Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Wawancara

Misi V-ber Home Menebarkan Jaringan Internet di Pedalaman Asmat Papua

Tergerak dari rasa prihatin saat harus bertugas di wilayah pedalaman Papua, V-ber Home berinisiatif membuat instalasi internet mandiri.
Oleh Zia Ul Haq
14 Juni 2021

Fuad Rifai, pendiri dan pengelola V-ber Home, Asmat, Papua | Foto: Fuad Rifai

Awalnya, Fuad Rifai datang ke Kabupaten Asmat, Papua, sebagai tenaga keperawatan di rumah sakit umum daerah setempat. Namun, lemahnya koneksi internet di sana membuatnya prihatin dan berpikir solusi apa yang mungkin dilakukan. Bersama rekan-rekannya, dia membuka layanan instalasi jaringan internet di wilayah pedalaman Papua tersebut dengan nama V-ber Home.

Topografi pedalaman Asmat dengan rawa-rawa yang sulit dijangkau, keterbatasan pengetahuan dan keahlian, biaya perangkat yang mahal, hingga kendala sosial budaya tidak menghalangi tim V-ber Home menjalankan misinya. Kini, jaringan internet V-ber Home sudah mencakup seluruh wilayah Kecamatan Agats dan beberapa desa lain di Kabupaten Asmat.

Kerja-kerja V-ber Home membuat harga barang-barang lebih mudah dipantau, dan oleh karena itu jadi relatif terjangkau. Pembelajaran daring selama masa pandemi COVID-19 juga bisa terlaksana dengan lebih baik. Berikut ini wawancara Fuad Rifai dengan Zia Ul Haq dari Green Network pada Rabu (2/6/2021) melalui panggilan video.

Apa masalah utama yang Anda lihat terkait keterjangkauan akses internet di wilayah Asmat?

Tahun 2010 Telkomsel belum masuk wilayah Asmat. Bahkan tahun  2017 saat pertama kali saya datang ke sini pun jaringan internet sangat minim. Kami lebih efektif berkomunikasi dengan handie-talkie (HT).

Jaringan internet yang minim tentu mempengaruhi kondisi masyarakat maupun pemerintahan. Dulu saat ramai gizi buruk, banyak relawan tidak betah karena sudah terbiasa hidup dengan medsos dan jaringan komunikasi yang lancar. Apalagi jika mereka harus berjauhan dengan keluarga atau pasangan.

Belum lagi harga-harga yang melambung dan tidak terpantau, arus informasi yang sangat terbatas, dan tentu saja akses pembelajaran yang sulit dijangkau. Semua itu disebabkan minimnya jaringan internet di sini.

Alasan itukah yang membuat Anda mulai membuka layanan instalasi jaringan internet di sana?

Ya, betul. Tapi mohon Anda jangan salah paham. Apa yang saya lakukan bukan aksi sosial murni. Saya di sini menyediakan layanan instalasi jaringan internet komersil. Artinya, saya jualan juga. Tapi saya upayakan agar harganya terjangkau dan sepadan dengan apa yang masyarakat dapatkan.

Berapa harganya?

Dulu pertama kali saya buka layanan ini, saya jual dengan harga 1 juta rupiah untuk kecepatan data 265KB. Mahal karena memang beli bandwith-nya juga mahal, termasuk mahalnya belanja perangkat dan berbagai birokrasi perizinan.

Setelah punya pengalaman cukup, saya mempelajari perizinan dan aturan-aturan terkait pemasangan jaringan internet, juga rute-rute belanja perangkat dengan harga terjangkau. Ternyata upaya ini bisa memangkas biaya. Sehingga saya bisa jual data dengan kecepatan 1MB hanya dengan harga 450 ribu rupiah saja. Artinya, harga kami turunkan, kualitas kami tingkatkan.

Dari mana Anda belajar ilmu tentang jaringan ini? Bukankah Anda datang ke sana sebagai perawat di rumah sakit?

Saya belajar otodidak. Awalnya sama sekali saya tidak tahu seluk beluk jaringan internet ini. Ya, mau tak mau saya harus belajar kepada teman-teman teknisi yang sudah ahli. Kalau harus mendatangkan teknisi dari luar daerah sini, kami tidak kuat biayanya.

Maka setiap kali pulang kampung ke Jawa, saya sempatkan untuk belajar kepada teman-teman di sana. Sekarang saya sudah bisa instalasi sendiri, dan sering diminta pihak-pihak di luar daerah untuk membuka jaringan internet. Sekarang saya sudah resmi jadi teknisi. Juga bisa memodifikasi perangkat agar bisa sesuai dengan kebutuhan di sini.

Proses instalasi perangkat jaringan internet V-ber Home | Foto: Fuad Rifai
Proses instalasi perangkat jaringan internet V-ber Home | Foto: Fuad Rifai

Bagaimana posisi pemerintah dalam hal ini? Kebijakan apa yang Anda harapkan dari pemerintah?

Pihak pemerintah kabupaten sudah memberikan izin kepada kami untuk memanfaatkan tiang-tiang lampu jalan. Jadi perangkat-perangkat pemancar itu boleh kami pasang di tiang-tiang lampu yang sudah ada.

Saya tidak terlalu mengharapkan dukungan materi dari pemerintah. Saya hanya mengharapkan agar pemerintah bisa mempermudah perizinan. Tidak berbelit-belit, minimal sesuai dengan aturan yang sudah ada.

Sedangkan kepada KOMINFO, saya harap ada kebijakan terkait harga bandwith. Yaitu bagaimana supaya harga bandwidth untuk wilayah Papua bisa sama dengan harga di wilayah Jawa. Atau maksimal dua kali lipat harga wilayah Jawa.

Bayangkan. Saat ini, harga bandwith di Jawa sekitar 70-80 juta rupiah untuk data 1GB. Sedangkan harga di Papua dijual “ketengan,” yaitu seharga 900 ribu rupiah tiap 1MB. Artinya untuk mendapat data 1GB harus keluar uang hingga 900 juta rupiah. Bahkan dulu pernah dijual dengan harga sampai 10 juta rupiah per MB.

Apakah selama ini Anda juga bekerja sama dengan dunia usaha? Apa pesan Anda untuk para pengusaha dan pemilik modal?

Ya, pernah. Saya berharap bisa menjalin kerja sama terkait permodalan. Tapi yang lebih penting lagi adalah kerja sama untuk berbagi ilmu dan peningkatan keahlian, agar saya dan tim di sini bisa lebih berkembang ke depan.

Apa tantangan yang Anda hadapi selama berkarya di sana?

Seperti yang Anda lihat (sambil menunjukkan suasana sekitar rumah tinggalnya melalui panggilan video). Saya tinggal di rumah panggung tepat di atas rawa-rawa. Jarak antara rumah satu dengan lainnya cukup jauh. Untuk kebutuhan air, saya pakai tampungan air hujan. Pasokan listrik PLN di sini masih menggunakan diesel.

Biaya perjalanan lintas kecamatan lebih mahal daripada biaya saya pulang kampung ke Banyuwangi. Uang 9 juta rupiah bisa untuk melakukan perjalanan Asmat-Banyuwangi pergi-pulang. Sedangkan biaya untuk menyeberang ke kecamatan lain di Kabupaten Asmat, karena sudah beda pulau, bisa sampai 5 juta rupiah untuk sewa kapal dan lainnya.

Sebagai pendatang, saya juga harus mampu menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal. Pernah beberapa kali kami memasang perangkat yang melewati tanah warga, ternyata pemilik tanah tidak terima. Sehingga kami harus membayar denda adat. Hal-hal semacam itu harus kami maklumi.

