Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.
Bank pembangunan publik sejatinya ditujukan untuk membantu negara-negara tumbuh secara berkelanjutan. Berdasarkan Standar Financial Institutions Net Zero (FINZ) dari Science Based Targets initiative, mereka diharapkan mengukur dan mengungkapkan secara terbuka keselarasan portofolionya kepada publik, menghentikan ekspansi energi fosil baru, dan menilai risiko deforestasi—termasuk dari rantai pasokan komoditas yang terkait dengan peternakan industri. Namun, lembaga-lembaga keuangan justru menggunakan uang pembayar pajak untuk mendanai peternakan pabrik di Vietnam. Sekaranglah saatnya untuk menghentikan sistem yang merusak lingkungan, yang menyebabkan peternak kecil gulung tikar, dan bertentangan dengan target iklim global.
Tren Pembiayaan Global
Vietnam tengah berada di persimpangan genting. Perekonomiannya sedang tumbuh, dan pada saat yang sama permintaan daging pun meningkat. Menurut lembaga keuangan pembangunan internasional, solusinya adalah memperluas sektor peternakan hewan skala industri. Mereka menggelontorkan dana ke peternakan industri di Vietnam, dan hal ini mencerminkan tren global yang mengkhawatirkan.
Bank pembangunan publik, seperti International Finance Corporation (IFC) dan Asian Development Bank (ADB), adalah lembaga yang didanai oleh pembayar pajak dengan tujuan memerangi kemiskinan dan mendukung kemajuan di negara-negara berkembang. Meskipun mereka sering mendanai proyek-proyek vital di bidang infrastruktur dan kesehatan, investasi mereka di bidang pertanian menunjukkan pola yang meresahkan. Mereka terkadang memberikan dukungan untuk peternakan babi dan unggas skala besar serta pabrik pakan ternak besar, dan seringkali dengan kedok investasi “cerdas iklim”. Pada tahun 2023, bank pembangunan menghabiskan $3,3 miliar untuk 62 proyek peternakan hewan skala industri di seluruh dunia.
Maraknya Peternakan Industri di Vietnam
Aliran dana ini dengan cepat mengubah sistem pangan di Vietnam. Selama beberapa generasi, sektor peternakan Vietnam didominasi oleh peternakan kecil yang dikelola keluarga. Meskipun peternakan tradisional ini masih ada dan menjadi norma, industri ini dengan cepat bergeser ke model industri skala besar untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
Bank pembangunan dan investor melabeli proyek-proyek ini sebagai “kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan”. Namun, yang memprihatinkan, mereka mengabaikan ongkos kerusakan lingkungan dan penggusuran masyarakat pedesaan.
Peternakan hewan skala industri adalah sektor yang terkenal berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca, polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan penipisan sumber daya. Model peternakan ini menempatkan ribuan hewan di dalam kandang dengan kepadatan tinggi, yang juga menimbulkan kekhawatiran tentang kesejahteraan hewan.
Lebih lanjut, peternakan industri membutuhkan modal dan teknologi yang tidak terjangkau oleh sebagian besar peternak kecil. Ketika pinjaman bank pembangunan dan dukungan keuangan lainnya mengalir ke perusahaan besar, produsen yang lebih kecil akan semakin terdesak. Dalam kurun waktu 2011 hingga 2018 saja, jumlah peternakan babi skala kecil menurun dari lebih dari 4 juta menjadi 2,9 juta. Adapun mereka yang masih bertahan seringkali terpaksa menjalani kontrak peternakan yang membuat mereka terlilit utang dan berada di posisi yang semakin lemah.
Klaim yang Bertolak Belakang
Ironisnya, bank pembangunan yang sama yang mendanai peternakan pabrik di Vietnam dan negara-negara lain memiliki komitmen publik terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB dan aksi iklim. Pejabat bank berdalih bahwa peternakan skala besar ini menawarkan jalur efisien untuk memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, alasan ini mengabaikan kerusakan jangka panjang dan kebijakan bank itu sendiri untuk melindungi lingkungan dan masyarakat rentan. Sekali lagi, dalam praktiknya, janji keuntungan jangka pendek seringkali mengesampingkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan inklusif.
Hal ini tidak hanya terjadi di Vietnam. Kita tidak bisa mengklaim bahwa kita memerangi perubahan iklim sekaligus mendanai salah satu pendorong utamanya. FINZ mewajibkan pemodal untuk mengklasifikasikan kegiatan sebagai ‘dalam transisi’, ‘solusi iklim’, atau ‘kondisi nol bersih’ — peternakan pabrik tanpa rencana transisi yang kredibel tidak memenuhi syarat.
Membiayai Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
Ada cara yang lebih baik untuk maju. Untuk memastikan Vietnam—dan negara-negara lainnya—berupaya menuju sistem pangan yang adil dan berkelanjutan, mekanisme pembiayaan dan bank pembangunan publik harus mengubah pendekatan mereka.
Pertama, bank pembangunan publik harus menghentikan semua pendanaan baru untuk proyek peternakan industri, termasuk pinjaman langsung dan bentuk pembiayaan lain untuk produksi ternak skala besar. Proyek-proyek yang terkait dengan polusi, penggusuran masyarakat, atau penyalahgunaan tenaga kerja seharusnya tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan dana publik.
Kedua, pemerintah dan publik harus menuntut transparansi yang lebih besar. Untuk itu, lembaga keuangan harus menerbitkan penilaian dampak lingkungan dan sosial yang jelas sebelum menyetujui suatu proyek dan berkonsultasi dengan masyarakat yang akan terdampak.
Ketiga, alihkan investasi ke alternatif berkelanjutan. Alih-alih membiayai peternakan industri, dana yang ada seharusnya mendukung peternak skala kecil. Menyediakan akses kredit, pelatihan praktik regeneratif, dan koneksi ke pasar yang lebih luas akan memberdayakan masyarakat lokal. Dana publik juga harus mendorong inovasi protein nabati untuk mengurangi ketergantungan pada peternakan industri.
Terakhir, para pembayar pajak harus menyadari hak-hak mereka dan meminta pertanggungjawaban bank-bank ini. Publik berhak mengetahui bagaimana uang mereka digunakan dan menuntut agar uang tersebut selaras dengan nilai-nilai mereka.
Sistem pangan Vietnam berada di persimpangan jalan. Keputusan yang diambil hari ini akan menentukan masa depan selama beberapa dekade. Kita pilih melanjutkan jalur industrialisasi yang membahayakan kesehatan Bumi dan mata pencaharian peternak, atau kita dapat berinvestasi dalam model yang lebih tangguh dan adil. Pada akhirnya, pembiayaan pembangunan harus membantu negara-negara membangun masa depan yang berkelanjutan, bukan mengurung mereka dalam sistem yang merusak.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Terbitkan thought leadership dan wawasan berharga Anda bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Artikel Opini GNA.

Jika Anda melihat konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Langganan Anda akan memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, sekaligus mendukung kapasitas finansial GNA untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Brian adalah seorang peneliti dengan pengalaman luas dalam menganalisis hubungan antara sistem pangan, perilaku konsumen, dan pembangunan berkelanjutan. Sebagai Peneliti Senior pada Program LEAP di Universitas Oxford, ia memimpin penelitian mengenai intervensi perilaku untuk mendorong pola makan berkelanjutan dan mengurangi konsumsi daging. Ia juga melakukan berbagai riset serta menulis makalah yang ditelaah sejawat, analisis teknis, dan ringkasan bukti untuk Komisi Eropa, FAO, Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan, Toronto Food Strategy, Aliansi Global untuk Peningkatan Gizi, serta sejumlah organisasi internasional lainnya.