dengan hati dan pikiran terbuka.”
Mewujudkan pariwisata berkelanjutan
Inti dari Tiaki Promise adalah upaya kolaboratif. Komitmen tersebut dibentuk dengan dukungan dan partisipasi dari tujuh organisasi publik dan swasta serta seorang Penasihat Tikanga independen.
Salah satu kolaboratornya adalah Air New Zealand yang baru-baru ini merilis video baru tentang keselamatan yang memuat intisari dari Tiaki Promise. Video tersebut menampilkan pendongeng Māori Joe Harawira dan menceritakan kisah seorang pemuda bernama Tiaki yang mengunjungi empat Penjaga dunia dengan waka rererangi (kano terbang). Video tersebut ingin menegaskan kembali niat Air New Zealand untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Sutradara Jason Bock mengatakan bahwa keberlanjutan memainkan peran besar dalam proses pembuatan film video. “Secara konseptual, semua elemen dalam film diperlukan untuk memasukkan unsur keberlanjutan; mulai dari satwa di hutan yang asli dan tidak merusak lingkungan hingga korowai Tiaki yang terbuat dari bahan organik,” tambahnya.
Budaya dan keberlanjutan
Dalam menjaga alamnya, Selandia Baru memilih pendekatan yang berakar pada budayanya sendiri. Pada saat yang sama, Tiaki Promise tidak hanya memperkenalkan janji negara terhadap keberlanjutan tetapi juga identitas budayanya yang kokoh. Komitmen tersebut juga mengingatkan kita bahwa di mana pun dan siapa pun kita, menjaga bumi selalu menjadi tanggung jawab bersama.
Editor & Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli tulisan ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Konten Publik GNA berupaya menginspirasi perubahan sosial skala besar dengan menyediakan pendidikan dan advokasi keberlanjutan yang dapat diakses oleh semua orang tanpa biaya. Jika Anda melihat Konten Publik kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia. Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional sekaligus mendukung keberlanjutan finansial GNA untuk terus memproduksi konten-konten yang tersedia untuk umum ini.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.