Untungnya profesi saya sebagai perawat cukup berguna untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Warga  kerap menyapa saya dengan sebutan “Pak Mantri”. Saya bersyukur masyarakat mulai merasa membutuhkan upaya penyediaan jaringan internet ini. Sehingga mereka pun secara alamiah akan melindungi kami kalau terjadi hal-hal genting, misalnya kerusuhan.

Salah satu instalasi perangkat jaringan internet V-ber Home | Foto: Fuad Rifai
Salah satu instalasi perangkat jaringan internet V-ber Home | Foto: Fuad Rifai

Apa yang menguatkan Anda sehingga masih bertahan sampai hari ini?

Motivasi awal saya datang ke sini memang faktor ekonomi. Tapi itu bukan dorongan utama. Saya merasakan ada sesuatu yang mengikat saya di Asmat ini. Sesuatu yang sulit dijelaskan. Saya senang melihat masyarakat bisa menikmati akses internet dengan lancar, bahkan bisa berpengaruh pada sektor ekonomi dan pendidikan mereka.

Tiap kali saya pulang kampung ke Jawa, saya selalu terpikir untuk segera kembali. Saya tidak bisa meninggalkan aktivitas ini lama-lama. Pernah suatu kali saya pulang kampung ke Banyuwangi hanya satu hari. Selesai urusan di rumah, saya langsung pesan tiket, terbang lagi ke Asmat.

Setelah sekian lama, bagaimana perubahan yang terjadi?

Harga barang-barang relatif menjadi lebih terjangkau. Misalnya, harga celana yang mencapai 300 ribu rupiah bisa turun hingga 150 ribu rupiah. Sebab si pembeli bisa memantau alur pengiriman barang secara daring dan transparan. Sekolah-sekolah juga bisa melaksanakan pembelajaran daring dengan lancar. Tentu jaringan internet ini sangat membantu mereka untuk tetap belajar di masa pandemi COVID-19.

Apa harapan Anda ke depan bagi masyarakat di sana?

Saya harap jaringan internet bisa merata dan terjangkau bagi masyarakat di pedalaman. Terutama wilayah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal). Sehingga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di wilayah itu.

Saya juga terus menyempurnakan konsep jaringan internet pedesaan ini. Kalau di sini konsep kami ini lebih akrab disebut dengan RT-RW NET. Ya semoga saja upaya ini bisa bermanfaat, menjadi berkah bagi masyarakat dan kami sendiri.

-Selesai-

Editor: Marlis Afridah

Aktivitas V-ber Home dapat dilihat di saluran YouTube Fuad Rifai.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Zia Ul Haq
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Zia adalah Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan program sarjana Pendidikan Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini Ia aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).

  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Bayar Kuliah dengan Inovasi: Pendidikan Berkelanjutan ala DTECH-ENGINEERING
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Komitmen Tingkatkan Debit Air Tanah, Desa Warugunung Gelar Aksi Menanam Pohon
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Aksi Menanam Pohon Bersama Sakola Wanno, Layanibumi, dan Green Network Asia
  • Zia Ul Haq
    https://greennetwork.id/author/ziatuwel/
    Mimpi Gerakan LindungiHutan Tanam 270 Juta Pohon

Continue Reading

Sebelumnya: Bhutan: Negara Pencinta Alam dengan Kementerian Kebahagiaan
Berikutnya: Rumah Inklusif: Perjuangan Komunitas Kebumen untuk Hak Para Keluarga Penyandang Disabilitas

Lihat Konten GNA Lainnya

bom waktu tersembunyi di antara bunga Memahami Kecurigaan dan Kekecewaan terhadap Gerakan Keberlanjutan Perusahaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Memahami Kecurigaan dan Kekecewaan terhadap Gerakan Keberlanjutan Perusahaan

Oleh Jalal
15 September 2025
foto daerah pesisir dengan air laut biru Perkembangan Kondisi Tutupan Karang di Great Barrier Reef
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Perkembangan Kondisi Tutupan Karang di Great Barrier Reef

Oleh Kresentia Madina
15 September 2025
ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia