Melihat Praktik Pemilahan Sampah di Pesantren Darush Shalihat Yogyakarta

Para mahasantri Pondok Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat sebagai 'Earth Guardian' dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI di Pogung, Yogyakarta, 17 Agustus 2024. | Foto: Dokumentasi Tim Media Pesantren Darush Shalihat.
Pendidikan sejatinya bertujuan untuk membentuk individu sebagai agen perubahan yang pembelajar, kritis, peka terhadap isu sosial, dan berkontribusi bagi masyarakat. Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran penting dalam membawa solusi bagi permasalahan di masyarakat, khususnya terkait lingkungan hidup dengan polusi sampah sebagai salah satu isu utamanya.
Permasalahan sampah merupakan isu krusial yang membutuhkan perhatian serius. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan lingkungan menjadi akar permasalahan ini. Sebagai contoh, penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan di Yogyakarta akibat membludaknya volume sampah dan kurangnya kepedulian masyarakat menunjukkan urgensi permasalahan ini. Permasalahan sampah berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim. Tumpukan sampah menghasilkan gas metana yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global.
Pemilahan Sampah di Pesantren Darush Shalihat

Di tengah kekhawatiran banyak pihak akibat penutupan TPS Piyungan, Pondok Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat dalam beberapa tahun ini telah menerapkan pengelolaan sampah mandiri sebagai bentuk internalisasi pendidikan perubahan iklim dan penguatan aksi mitigasi. Program ini bertujuan mengurangi dan mengelola sampah di lingkungan pesantren secara efektif dan berkelanjutan. Program ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 12, yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta sejalan dengan nilai-nilai keislaman yang mengajarkan tentang kebersihan dan menjaga alam.
Dengan jumlah santriwati sekitar 60 orang dan didampingi oleh 20 pemandu, pesantren ini memilah sampah menjadi 27 jenis yang kemudian disetorkan ke lembaga daur ulang satu hingga dua kali seminggu. Edukasi tentang persampahan diintegrasikan ke dalam pembekalan masa orientasi mahasantri baru, dilengkapi simulasi praktik pemilahan sampah kering dan bersih. Sistem piket sampah diberlakukan dengan pembagian tugas mulai dari pemilahan, pencucian, hingga penjemuran sampah.
Pendekatan personal dan keteladanan dari para pemandu juga diterapkan untuk mengajak mahasantri baru menggunakan tempat makan sendiri, mencuci sampah, dan menjaga kebersihan. Upaya lainnya mencakup pembuatan juglangan untuk pengomposan sampah dapur dan daun kering, penyelenggaraan workshop praktik mengompos, serta pengadaan menspad bagi setiap mahasantri dengan bantuan donatur. Dengan pengelolaan sampah multi-aspek ini, pesantren berupaya menyelesaikan permasalahan sampah dari sumbernya, meminimalisir residu ke TPA, dan menanamkan kultur pengelolaan sampah yang baik agar terus terbawa oleh para santri dimanapun mereka berada.
Kolaborasi dengan Masyarakat

Program ini tidak hanya berfokus di lingkungan internal pesantren, tetapi juga menjangkau masyarakat melalui berbagai kegiatan kolaborasi. Salah satu contohnya adalah partisipasi mahasantri sebagai earth guardian dalam acara perayaan 17 Agustusan di Pogung, Yogyakarta. Dalam kegiatan tersebut, mahasantri Darush Shalihat bertugas mengedukasi masyarakat melalui poster dan interaksi langsung tentang pentingnya memilah sampah dan cara membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Mahasantri juga aktif membantu memilah sampah sebelum, selama, dan setelah acara berlangsung.
Selain kolaborasi eksternal, upaya-upaya sederhana juga diterapkan dan dipromosikan secara internal. Upaya tersebut antara lain membawa tumbler dan tempat makan pribadi untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai, mengganti tas plastik dengan totebag, menggunakan sabun ramah lingkungan, memakai masker kain, serta mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan melalui media sosial. Kampanye melalui media sosial ini bertujuan untuk memperluas jangkauan edukasi dan menginspirasi masyarakat yang lebih luas untuk menerapkan gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
Saat ini, program pemilahan sampah di lingkungan internal Pesantren Darush Shalihat telah mencapai progres sekitar 80%. Target selanjutnya adalah memperluas dampak positif program ini ke masyarakat sekitar dan menginspirasi pesantren-pesantren lain untuk mengadopsi program serupa. Kolaborasi dengan unit kegiatan mahasiswa di kampus-kampus sekitar juga menjadi salah satu target selanjutnya untuk memperluas jangkauan dan dampak program.
Program pemilahan sampah di Pesantren Darush Shalihat telah memberikan dampak positif yang signifikan, yaitu tumbuhnya kesadaran dan budaya baik dalam pengelolaan sampah di kalangan mahasantri. Lebih dari sekadar mengurangi volume sampah, program ini bertujuan menumbuhkan tanggung jawab setiap individu terhadap produksi dan konsumsi yang berdampak pada keberlangsungan Bumi. Inisiatif sederhana dari pesantren ini diharapkan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi masyarakat luas untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.
Editor: Abul Muamar

Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.

Tazkiya adalah freelance English tutor dan musyrifah (pemandu) di Pondok Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat, Yogyakarta.