Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Kesenjangan Hijau dan Seruan untuk Persatuan Global

Di tengah kesenjangan dunia yang terus berlanjut, mengatasi Kesenjangan Hijau Global (Great Green Divide) menjadi salah satu tantangan paling mendesak saat ini.
Oleh Setyo Budiantoro
16 April 2024
ilustrasi Kesenjangan Hijau

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Dalam masyarakat global yang kompleks, Kesenjangan Hijau bukanlah sebuah konsep metaforis, melainkan kenyataan yang sangat jelas bagi banyak orang. Kesenjangan Hijau menciptakan jurang antara pihak yang terkena dampak degradasi lingkungan dengan pihak yang memperoleh manfaat dari sumber daya alam. Oleh karena itu, mengatasi Kesenjangan Hijau Global (Great Green Divide) merupakan salah satu tantangan paling mendesak saat ini.

Kesenjangan Hijau dan Ketimpangan Global

Bukti empiris dari Kesenjangan Hijau memberikan gambaran yang mencolok mengenai kesenjangan global. Sebagai contoh, wilayah Global South seperti Afrika hanya menyumbang sebagian kecil emisi gas rumah kaca, yaitu sekitar dua hingga tiga persen emisi global. Namun, wilayah tersebut menanggung dampak buruk perubahan iklim dengan tidak proporsional. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) telah mengeluarkan peringatan akan semakin seringnya terjadi bencana alam yang parah di kawasan ini, yang menimbulkan ancaman signifikan terhadap pertanian, mata pencaharian, dan ketahanan pangan.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan ekosistem yang beragam, menunjukkan bagaimana permasalahan global tersebut hadir. Indonesia menghadapi tantangan seperti deforestasi, polusi udara perkotaan, dan degradasi terumbu karang, yang menekankan dampak lingkungan dari pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dalam hal ini, upaya Indonesia untuk mempromosikan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil merupakan langkah proaktif yang bertujuan memitigasi dampak Kesenjangan Hijau Global.

Tak Sekadar Dampak Lingkungan

Perlu diingat, dampak kesenjangan ini tidak hanya soal degradasi lingkungan, tetapi meluas ke aspek sosial dan kesehatan. Masyarakat di daerah yang berpolusi tinggi menghadapi peningkatan risiko kesehatan, dimana terdapat sekitar 9 juta kematian dini setiap tahunnya akibat polusi, sebagaimana dilaporkan oleh Komisi Lancet untuk Polusi dan Kesehatan. Krisis ini terutama berdampak pada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, sehingga memicu kemiskinan, konflik, dan kerusuhan sosial.

Kesenjangan Hijau Global juga mencakup kesenjangan dalam akses terhadap teknologi dan sumber daya berkelanjutan. Negara-negara kaya yang memiliki kapasitas untuk berinvestasi pada energi terbarukan dan praktik-praktik berkelanjutan secara tidak sengaja memperlebar kesenjangan ini. Sebaliknya, negara-negara berkembang seringkali mengandalkan teknologi yang sudah ketinggalan zaman dan berbahaya bagi lingkungan karena keterbatasan sumber daya.

Situasi ini menggarisbawahi tanggung jawab moral dan historis negara-negara maju. Negara-negara maju, yang secara historis berandil besar dalam menyebabkan degradasi dan polusi lingkungan global, punya kewajiban untuk memberikan dukungan dan kompensasi kepada negara-negara terbelakang dalam transisi menuju keberlanjutan. Kompensasi yang dimaksudkan tidak hanya sekedar bantuan keuangan, tetapi juga mencakup transfer teknologi, peningkatan kapasitas, dan pembagian sumber daya yang adil.

Pertumbuhan ekonomi di banyak negara maju kerap mengorbankan eksploitasi sumber daya alam, sehingga memberikan dampak yang tidak proporsional kepada negara-negara terbelakang. Paradoks ini menempatkan beban lingkungan di pundak negara-negara yang paling tidak bertanggung jawab. Untuk mengatasi ketidakadilan ini, diperlukan perubahan mendasar dalam kebijakan ekonomi global, dengan memprioritaskan kesejahteraan lingkungan dan sosial di atas pertumbuhan ekonomi sebagai fokusnya.

Kerja Sama Global dan Teknologi sebagai Solusi

Mengatasi Kesenjangan Hijau Global memerlukan solusi kreatif dan ekonomis. Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) menekankan bahwa untuk setiap dolar yang diinvestasikan dalam restorasi ekologi, terdapat keuntungan sembilan kali lipat, yang menghasilkan keuntungan seperti peningkatan kesehatan dan pengurangan kerugian akibat bencana. Selain itu, solusi ramah lingkungan berpotensi menciptakan 395 juta lapangan pekerjaan baru pada tahun 2030.

