Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Sistem Silvopastura untuk Peternakan yang Lebih Adaptif terhadap Perubahan Iklim

Sistem silvopastura dapat membantu menciptakan peternakan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan memastikan keamanan pangan.
Oleh Maharani Rachmawati
19 Desember 2024
Gerombolan sapi warna cokelat dan hitam di padang rumput dengan latar pepohonan.

Foto: Chris Robert di Unsplash.

Peternakan telah menjadi salah satu penopang utama kebutuhan protein masyarakat sekaligus mata pencaharian bagi banyak penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, perubahan iklim yang semakin parah turut berdampak terhadap produktivitas peternakan. Terkait hal ini, sistem silvopastura dapat membantu menciptakan peternakan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan memastikan keamanan pangan.

Perubahan Iklim dan Peternakan: Saling Mempengaruhi

Sebagaimana sektor pertanian secara umum, peternakan turut berkontribusi signifikan dalam menyebabkan pemanasan suhu bumi yang memicu perubahan iklim melalui emisi yang dihasilkan. Laporan Global Livestock Environmental Assessment Model (GLEAM) FAO menunjukkan bahwa emisi dari rantai pasokan ternak terdiri dari metana (50%), dinitrogen oksida (24%), dan karbon dioksida (26%). Ternak ruminansia merupakan penghasil terbesar emisi gas rumah kaca (79,15) yang berasal dari sapi, kerbau, kambing, dan domba. Sedangkan sisanya berasal dari kontribusi ternak non-ruminansia seperti unggas dan babi.

Namun, pada saat yang sama, peternakan juga terdampak oleh perubahan iklim. Cuaca ekstrem yang menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi kekeringan maupun banjir, turut berdampak pada kondisi lingkungan peternakan dan sumber pakan yang dibutuhkan. Perubahan iklim juga menyebabkan risiko stres hewan ternak akibat panas, meningkatnya potensi penyebaran penyakit atau wabah, gangguan ketersediaan air, menurunnya produktivitas dan kesuburan, hingga kematian massal hewan ternak.

Sistem Silvopastura sebagai Langkah Adaptif

Sistem silvopastura, atau dikenal juga sebagai wanaternak, adalah bentuk agroforestri yang mengintegrasikan kegiatan peternakan dengan kehutanan. Silvopastura banyak diupayakan untuk memaksimalkan penggunaan lahan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Selain itu, sistem ini juga dapat memberikan keuntungan bagi lingkungan dengan membantu upaya rehabilitasi hutan dan lahan, khususnya di daerah-daerah kritis.

Sistem silvopastura dapat menjadi salah satu bentuk adaptasi peternakan terhadap perubahan iklim dengan mengandalkan konsep zero waste, yakni pemanfaatan dan penyediaan pakan yang berasal dari hasil sampingan tanaman serta pemanfaatan dan penyediaan pupuk kompos dari kotoran ternak. Sistem ini dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman yang lebih baik, mengoptimalkan penyerapan karbon, serta menekan gas rumah kaca yang dilepaskan dari aktivitas peternakan.

Dalam sistem silvopastura, hewan ternak dapat digembalakan di lahan hutan tanaman, perkebunan, pekarangan, atau tegalan. Hewan ternak akan memanfaatkan tegakan pohon sebagai tempat bernaung pada suhu dan lingkungan yang panas. Keberadaan tegakan pohon dapat menurunkan suhu di sekitar ternak sehingga terhindar dari stres akibat peningkatan suhu bumi. Dengan cara ini, produktivitas peternakan pun meningkat tanpa meninggalkan jejak buruk terhadap lingkungan.

Sebagai contoh, di Kolombia, proyek silvopastura peternakan sapi yang mencakup 2.500 peternakan di hampir 500.000 hektare lahan berhasil meningkatkan produktivitas hewan hingga mencapai 15%. Proyek ini juga membantu menyelamatkan 50 spesies tanaman yang terancam punah dan menyerap emisi setara 1,9 juta Mg CO2eq. Di Indonesia, salah satu daerah yang telah menerapkan silvopastura adalah Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebagai salah satu daerah produsen sapi nasional, NTB berhasil meningkatkan pendapatan rata-rata petani dengan sistem silvopastura. Daerah lainnya yang juga berhasil menerapkannya adalah Desa Sumber Salak, Kabupaten Bondowoso. Peternakan domba silvopastura di desa ini dikemas menjadi Kebun Raya Sumber Salak Silvopastura yang sekaligus menjadi magnet bagi para wisatawan.

Mewujudkan Keseimbangan

Dampak perubahan iklim diperkirakan akan semakin meluas ke berbagai sendi kehidupan, dan karenanya kita membutuhkan tindakan adaptasi dan mitigasi yang lebih kuat dan efektif. Dalam hal ini, menciptakan sistem peternakan yang adaptif dan bertanggung jawab terhadap perubahan iklim merupakan langkah krusial untuk memastikan keamanan pangan dan sumber protein yang penting. Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa keseimbangan hanya akan dicapai jika tidak ada satu tujuan yang mengorbankan yang lain. Hal ini berarti bahwa sistem produksi pangan yang berkelanjutan, termasuk dalam peternakan, tidak boleh hanya tentang urusan mengamankan pangan, tetapi juga mesti dibarengi dengan menyelamatkan kelestarian bumi untuk masa kini dan masa mendatang.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Memahami Lebih Jauh Berbagai Aspek Hak Asasi Manusia
Berikutnya: Kemajuan Kecil Pendanaan Iklim dalam COP29

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.