PLN Sediakan Listrik Hijau untuk Enam Perusahaan Besar di Indonesia
Foto oleh Raisa Milova dari Unsplash
Kita membutuhkan listrik untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Namun, ada kekhawatiran yang berkembang terkait bahaya yang muncul terhadap lingkungan berdasarkan cara listrik dihasilkan. Saat ini, kebutuhan akan energi terbarukan menjadi sangat penting melampaui sebelumnya.
PT PLN (Persero) telah mulai bertransisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Pada 25 Maret lalu, badan usaha milik negara ini menandatangani kontrak untuk penyediaan energi terbarukan bagi enam pemain penting sektor industri, yaitu H&M Indonesia, PT Goto Gojek Tokopedia, PT Stargate Mineral Asia, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Georg Fischer Indonesia, dan Istana Kepresidenan Bogor.
Daya Listrik 800,000 MWh
PLN akan mendistribusikan listrik melalui pembelian Sertifikat Energi Terbarukan (Renewable Energy Certificate/REC) sebesar 800.000 MWh. Sertifikat tersebut akan membuktikan bahwa suatu perusahaan menggunakan listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Sertifikat tersebut juga menegaskan bahwa kolaborasi dari berbagai sektor saat ini mendukung misi pemerintah untuk mengurangi emisi karbon.
PLN meyakini dalam 1-5 tahun kerjasama, pembelian REC dapat menguntungkan pelanggan individu. Misalnya, GoTo adalah platform konsumen digital paling terkemuka di Indonesia. Dengan menggunakan platform digital yang listriknya bersumber dari pembangkit listrik EBT, pelanggan juga ikut serta dalam mengurangi emisi karbon.
“Para pelanggan mendapatkan pilihan untuk memenuhi target 100 persen penggunaan EBT yang transparan, dan diakui secara internasional, serta tanpa mengeluarkan biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur,” kata Darmawan, Direktur Utama PLN, kepada VOI.
Target PLN Tahun 2022
Sebagai penyedia listrik utama di Indonesia, PLN menetapkan target 2022 untuk energi terbarukan. Perseroan ini berencana menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 648 megawatt (MW) pada tahun ini. Pembangkit tersebut ditenagai oleh berbagai sumber, yaitu pembangkit listrik tenaga surya, panas bumi, angin, dan pembangkit listrik tenaga sampah.
Pada tahun 2026, PLN juga berencana untuk beralih dari pembangkit listrik tenaga uap ke pembangkit listrik EBT yang dapat terus menghasilkan listrik (beban dasar). Transisi akan dilakukan secara bertahap dengan meningkatkan kapasitas setiap tahun hingga tahun 2030. Peralihan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan nol-emisi yang merupakan salah satu tujuan G20.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Gayatri Wedotami Muthari
Versi asli artikel ini diterbitkan dalam bahasa Inggris di platform media digital Green Network Asia – Internasional.
Madina is the Assistant Manager of Stakeholder Engagement at Green Network Asia. She holds a bachelor’s degree in English Studies from Universitas Indonesia. As part of the GNA In-House Team, she supports the organization's multi-stakeholder engagement across international organizations, governments, businesses, civil society, and grassroots communities through digital publications, events, capacity building, and research.

Menilik Aturan Baru tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Melihat Kembali Pangan Lokal untuk Pola Makan Sehat yang Terjangkau
Hilangnya Gletser di Seluruh Dunia dengan Laju yang Kian Mengkhawatirkan
Ekspansi Pertambangan di Kawasan Hutan dan Menakar Efektivitas Pemberlakuan Denda
Memahami Dampak Kenaikan Suhu terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Sinar Mas Land dan Waste4Change Hadirkan Rumah Pemulihan Material (RPM), Dorong Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab di Tangerang