Kerja sama global sangat penting dalam hal ini. Mempertimbangkan kembali pengukuran ekonomi dan tidak hanya sebatas pada Produk Domestik Bruto (PDB) dengan memasukkan kesejahteraan lingkungan dan sosial dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kemajuan suatu negara. Pergeseran ini memungkinkan perspektif pembangunan yang lebih holistik, tidak hanya mempertimbangkan faktor ekonomi tetapi juga aspek lingkungan dan sosial.

Kemajuan teknologi memang memberikan solusi untuk mengatasi tantangan lingkungan. Teknologi energi terbarukan yang terjangkau dapat memainkan peran penting dalam membantu transisi negara-negara berkembang ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi gas rumah kaca mereka.

Selain itu, inovasi teknologi pertanian berpotensi memitigasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, terutama di daerah-daerah rentan. Inovasi-inovasi ini dapat meningkatkan hasil panen, meningkatkan pengelolaan air, dan mendorong praktik pertanian berkelanjutan, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap ketahanan pangan yang lebih baik dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan. Merangkul solusi teknologi tersebut sangat penting dalam upaya kita menjembatani Kesenjangan Hijau Global dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Kewajaran, Keadilan, dan Keberlanjutan

Kesenjangan Hijau Global merupakan sebuah tantangan signifikan. Mengatasinya membutuhkan kebijaksanaan, kreativitas, dan tindakan kolektif. Berdasarkan bukti empiris, pendekatan kita mesti mengintegrasikan pertimbangan etis, keadilan lingkungan, dan reformasi ekonomi. Mengikuti kebijaksanaan Gandhi, kita mesti mengelola sumber daya Bumi dengan mempertimbangkan kewajaran, keadilan, dan keberlanjutan.

Dalam upaya menjembatani kesenjangan ini, kita memiliki visi dan secara aktif berupaya mewujudkan dunia yang menunjukkan kemakmuran bersama, keadilan lingkungan, dan keberlanjutan. Di dunia ini, pembangunan berkelanjutan lebih dari sekadar kebijakan, namun telah menjadi etos global. Teknologi dimanfaatkan tidak hanya untuk keuntungan ekonomi tetapi juga untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan memastikan distribusi sumber daya yang adil.

Kesenjangan Hijau Global yang signifikan menunjukkan peluang transformasi substansial. Menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, kesetaraan, dan inovasi dapat mengubah kesenjangan ini menjadi katalisator pertumbuhan, harmoni, dan hidup berdampingan secara lebih seimbang dengan alam. Perjalanan ini mungkin memerlukan kesabaran, ketekunan yang tak tergoyahkan, dan tekad kolektif umat manusia, namun hal ini tidak dapat disangkal berada dalam jangkauan kita. Setiap langkah yang diambil untuk menjembatani Kesenjangan Hijau Global membawa kita lebih dekat ke sebuah dunia di mana anugerah alam dibagikan secara adil, dan tantangan-tantangannya dihadapi dengan adil dan melihat ke depan, sehingga membuka jalan bagi masa depan yang lebih berkelanjutan dan harmonis.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.


Terbitkan thought leadership dan wawasan berharga Anda bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Artikel Opini GNA.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Setyo Budiantoro
Website |  + postsBio

Budi adalah Sustainable Development Expert di The Prakarsa, Fellow IDEAS–UID MIT Sloan School of Management, SDGs–ESG Expert di Indonesian ESG Professional Association (IEPA), dan Advisory Committee Fair Finance Asia.

  • Setyo Budiantoro
    https://greennetwork.id/author/setyobudiantoro/
    ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Setyo Budiantoro
    https://greennetwork.id/author/setyobudiantoro/
    Mengapa Narasi ESG Indonesia Harus Berakar pada SDGs
  • Setyo Budiantoro
    https://greennetwork.id/author/setyobudiantoro/
    Kisah Dua Masa Depan
  • Setyo Budiantoro
    https://greennetwork.id/author/setyobudiantoro/
    Paradigma Baru Pembangunan

Continue Reading

Sebelumnya: Urgensi Ratifikasi Konvensi ILO 188 dan Perlindungan ABK Migran
Berikutnya: Meningkatkan Perlindungan Hukum bagi Aktivis Lingkungan di Indonesia

Lihat Konten GNA Lainnya

Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025
Dua perempuan menampilkan tarian Bali di hadapan penonton. Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Oleh Attiatul Noor
13 Oktober 2025
perempuan yang duduk di batang pohon besar, laki-laki berdiri di sampingnya dan dikelilingi rerumputan; keduanya mengenakan pakaian tradisional Papua Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia