Paradigma Baru Pembangunan
Narasi tentang kemajuan mengalami perubahan besar. Perubahan ini bukan sekadar pergeseran kebijakan atau praktik, melainkan juga redefinisi dan paradigma fundamental dari apa yang kita anggap sebagai kemajuan dan pembangunan yang sejati. Di Indonesia, seperti di banyak tempat lain di dunia, kemajuan secara tradisional diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi, seringkali dengan menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai mistar ukur. Namun, pendekatan yang terfokus hanya pada output ekonomi ini sangat tidak mencukupi untuk menjawab tantangan multidimensi abad ke-21, yang meliputi keberlanjutan lingkungan, kesetaraan sosial, dan ketahanan ekonomi jangka panjang.
Ekonomi Butuh Keseimbangan Sosial dan Lingkungan
John Maynard Keynes, salah satu tokoh paling penting dalam pemikiran ekonomi dunia, menyatakan, “Ekonomi tidak seharusnya menjadi tujuan hidup, melainkan alat untuk menciptakan dunia yang lebih baik.” Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa dalam mengevaluasi kemajuan, kita harus melihat lebih dari sekadar angka ekonomi, dengan mempertimbangkan faktor lain yang memberikan makna dan keberlanjutan pada kehidupan kita.
Pembangunan berkelanjutan, sebuah konsep yang telah mendapatkan momentum sejak didefinisikan oleh Komisi Brundtland pada tahun 1987, menawarkan pendekatan yang lebih holistik. Ini berkaitan dengan memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, mengintegrasikan pembangunan ekonomi, pengelolaan lingkungan, dan inklusi sosial. Di Indonesia, ini berarti mencari keseimbangan antara melanjutkan lintasan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan sambil memastikan pertumbuhan ini berkelanjutan secara lingkungan dan inklusif secara sosial.
Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berarti menciptakan nilai tambah tanpa menghabiskan sumber daya bumi atau merusak lingkungan. Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, menghadapi tantangan untuk memanfaatkan potensi ekonominya sambil melestarikan warisan alamnya. Langkah menuju praktik pertanian berkelanjutan, yang merupakan bagian signifikan dari ekonomi Indonesia, dan investasi dalam teknologi hijau di sektor manufaktur yang sedang berkembang, merupakan langkah yang tepat. Ini juga melibatkan pergeseran menuju sumber energi terbarukan, langkah penting bagi negara yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil.
Pengelolaan lingkungan menjadi pilar kritis lainnya. Untuk Indonesia, ini berarti mengatasi deforestasi, mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan, dan mengurangi dampak perubahan iklim. Komitmen negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan upayanya dalam konservasi hutan menunjukkan pengakuan yang berkembang tentang pentingnya pelestarian lingkungan dalam narasi pembangunannya.
Inklusi Sosial Melampaui Pengentasan Kemiskinan
Inklusi sosial di Indonesia berarti memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi didistribusikan secara adil. Ini lebih dari sekadar pengentasan kemiskinan; ini tentang menciptakan peluang untuk pendidikan, meningkatkan akses perawatan kesehatan, dan memastikan kesetaraan gender. Sebuah paradigma mendasar pembangunan manusia dengan meningkatkan kapabilitas maksimalnya sebagai manusia dengan berbagai potensi kemanusiaannya. Ini tentang memberdayakan bukan hanya populasi perkotaan, tetapi juga komunitas pedesaan yang merupakan bagian penting dari semangat merealisasikan keadilan dan inklusivitas. Di samping tentu saja, menerapkan semangat “no one left behind” pada kelompok rentan dan terpinggirkan.
Secara global, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) memberikan isi yang operasional pada pendekatan itu, dan Indonesia telah menyelaraskan dengan tujuan-tujuan tersebut dalam kebijakan pembangunannya. Namun, tantangannya beragam. Kemauan politik, kendala ekonomi, dan hambatan sosial sering memperlambat laju perubahan. Transisi ke model pembangunan berkelanjutan membutuhkan bukan hanya intervensi pemerintah tetapi juga partisipasi bisnis dan masyarakat sipil.
Argumen ekonomi untuk keberlanjutan juga meyakinkan. Berinvestasi dalam praktik berkelanjutan membuka pasar baru, mendorong inovasi, dan menciptakan peluang pekerjaan. Untuk Indonesia, dengan populasi mudanya dan ekonomi yang dinamis, potensi ekonomi hijau sangat besar. Transisi ke energi terbarukan, ekowisata, dan pertanian berkelanjutan dapat menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia dan bahkan dunia.
Pembangunan Berkelanjutan untuk Masa Depan yang Tangguh
Seiring waktu, kebutuhan untuk pergeseran paradigma menuju pembangunan berkelanjutan menjadi semakin jelas, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Ini bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan masyarakat. Perubahan ini membutuhkan upaya bersama dari semua sektor masyarakat: pemerintah harus mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam kerangka kebijakan mereka, bisnis harus mengadopsi praktik yang bertanggung jawab, dan individu harus menjadi lebih sadar akan pola konsumsi mereka.
Kesimpulannya, mendefinisikan ulang kemajuan dalam konteks pembangunan berkelanjutan bukan hanya tentang konservasi lingkungan atau keadilan sosial; ini tentang mengamankan masa depan yang tangguh dan sejahtera. Bagi Indonesia, dengan warisan lingkungan dan budaya yang unik, tantangannya besar, tetapi begitu pula peluangnya.
Dengan memegang teguh pembangunan berkelanjutan, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia, menunjukkan bahwa kemajuan sejati adalah tentang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan integritas lingkungan dan kesetaraan sosial. Saat kita menavigasi kompleksitas pembangunan modern, penting untuk diingat bahwa jalan yang kita pilih hari ini akan membentuk masa depan generasi yang akan datang. Perjalanan menuju pembangunan berkelanjutan panjang dan menantang, tetapi ini adalah jalur yang paling menjanjikan menuju perkembangan masyarakat yang seimbang dan berkelanjutan. Inilah tantangan sejarah kita!
Editor: Abul Muamar & Marlis Afridah
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Budi adalah Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat Nasional SDGs, Bappenas RI. Ia juga seorang Pengajar di Program Pasca Sarjana Keuangan Berkelanjutan dan Pembangunan, Universitas Udayana, dan Nexus Strategist Perkumpulan Prakarsa.