Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Pemerintah berambisi membangun Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura). Namun, apakah tanggul ini dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi banjir rob dan dampak perubahan iklim lainnya di wilayah pesisir?
Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya

Foto: Nartan Büyükyıldız di Unsplash.

Perubahan iklim dan temperatur Bumi yang semakin panas telah menyebabkan peningkatan permukaan air laut dan penurunan permukaan tanah di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Akibatnya, banyak wilayah yang terancam oleh banjir rob, terutama pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir. Terkait hal ini, pemerintah berambisi membangun Giant Sea Wall (GSW) atau tanggul laut raksasa di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, mulai dari Banten hingga Jawa Timur. Akan tetapi, pembangunan tanggul ini masih diselimuti dengan berbagai kekhawatiran, termasuk apakah GSW menjadi solusi yang tepat di tengah krisis iklim.

Kenaikan Permukaan Laut di Wilayah Pantura

Pengambilan air tanah berlebih telah menjadi salah satu faktor penyebab penurunan muka tanah terutama di daerah sepanjang garis Pantura. Dalam kurun waktu 10 tahun (2010-2021), tanah di wilayah ini telah mengalami penurunan lebih cepat hingga 9 kali lipat dibanding tingkat kenaikan permukaan laut global. Misalnya, laju penurunan tanah di Jakarta berkisar antara 1-28 cm per tahun, di Semarang sekitar 14-19 cm per tahun, dan Pekalongan hingga 10,7 cm.

Akibatnya, Pantura menjadi kawasan yang sangat rentan terdampak bencana akibat perubahan iklim. Dari akhir 2022 hingga awal 2023 saja, 80% kawasan Pantura di Jawa Tengah telah dilanda banjir. World Bank juga memperkirakan bahwa pada tahun 2030, peningkatan air laut dapat membuat 5,5 hingga 8 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang rawan terpapar banjir rob.

Proyek Giant Sea Wall

Dalam Konferensi Internasional Infrastruktur 2025 pada 12 Juni 2025, Presiden Prabowo menegaskan rencana untuk memulai pembangunan Proyek Strategis Nasional Giant Sea Wall di Pantai Utara Jawa (Pantura). Tanggul tersebut rencananya akan membentang sepanjang 500 kilometer dari Tangerang (Banten) hingga Gresik (Jawa Timur) untuk melindungi kawasan Pantura dari ancaman banjir rob dan dampak perubahan iklim ekstrem lainnya.

Giant Sea Wall sebenarnya bukanlah proyek baru. Pada tahun 2019, pemerintah telah menyelesaikan tanggul pengaman di pantai utara Jakarta sepanjang 12,66 km yang ditambah hingga 33,54 km pada tahun berikutnya. Tanggul ini dibangun untuk mengantisipasi dampak penurunan muka tanah dan mengurangi risiko banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Solusi Palsu

Namun, proyek Giant Sea Wall menimbulkan berbagai keraguan, termasuk apakah tanggul ini benar-benar menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi banjir rob. Hasil survei Destructive Fishing Watch Indonesia (DFW-I) pada 20 Maret hingga 20 April 2025 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56,2%) mengaku tidak menyetujui adanya proyek tersebut. Penolakan tersebut didasarkan pada kekhawatiran akan dampak ekologis, seperti rusaknya ekosistem pesisir, terganggunya penghidupan nelayan, dan potensi penggusuran permukiman.

Pada tahun 2024, WALHI juga menyampaikan beberapa catatan kritis tentang pembangunan Giant Sea Wall. Menurut WALHI, proyek ini tidak menjawab akar persoalan kehancuran ekologis Pulau Jawa yang diakibatkan oleh industri skala besar yang mempercepat penurunan muka tanah dan karenanya dianggap sebagai solusi palsu dalam mengatasi banjir rob. Keberadaan GSW menurut WALHI justru dapat mengubah arus alami pantai dan menyebabkan penurunan populasi ikan sehingga berdampak pada mata pencaharian masyarakat pesisir. GSW juga dinilai dapat mempercepat kepunahan keanekaragaman hayati; merusak ekosistem mangrove, terumbu karang, dan padang lamun; serta menggusur ribuan nelayan dan melenyapkan mata pencaharian dan identitas mereka.

Semua itu menegaskan bahwa pembangunan GSW di sepanjang Pantura harus mempertimbangkan dan mengantisipasi segala dampak buruk yang mungkin ditimbulkan.

Solusi Berbasis Alam

Wilayah pesisir merupakan salah satu wilayah yang paling rentan terhadap dampak krisis iklim sehingga memerlukan mitigasi yang holistik dan berkelanjutan. Alih-alih membangun proyek yang berisiko memperparah kerusakan lingkungan dan menghilangkan mata pencaharian masyarakat, pemerintah seharusnya dapat memfokuskan solusi-solusi berbasis alam seperti restorasi dan konservasi ekosistem mangrove yang telah terbukti dapat berfungsi sebagai tanggul alami. Selain dapat menahan abrasi, mangrove juga dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon. Tidak hanya itu, pemerintah juga perlu memperhatikan kembali perencanaan tata ruang di daerah pesisir, seperti pengelolaan air tanah yang bijak, menghentikan alih fungsi lahan di kawasan pesisir, hingga mengevaluasi kegiatan industri yang merusak daya dukung lingkungan.

Editor: Abul Muamar

Seftyana Khairunisa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Nisa adalah reporter dan asisten peneliti di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki minat di bidang penelitian, jurnalisme, dan isu-isu seputar hak asasi manusia.

  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Sisi Kelam Pengembangan Pariwisata di Kawasan KEK Mandalika
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mempertanyakan Komitmen Sektor Perbankan dalam Pembiayaan Berkelanjutan
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Bagaimana Waste Crisis Center dapat Atasi Isu Pengelolaan Sampah
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mengulik Dampak Lingkungan dari Perkebunan Tebu Monokultur

Continue Reading

Sebelumnya: Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
Berikutnya: Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia