Bagaimana Perusahaan Multinasional Dapat Menegakkan Kebijakan Menuju Rantai Pasok Berkelanjutan
Di ambang krisis iklim, Perusahaan Multinasional (Multinational Corporations/MNCs) tengah menjadi sorotan atas emisi karbon besar-besaran dan pelanggaran HAM dalam rantai pasok global mereka. Menyadari hal itu, semakin banyak MNCs di dunia yang berjanji untuk mematuhi standar keberlanjutan untuk manusia dan planet. Mereka menetapkan tujuan dan membuat kebijakan untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan. Namun, upaya ke arah itu menjadi tantangan besar, terutama karena MNCs terikat dengan pemasok multi-tingkat yang sering “tak terlihat”.
Tuntutan hukum terkait masalah pekerja anak terhadap Mars, Nestlé, dan Hershey yang diajukan oleh delapan mantan pekerja anak di perkebunan kakao di Pantai Gading pada awal 2021 adalah pengingat sekaligus pembelajaran yang muram: bahwa kebijakan keberlanjutan MNCs, yang bahkan menempatkan mereka ke dalam daftar “pemimpin keberlanjutan” papan atas di industrinya, tidak menjamin imunitas dari skandal. Pelanggaran di salah satu jaringan pasok MNCs dapat menjerumuskan mereka ke risiko ekonomi dan sosial, terlepas mereka telah memiliki kebijakan keberlanjutan.
Memiliki komitmen mencapai tujuan keberlanjutan dengan serangkaian kebijakan yang telah tersedia, apa yang harus dilakukan MNCs untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan dan menghindari skandal?
Tegakkan Kebijakan Rantai Pasok Berkelanjutan
Penulis Harvard Business Review (HBR), Verónica H. Villena dan Dennis A. Gioia, membagikan temuan praktik-praktik terbaik untuk menciptakan rantai pasok yang lebih berkelanjutan, dan itu dapat menjadi referensi yang baik untuk MNCs. Penting bagi para pemimpin MNCs untuk mengingat bahwa mewujudkan kebijakan menjadi tindakan adalah kunci untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan. Berikut beberapa langkah untuk mewujudkannya:
- Petakan jaringan pasok perusahaan
Mengetahui jaringan pasok (supply network) perusahaan mestinya menjadi tanggung jawab sekaligus hak perusahaan. MNCs mesti membuat basis data pemasok yang ekstensif di semua tingkatan mulai dari pemasok tingkat pertama hingga pemasok tingkat bawah.
Penulis HBR menyarankan basis data ini mencakup beberapa hal, seperti lokasi pemasok, kemampuan dan ruang mereka untuk berkembang, serta praktik-praktik kesehatan, keselamatan, ketenagakerjaan, dan lingkungan mereka. Basis data ini juga mesti mencakup laporan kinerja dan tujuan keberlanjutan pemasok, untuk dimasukkan dalam tujuan, kerangka kerja, dan laporan keberlanjutan perusahaan.
Dengan teknologi hari ini, pemetaan rantai pasok dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak seperti Sourcemap dan Google Map.
- Terapkan kontrak penilaian berkelanjutan dengan pemasok
MNCs mesti menilai banyak aspek terkait kualitas pemasok sebelum bergabung, dan melakukan pemantauan rutin sesudahnya, yang keseluruhannya ditetapkan dalam kontrak. Penilaian gambaran risiko, kapabilitas, dan ruang pertumbuhan yang berkesinambungan ini dapat dilakukan secara langsung oleh staf internal ataupun pihak ketiga. Misalnya, salah satunya, penggunaan teknologi pemantauan satelit oleh Upfield untuk membantu memastikan deforestasi tidak terjadi dalam rantai pasok mereka.
Mengikat pemasok dengan tujuan keberlanjutan perusahaan akan membuat semua pihak yang terlibat menjadi berkembang. Mengingat kompleksnya upaya menegakkan kebijakan rantai pasok yang berkelanjutan terhadap pemasok di seluruh jaringan pasok, MNCs dapat menggunakan kombinasi pendekatan strategis sebagaimana dijelaskan oleh penulis HBR: langsung, tidak langsung, kolektif, dan global.
- Memberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk staf departemen pengadaan dan pemasok
Bagi banyak orang, praktik buruk terjadi karena mereka tidak menyadari alternatif yang lebih baik. Mendidik bahkan pemasok tingkat paling bawah perusahaan dengan keahlian dan praktik-praktik rantai pasok yang berkelanjutan akan menciptakan lingkungan yang positif untuk pertumbuhan, keberlanjutan, dan nilai bersama di seluruh jaringan pasok.
Referensi pelatihan untuk staf departemen pengadaan internal dan pemasok sangat banyak dan mesti dilihat sebagai investasi strategis yang patut disediakan oleh MNCs. Meminta pemasok untuk patuh pada standar keberlanjutan akan lebih mudah ketika mereka memahami “mengapa” dan “bagaimana”. Selain itu, membuat program yang memberikan insentif kepada pemasok yang memenuhi standar kepatuhan akan membantu penerapan kebijakan perusahaan.
- Berkolaborasi dengan kompetitor, pemasok, dan komunitas global untuk mengembangkan standar keberlanjutan di industri
“Coopetition” merupakan paduan antara “cooperation” dengan “competition”, yang berarti kerjasama antar perusahaan-perusahaan yang saling berkompetisi. Pembangunan berkelanjutan bergantung pada kolaborasi antarsemua pemangku kepentingan—tidak ada yang benar-benar berdiri sendiri. Cara terbaik untuk melangkah maju adalah melangkah bersama, bahkan di antara para kompetitor, untuk mengembangkan standar keberlanjutan yang menyeluruh di industri.
Berkolaborasi dengan komunitas global seperti UN Global Compact, Responsible Labor Initiative, dan Carbon Disclosure Project akan mendorong baik MNCs maupun komunitas global untuk berbuat lebih baik.
Standar keberlanjutan di seluruh industri harus mencakup audit pemasok yang terstandardisasi. Pemasok yang berpengetahuan dan cakap juga harus dapat melakukan penilaian mandiri untuk mereka sendiri dan pemasok tingkat bawah mereka.
Strategi-strategi ini mesti mengarah pada -dan menormalkan- perombakan sistemik skala besar untuk menggantikan praktik-praktik berbahaya dengan praktik-praktik terbaik bagi manusia, planet, dan perusahaan itu sendiri.
- Laporkan pelanggaran dalam rantai pasok kepada otoritas yang kompeten
Mengetahui batasan kita sendiri sangatlah penting. Misalkan sebuah perusahaan menemukan pelanggaran atau praktik berbahaya yang dilakukan di mana saja dalam rantai pasok selama penilaian atau audit. Dalam hal ini, menjadi tanggung jawab perusahaan untuk melaporkan pelanggaran tersebut kepada otoritas terkait. Sebagai sebuah perusahaan, menghentikan pemasok yang nakal dan menerapkan nol toleransi adalah tindakan langsung yang mungkin dilakukan. Namun, perusahaan mesti menerapkan aturan yang lebih tepat mengenai konsekuensi hukum dari pelanggaran tersebut berdasarkan laporan perusahaan.
Pertumbuhan Kolektif yang Berkelanjutan
Pemangku kepentingan MNCs mencakup dan tidak terbatas pada CXO, dewan direksi, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Perusahaan yang berkomitmen pada keberlanjutan mesti bertanggung jawab, merawat pemangku kepentingan dan seluruh jaringan pasok, bergerak bersama untuk pertumbuhan bersama.
Kesempurnaan mungkin mustahil dicapai, namun para pemimpin MNCs punya kekuatan untuk membuat perusahaan mereka melakukan hal yang benar dan menjadi lebih baik. Mencari keuntungan ekonomi tidak boleh mengorbankan manusia dan planet ini. Sekarang adalah waktu yang mendesak untuk membawa perusahaan dan industri ke jalan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Penulis: Marlis Afridah dan Nazalea Kusuma
Editor: Agung Taufiqurrakhman
Reviewer: Cut Nurul Aidha
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.