Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Perlindungan Iklim Adalah Hak Asasi Manusia

Memastikan perlindungan iklim dan memberikan keamanan dari dampak buruk yang diakibatkan oleh perubahan iklim merupakan hak asasi setiap orang.
Oleh Dinda Rahmania
29 April 2024
pengungsi internal menerima bantuan makanan

Foto: Tim McKulka di Flickr.

Setiap orang memiliki hak untuk hidup dan merasa aman dari segala ancaman, termasuk krisis iklim akibat pembangunan yang tidak berkelanjutan. Kerusakan yang terjadi menyebabkan ekosistem menjadi terganggu, merugikan kelompok rentan, dan pada akhirnya dapat mengakibatkan ketidakmampuan kita untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Oleh karena itu, memastikan perlindungan iklim dan memberikan keamanan dari dampak buruk yang diakibatkan oleh perubahan iklim merupakan hak asasi setiap orang.

Penyebab Krisis Iklim

Sejak revolusi industri, pembangunan sangat erat kaitannya dengan penggunaan bahan bakar fosil dalam skala besar. Hampir semua aktivitas industri, mulai dari produksi hingga transportasi, bergantung pada berbagai bentuk bahan bakar fosil. Sekarang, dampak dari penggunaan dan eksploitasi bahan bakar fosil telah menjadi semakin nyata.

Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, dan suhu global hampir mencapai batas 1,5°C. Pemanasan global terutama disebabkan oleh aktivitas manusia dan menyebabkan dampak yang sangat besar. Misalnya, peningkatan suhu laut menyebabkan kejadian ekstrem seperti gelombang panas, zona mati, dan pemutihan karang. Akibatnya, perubahan ini membahayakan kehidupan laut, menyebabkan hilangnya habitat dan perubahan siklus makanan di laut. Meningkatnya suhu global juga menyebabkan naiknya permukaan air laut yang berdampak tidak proporsional terhadap penduduk di daerah dataran rendah yang rentan.

Aktivitas lainnya yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan dan hutan untuk perkebunan dan perluasan industri menyebabkan kerusakan ekosistem dan segala isinya. Ekosistem yang telah rusak menjadi tidak cocok dengan satwa penghuninya, sehingga memaksa mereka untuk bermigrasi ke luar habitatnya demi mencari makanan dan lingkungan yang sesuai.

Dengan berbagai praktik berbahaya dan tidak berkelanjutan yang terus berlanjut, generasi sekarang akan menghabiskan seluruh sumber daya yang ada. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera mengatasi dan mengubah praktik-praktik ini untuk mencegah hal tersebut. Kegagalan untuk melakukan hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup generasi mendatang, dan hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Kurangnya Aksi Global

forum COP28 UAE
Foto: Christopher Pike di Flickr.

Untuk mengatasi situasi ini, negara-negara dan pemangku kepentingan global lainnya mulai bersatu dalam menciptakan komitmen dan landasan bersama. Pada tahun 2015, Perjanjian Paris ditandatangani untuk menunjukkan komitmen negara-negara dalam menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius di atas suhu pra-industri. Perjanjian ini juga bertujuan untuk membantu negara-negara di dunia beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan memberikan dukungan logistik dan ahli.

Namun sayangnya, meskipun ada banyak kerja sama dan komitmen global serta perkembangan signifikan dalam mobilitas listrik dan energi terbarukan, kemajuan yang dicapai masih minim.

Pada tahun 2023, analisis PBB menemukan bahwa rencana negara-negara di dunia untuk mengatasi perubahan iklim tidak cukup memadai untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris. Laporan tersebut menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara komitmen saat ini dan apa yang dibutuhkan berdasarkan strategi pembangunan rendah emisi jangka panjang dan masukan dari 75 negara. Selain itu, sebuah proyek berbasis organisasi penelitian independen, Climate Action Tracker, menunjukkan bahwa negara-negara dengan emisi gas rumah kaca yang tinggi, seperti China dan Amerika Serikat, masih gagal memenuhi komitmen mereka.

Perlindungan Iklim adalah Hak Asasi Manusia

Pada Oktober 2021, Dewan Hak Asasi Manusia mengadopsi resolusi HAM atas lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Hal ini menekankan pentingnya hak asasi manusia akan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Resolusi tersebut juga menggarisbawahi betapa pentingnya melindungi lingkungan bagi kesejahteraan dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, pemerintah di seluruh dunia didesak untuk menjaga hak asasi manusia dengan melindungi kelompok rentan dari kerusakan lingkungan.

Krisis yang terjadi saat ini disebabkan oleh pengutamaan keuntungan jangka pendek dibandingkan keberlanjutan dan kesejahteraan manusia, sehingga memberikan dampak yang paling berat bagi kelompok rentan dan pada akhirnya berdampak pada semua orang dan segalanya yang ada di Bumi. Sebagai pelaku utama, dunia usaha dan pemerintah memikul tanggung jawab terbesar untuk menghentikan krisis iklim; namun, sayangnya, tindakan mereka masih minim.

Oleh karena itu, penting untuk menegaskan kembali komitmen dan mobilisasi para pemangku kepentingan global untuk memenuhi target nasional dan global dalam mencapai emisi nol bersih. Pada saat yang sama, hal ini juga menekankan pentingnya pemenuhan hak asasi manusia dan mengatasi dampak buruk perubahan iklim terhadap komunitas rentan. Mempertahankan sumber daya bumi dan memastikan hak asasi manusia atas kehidupan yang sehat dan berkelanjutan untuk generasi sekarang dan masa depan masih memungkinkan untuk kita capai.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Bagaimana Upaya China dalam Meningkatkan Layanan Kesehatan di Tingkat Daerah
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Menengok Pelatihan Pemuda Desa di India untuk Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Continue Reading

Sebelumnya: Menengok Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Pentingsari
Berikutnya: Melindungi Pekerja di Tengah Ancaman Cuaca Panas Ekstrem

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia