Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Langkah Petani Lokal di Kenya dalam Memulihkan Kondisi Tanah

Jejaring Penelitian Petani Lahan Kering mengedepankan kearifan dan wawasan penting petani tentang tanah mereka sendiri.
Oleh Kresentia Madina
5 Desember 2022
seorang pria tanpa wajah menunjukkan kedua tangannya yang kotor bertanah

Foto oleh jesse orrico di Unsplash.

Tanah yang sehat akan menciptakan lingkungan yang sehat. Sayangnya, kondisi tanah dunia saat ini sudah tidak sehat lagi. Kabar baiknya, masalah ini bukannya tanpa harapan. Di Kenya, petani setempat bergandengan tangan dengan para peneliti untuk memulihkan kesehatan tanah mereka.

Erosi Parit di Pokot Barat

Tanah yang sehat memiliki struktur, nutrisi, dan mikroorganisme yang mendukung kehidupan tumbuhan, hewan, dan manusia. Namun, menurut FAO, 25% lahan di seluruh dunia mengalami degradasi. Erosi tanah adalah salah satu ancaman yang membayangi produktivitas pertanian dan mata pencaharian di seluruh belahan Bumi.

“Degradasi lahan, bersamaan dengan curah hujan yang semakin tidak menentu, membuat pertanian tadah hujan menjadi bermasalah. Tanah yang terdegradasi juga rendah nutrisi. Mereka menumbuhkan tanaman lemah yang lebih rentan terhadap hama dan penyakit,” kata Dr. Beth Medvecky dari Institut Pangan, Pertanian, dan Pembangunan Internasional Universitas Cornell.

Di Kabupaten Pokot Barat, Kenya, erosi tanah semakin membesar menjadi parit-parit, berupa saluran dalam yang terbentuk oleh aliran air. Parit-parit tersebut membentang sejauh 15 kilometer dan berbahaya bagi manusia dan ternak. Selokan itu juga memperjelas kelangkaan air, memisahkan masyarakat, dan memengaruhi produktivitas petani.

Kenya telah menghadapi krisis pangan yang parah dan berdampak pada hampir 4,4 juta orang di seluruh penjuru negara itu. Oleh karenanya, pencegahan dan rehabilitasi selokan semakin mendesak untuk ketahanan pangan dan ketahanan iklim di Kenya.

Transformasi Lanskap Kenya

Pada tahun 2014, Jaringan Riset Petani Lahan Kering/Drylands Farmer Research Network (Drylands FRN) memulai langkah menuju transformasi lanskap Kenya untuk pertanian berkelanjutan dan tangguh. Kelompok tersebut awalnya terdiri dari lima petani kecil yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian Kenya, pemerintah daerah, sekolah lokal, dan Universitas Eldoret.

Partisipasi petani menjadi kunci dari proyek ini. Alih-alih menggunakan pendekatan “top-down” konvensional di mana para peneliti memberi tahu petani apa yang harus dilakukan, Drylands FRN justru mengedepankan kearifan dan wawasan penting petani tentang tanah mereka sendiri. Proyek ini membawa mereka ke pertanian tetangga untuk studi tanah komparatif dan memberikan kesempatan pada petani untuk menguji rencana mereka sendiri.

Gully Rehabilitation Trust diadopsi untuk mengurangi dampak erosi parit. Pendekatan ini melibatkan 385 rumah tangga yang tersebar di lima kelompok konservasi tanah dan air dalam membangun konstruksi bendungan pasir, serta banyak hal lainnya. Pembangunan bendungan pasir dapat memperbaiki kondisi kehidupan dengan meningkatkan irigasi dan menghubungkan kembali lingkungan di Pokot Barat. Dengan cara ini, petani dapat mendukung panen kedua dan pembibitan pohon mereka, sehingga mengatasi kerawanan pangan dan kelangkaan air.

Peluang bagi Masyarakat

Gagasan tentang “memerangi perubahan iklim adalah tanggung jawab kita bersama” telah digaungkan secara besar-besaran selama bertahun-tahun. Namun, gagasan tersebut harus dijalankan dengan memberikan kesempatan kepada semua pemangku kepentingan untuk terlibat langsung dalam kegiatan, termasuk masyarakat lokal.

Tahun ini, Drylands FRN telah melibatkan 385 petani di mana tindakan kolektif mereka berdampak pada lebih dari 3.000 anggota masyarakat. Mengingat Kenya saat ini melakukan upaya untuk menyelamatkan tanah, pertanian, dan lingkungan, apa yang dilakukan Drylands FRN dapat dipandang sebagai contoh bagaimana keterlibatan masyarakat dalam aksi iklim.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Seruan untuk Aksi Iklim yang Lebih Kuat di KTT Iklim 2025
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Bagaimana Laut Kaspia Menyusut Akibat Tekanan Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menghentikan Penurunan Populasi Lebah Dunia
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Risiko Iklim di Australia

Continue Reading

Sebelumnya: Menutup Kesenjangan Gender dengan Transformasi Digital Perempuan
Berikutnya: Mewujudkan Layanan Kesehatan yang Ramah Difabel

Lihat Konten GNA Lainnya

meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia