Pentingnya Penelitian Interdisipliner untuk Mencapai Kebenaran yang Utuh
Ada anekdot terkenal tentang enam orang buta dan seekor gajah. Alkisah, masing-masing orang buta itu menyentuh bagian gajah yang berbeda-beda, dan mereka tidak dapat melihat apa yang mereka sentuh. Keenam orang buta itu kemudian memperdebatkan apakah yang mereka sentuh itu tembok, sebuah bongkahan batu, atau seutas tali. Mereka baru dapat mengungkap kebenaran ketika mereka berkolaborasi dan berbagi perspektif dan pengalaman mereka masing-masing. Dalam sains dan penelitian, hal ini disebut pendekatan interdisipliner.
Secara umum, ada tiga argumen inti yang mendukung penelitian interdisipliner. Pertama, penelitian disiplin tunggal tidak cocok untuk mengatasi masalah kontemporer yang kompleks. Kedua, penemuan dan inovasi sains dan penelitian lebih mungkin terjadi di persimpangan berbagai disiplin ilmu. Terakhir, kolaborasi antara peneliti dari berbagai disiplin ilmu dapat saling menguntungkan dan memperluas batasan pengetahuan mereka.
Studi Kasus Malnutrisi dan Paradoks Ekonomi di Sylhet, Bangladesh
Pentingnya penelitian interdisipliner dalam konteks Bangladesh dapat didiskusikan, misalnya, dalam masalah malnutrisi anak di Sylhet. Menurut laporan Survei Demografi dan Kesehatan Bangladesh (BDHS) 2017-2018, tingkat kekurangan berat badan dan stunting di Sylhet masing-masing adalah 33% dan 43%, tertinggi di Bangladesh. Namun, Survei Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga (HIES) 2016 mengatakan tingkat kemiskinan di Sylhet termasuk yang terendah di Bangladesh.
Indikator ekonomi menyatakan bahwa Sylhet dianggap sebagai wilayah yang kaya karena banyaknya orang Sylhet yang tinggal dan bekerja di luar negeri dan berkontribusi pada perekonomian negara melalui pengiriman uang (remitansi). Orang-orang di Sylhet kebanyakan memang kaya. Sedangkan kondisi di pedesaan justru sebaliknya, terutama di daerah haor dan kebun teh.
Wilayah Sylhet juga menghadapi krisis nutrisi dan ketahanan pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Setiap tahun, bahaya yang disebabkan oleh perubahan iklim seperti curah hujan yang berlebihan menyebabkan kerusakan luas pada tanaman musiman, yang mengakibatkan tidak tersedianya nutrisi minimum yang tidak memadai bagi masyarakat setempat.
Lokasi geografis Sylhet juga menantang untuk program intervensi. Karenanya, untuk menemukan pemahaman terbaik tentang fenomena Sylhet, diperlukan pendekatan penelitian interdisipliner yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi penyebab dan solusi bersama.
Dunia Modern dan Kompleks
Dunia modern kita sangat terhubung; akibatnya, kita menjalani hidup yang lebih kompleks daripada sebelumnya. Saat ini, sebagian besar tantangan yang kita hadapi merupakan hasil dari beberapa fenomena yang saling berhubungan dan terlalu rumit untuk ditangani melalui jalur disiplin konvensional. Bencana kesehatan masyarakat, perubahan iklim, krisis politik, kerawanan pangan, kekurangan air, krisis energi, kemiskinan, ketimpangan gender, dan resesi ekonomi hanyalah beberapa di antaranya.
Masalah perubahan iklim tidak dapat diselesaikan oleh ahli iklim saja; ahli kesehatan tidak akan mampu menyingkirkan sendiri penyakit yang dapat dicegah; ahli ekonomi tidak dapat menghilangkan kemiskinan sendirian; dan untuk mewujudkan dunia yang bebas dari kelaparan, ilmuwan pangan tidak akan mampu melakukannya sendiri. Kita harus bekerja sama.
Penelitian Interdisipliner, Perubahan Iklim, dan Keberlanjutan
Mari kita bayangkan: saat populasi manusia bertambah, kita membutuhkan lebih banyak ruang untuk hidup, lebih banyak makanan untuk dimakan, lebih banyak infrastruktur, lebih banyak fasilitas perawatan medis, lebih banyak uang, lebih banyak energi, lebih banyak tenaga, dan sebagainya. Kebutuhan yang meningkat ini berdampak pada alam, manusia, dan hubungan antara keduanya. Memprioritaskan kemurnian disiplin ilmu dan hanya menggunakan pendekatan disiplin tunggal untuk masalah-masalah tersebut akan menyulitkan kita untuk menemukan solusi yang komprehensif.
Semua masalah yang disebutkan di atas bersumber dari tiga aspek utama keberlanjutan: lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sayangnya, ada kesalahpahaman umum bahwa perubahan iklim dan keberlanjutan hanyalah masalah lingkungan ketika dianggap sebagai sistem dari beberapa komponen yang saling terkait.
Untuk perubahan iklim, kita memiliki tantangan untuk mengurangi emisi karbon dan memenuhi target Perjanjian Paris untuk mencapai emisi karbon nol bersih di seluruh dunia pada tahun 2050 dan membatasi pemanasan global hingga 1,5°C. Untuk keberlanjutan, kita ingin menemukan cara bagi orang-orang untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sejahtera tanpa mengorbankan alam untuk generasi mendatang. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB – dengan 17 Tujuan yang harus dicapai pada tahun 2030 – merupakan cetak biru untuk mengakhiri kemiskinan seraya menyeimbangkan ketiga aspek tersebut dengan semangat kolaborasi lintas sektor dan pemangku kepentingan.
Penelitian interdisipliner dalam hal ini merupakan upaya kolaboratif dari berbagai bidang dan disiplin ilmu untuk mencari solusi komprehensif untuk masalah dunia modern kita yang kompleks. Namun, pendekatan interdisipliner memiliki banyak tantangan praktis; antara lain harus selalu dilakukan dalam konteks tertentu sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang paling mendekati kebenaran yang utuh.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Akhtaruzzaman adalah Research Associate di Bangladesh Institute of Governance and Management (BIGM).