Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Dunia
  • Siaran Pers
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Kolaborasi Universitas Telkom & Plastic Fischer dalam Menanggulangi Masalah Sampah Plastik di Sungai Citarum

Teknik Fisika Universitas Telkom (TF-TelU) berkolaborasi dengan Plastic Fischer dalam menanggulangi permasalahan sampah plastik di Sungai Citarum.
Oleh Amaliyah Rohsari, Indra Chandra dan Ismudiati Handayani
1 Juli 2024
sekelompok orang berfoto bersama dengan memegang spanduk bertuliskan clean river

Kegiatan pembersihan sampah plastik di Sungai Citarum oleh civitas akademika Teknik Fisika Universitas Telkom (TF-TelU) dan Plastic Fischer. | Foto: Dokumentasi Teknik Fisika Universitas Telkom.

Panduan Artikel Opini GNA

Pelajari Lebih Lanjut

Sungai Citarum adalah salah satu sungai terpanjang di Jawa Barat. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sepanjang 297 km menyuplai air bagi sekitar 25 juta warga di Jawa Barat dan 80 persen air baku untuk Jakarta. Namun sayangnya, sungai ini mengalami pencemaran serius, dengan sampah plastik menjadi salah satu penyebab utamanya. Pada World Water Forum ke-10 di Bali, pemerintah mengklaim program Citarum Harum berhasil meningkatkan indeks kualitas air dari tercemar berat menjadi tercemar ringan. Namun, beberapa kali setelah forum tersebut, persoalan sampah di Sungai Citarum terus menyeruak, termasuk berupa penumpukan sampah di Jembatan Sapan, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat pada Juni 2024. 

Masalah Sampah di Sungai Citarum

Sebuah penelitian pada tahun 2022 menunjukkan bahwa jenis sampah plastik paling umum di Sungai Citarum adalah kantong plastik, tas plastik bening, dan kemasan plastik, mencakup 4-38% dari total sampah. Volume sampah plastik tertinggi ditemukan di hulu sungai. Mikroplastik, yang berukuran kurang dari 5 mm, ditemukan di sepanjang DAS Citarum, dari hulu hingga hilir, dan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem jangka panjang. 

Akumulasi sampah plastik tersebut meningkatkan risiko banjir di kawasan perkotaan dan mengganggu rantai makanan di dalam sungai. Setelah hujan, jumlah sampah dapat meningkat signifikan hingga 30 kali lipat. Mikroplastik yang masuk ke rantai makanan, dari zooplankton hingga ikan besar, dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi ikan tersebut. Meskipun dampaknya masih diperdebatkan, sejumlah penelitian menunjukkan risiko gangguan sistem pencernaan, hormonal, dan imun akibat paparan mikroplastik dalam makanan.

Solusi Pengolahan Sampah yang Ditawarkan

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh peneliti dari Teknik Fisika Universitas Telkom (TF-TelU) adalah pengolahan sampah plastik menjadi bahan bangunan seperti paving block. Solusi ini ditujukan kepada masyarakat di daerah yang terdampak pencemaran plastik, terutama di sekitar DAS Citarum. Prosesnya melibatkan pengumpulan, pembersihan, dan penghancuran plastik menjadi butiran kecil yang kemudian dicampur dengan bahan lain untuk dicetak menjadi paving block, sehingga mengurangi jumlah sampah plastik dan menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai material konstruksi.

Dalam prosesnya, TF-TelU mengembangkan alat cetak paving block yang didesain agar mudah digunakan dan efisien dalam produksi paving block berbahan dasar plastik daur ulang. Alat ini memungkinkan proses pembuatan paving block menjadi lebih cepat dan dapat dilakukan langsung di lokasi pengolahan sampah plastik. Inovasi ini membantu mengurangi jumlah sampah plastik sekaligus menghasilkan produk yang berguna untuk konstruksi, mendukung keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Selain itu, TF-TelU menawarkan solusi pengolahan limbah plastik, khususnya Low Density Poli Etilen (LDPE), dengan menggunakan cairan ionik. Metode penguraian ini telah dipatenkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) dengan nomor IDS000007278 dan IDS000005495 yang ditetapkan pada tanggal 23 dan 25 Januari 2024. Teknologi ini tidak membutuhkan suhu tinggi dan tidak menghasilkan emisi berbahaya, yang berbeda dengan teknik konvensional. TF-TelU juga mengembangkan metode lain untuk mendegradasi limbah plastik tanpa menghasilkan gas berbahaya dan tetap efisien pada suhu rendah. Kedua inisiatif ini berpotensi dalam menangani pencemaran plastik secara lebih ramah lingkungan dan efisien.

Kolaborasi TF-Tel U dengan Plastic Fischer

Untuk memperkuat inisiatif yang telah dilakukan, TF-TelU berkolaborasi dengan Plastic Fischer, sebuah perusahaan asal Jerman yang mengembangkan teknologi TrashBoom, yaitu penghalang apung sederhana berbiaya rendah untuk menangkap sampah plastik di sungai.

