Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

115 Pulau Kecil dan Sedang Terancam Tenggelam

BRIN memperkirakan bahwa 115 pulau kecil dan sedang Indonesia terancam tenggelam pada tahun 2100 akibat kenaikan permukaan air laut. Lantas, apa yang bisa kita lakukan?
Oleh Abul Muamar
31 Juli 2024
pepohonan kelapa di sebuah pulau kecil dengan perairan biru dan langit biru

Pulau Pahawang, Lampung. | Foto: Fidelia Zheng di Unsplash.

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.299. Namun, kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global dan berbagai faktor lainnya berpotensi melenyapkan banyak pulau Indonesia dalam tahun-tahun mendatang. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan bahwa 115 pulau kecil dan sedang Indonesia terancam tenggelam pada tahun 2100. Sebagian pulau tersebut bahkan dilaporkan memiliki penghuni.

Ancaman terhadap Pulau-Pulau Indonesia

Jakarta dan wilayah pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) merupakan daerah yang sering menjadi objek perbincangan terkait tenggelamnya pulau. Namun, ancaman yang sama juga sedang dihadapi oleh banyak pulau lain di Indonesia, terutama pulau kecil dan sedang.

Pada tahun 2011, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan bahwa 28 pulau kecil telah tenggelam dan 24 pulau kecil lainnya terancam melesap. Di masa depan, jumlah pulau yang mungkin akan tenggelam bisa jauh lebih besar dari perkiraan, terutama jika tidak ada tindakan yang jelas untuk mengantisipasinya.

BRIN memperkirakan sebanyak 115 pulau akan tenggelam pada tahun 2100, dengan 92 di antaranya disebabkan oleh naiknya permukaan air laut. Selain permukaan air laut yang meningkat, penurunan muka tanah juga merupakan faktor signifikan yang dapat menenggelamkan pulau.

Degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga menjadi sorotan, terutama akibat aktivitas antropogenik seperti pertambangan, pariwisata, hingga tambak ikan atau udang. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mengungkap bahwa terdapat 218 izin usaha pertambangan di 34 pulau kecil hingga Desember 2023–jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya. Menurut laporan tersebut, industri pertambangan telah memicu bencana ekologis yang serius, di antaranya pencemaran air tanah dan ekosistem laut, hilangnya wilayah tangkap nelayan dan lahan pertanian warga, hingga hilangnya keanekaragaman hayati dan habitatnya. 

Mendorong Upaya Pencegahan

Rasanya mungkin mustahil untuk menghentikan pemanasan suhu Bumi di tingkat global untuk mencegah tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia dan di berbagai belahan dunia lainnya. Apalagi dalam setidaknya dua dekade terakhir, pemanasan global semakin parah dan tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat rata-rata permukaan air laut global telah meningkat lebih cepat sejak tahun 1900 dibandingkan abad sebelumnya. WMO memperingatkan, permukaan air laut masih akan tetap mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekalipun pemanasan global dapat dibatasi hingga 1,5 derajat.

Intrusi air asin dapat menghancurkan lapangan kerja dan seluruh perekonomian di berbagai industri seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata. Selain itu, kenaikan permukaan air laut berpotensi merusak atau menghancurkan infrastruktur vital, seperti sistem transportasi, rumah sakit, dan sekolah. Bahaya ini sangat akut bagi sekitar 900 juta orang yang tinggal di wilayah pesisir dataran rendah.

Namun, kita semua tidak boleh putus asa dan hanya berdiam diri. Tindakan-tindakan kecil yang berfokus pada upaya pelestarian lingkungan dapat sangat berarti, seperti melindungi lingkungan dengan menanam mangrove dan ikut terlibat dalam konservasi, mengurangi jejak karbon dengan menghemat energi dan beralih ke gaya hidup yang lebih berkelanjutan, mengurangi sampah, mengubah pola konsumsi, dan menerapkan solusi berbasis alam dalam berbagai bidang.

Tentunya, tindakan yang lebih besar dan serius mesti dilakukan oleh pemerintah dan organisasi. Beberapa hal fundamental yang mesti dilakukan adalah pengurangan emisi gas rumah kaca melalui kebijakan energi dan regulasi industri yang lebih tegas; pengelolaan lingkungan dengan meningkatkan rehabilitasi ekosistem dan melindungi kawasan konservasi; mitigasi iklim dengan mengembangkan pengelolaan risiko bencana yang inklusif dan sensitif gender serta membangun infrastruktur yang tahan terhadap kenaikan permukaan laut dan erosi pantai; mendukung penelitian tentang dampak perubahan iklim dan solusi teknis yang dibutuhkan; serta memperkuat kemitraan publik-swasta dan kerja sama internasional dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Abul Muamar
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Lingkungan dan Kesehatan dari Industri Nikel di Teluk Weda
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kolaborasi Indonesia-PBB dalam Penyediaan Lapangan Kerja dan Perlindungan Sosial
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Sekolah Lansia dan Hal-Hal yang Diperlukan untuk Mendukung Kesejahteraan Lansia

Continue Reading

Sebelumnya: Menengok Healthy Homes Initiatives di Selandia Baru dalam Mengatasi Bed Poverty
Berikutnya: Krisis Air Dunia yang Kian Mengkhawatirkan

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.