Kolaborasi TF-TelU dan Plastic Fischer telah dimulai sejak akhir tahun 2023 dan melibatkan beberapa kegiatan. Kegiatan pertama berupa pengambilan sampah di salah satu aliran sungai daerah Cikoneng, Kabupaten Bandung. Dalam kegiatan ini, Plastic Fischer memasang TrashBoom di sungai tersebut untuk menjaring sampah. Selanjutnya, civitas akademika TF-Te lU bekerja sama dengan Institut Teknologi Nasional (ITENAS) dan Plastic Fischer memilah berbagai jenis sampah yang terjaring dan menyalurkannya sebagai bahan bakar kepada pabrik Semen Indonesia Group (SIG) selaku off-taker yang memanfaatkan prinsip refuse derived fuel (RFD).

Kegiatan kedua dilakukan pada awal tahun 2024, berupa penjaringan dan pemilahan sampah di aliran Sungai Cikapundung di wilayah Buah Batu, Kota Bandung. Seperti halnya kegiatan pertama, hasil pemilahan sampah plastik ini kemudian juga disalurkan sebagai bahan bakar semen untuk pabrik SIG. 

Selain itu, TF-TelU juga menyelenggarakan Lomba Gagasan Inovatif Siswa (GIS) 2024 dengan tema “Pengolahan Limbah Plastik untuk Kelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Bangsa”. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak siswa berinovasi dalam pengelolaan sampah plastik, memberikan edukasi tentang pentingnya daur ulang, dan meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini.

Kolaborasi antara TF-TelU dan Plastic Fischer merupakan contoh nyata sinergi antara akademisi dan praktisi dalam menangani masalah lingkungan. Dengan pendekatan komprehensif dan inovatif, kolaborasi semacam ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi pencemaran plastik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, tidak hanya di Sungai Citarum tetapi juga di sungai-sungai lain di Indonesia. Mari dukung inisiatif ini dan bersama-sama wujudkan Sungai Citarum yang lebih bersih dan sehat. 

Editor: Abul Muamar

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Amaliyah Rohsari
+ posts Bio

Amaliyah adalah periset dan pemerhati lingkungan, khususnya sampah menjadi energi terbarukan dan material baru. Ia memiliki keahlian dalam simulasi teknik, penulisan, dan penggunaan perangkat lunak desain.

    This author does not have any more posts.
Indra Chandra
+ posts Bio

Indra adalah dosen pada Prodi S1 Teknik Fisika, Universitas Telkom. Ia meraih gelar doktor dari Universitas Kanazawa, Jepang, dengan fokus pada Instrumentasi, Ilmu Lingkungan, dan Teknologi Atmosfer. Minat penelitiannya mencakup pencemaran udara dan air hujan, pertanian, jejak karbon/cadangan karbon, manajemen kebencanaan, dan mikrosensor.

    This author does not have any more posts.
Ismudiati Handayani
+ posts Bio

Ismudiati adalah dosen pada Prodi S1 Teknik Fisika, Universitas Telkom. Ia meraih gelar doktor dari Zernike Institute for Advanced Materials, University of Groningen, Belanda. Minat penelitiannya meliputi spektroskopi optik/Raman/time resolved, material 2D, dan optoelektronik.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Kualitas Pendidikan Vokasi melalui Pendanaan
Berikutnya: Koalisi Global untuk Keadilan Sosial untuk Capai Kemajuan Transformatif

Lihat Konten GNA Lainnya

sebuah tangan robot mengambil lampu bercahaya Memahami Sisi Gelap Kecerdasan Buatan
  • GNA Knowledge Hub
  • Highlight
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Memahami Sisi Gelap Kecerdasan Buatan

Oleh Jalal
5 September 2025
Dunia Kekurangan Tenaga Guru, Bagaimana Indonesia?
  • GNA Knowledge Hub
  • Infografik

Dunia Kekurangan Tenaga Guru, Bagaimana Indonesia?

Oleh Frendy Marselino
5 September 2025
Pria menanam bakau Mendukung Inisiatif yang Dipimpin Kaum Muda dalam Pelestarian Laut
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mendukung Inisiatif yang Dipimpin Kaum Muda dalam Pelestarian Laut

Oleh Attiatul Noor
5 September 2025
deretan polisi dengan rompi dan tameng menghadap ke arah pengunjuk rasa dengan latar asap hitam Demokrasi yang Cacat di Indonesia: Kebebasan Berpendapat di Bawah Ancaman Kekerasan Aparat
  • GNA Knowledge Hub
  • Kabar

Demokrasi yang Cacat di Indonesia: Kebebasan Berpendapat di Bawah Ancaman Kekerasan Aparat

Oleh Abul Muamar
4 September 2025
patung-patung kuno di lahan hijau terbuka Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim

Oleh Kresentia Madina
4 September 2025
seorang pria berkaus dan bercelana jins berbaring di jalan Ketimpangan, Pengangguran, hingga Korupsi yang Merajalela: 6 Isu Sosial yang Mendesak untuk Diatasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Highlight
  • Ikhtisar

Ketimpangan, Pengangguran, hingga Korupsi yang Merajalela: 6 Isu Sosial yang Mendesak untuk Diatasi

Oleh Abul Muamar
3 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia