Menerapkan Gift Economy: Bagaimana Kita Dapat Memupuk Ikatan dengan Berbagi
Foto: Kayl Photo di Unsplash.
Secara historis, manusia telah menjalani hidup dengan saling berbagi. Laku berbagi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem pertukaran berubah. Kini, ekonomi pasar mendorong akumulasi kepemilikan pribadi melampaui resiprositas seperti dalam konsep gift economy. Lantas bagaimana kita, sebagai bagian dari masyarakat, dapat menjaga tradisi berbagi tetap hidup?
Apa Itu Gift Economy?
Gift economy, juga dikenal sebagai ekonomi berbagi, adalah sistem pertukaran di mana barang dan jasa beredar di dalam komunitas tanpa ekspektasi eksplisit akan kompensasi langsung. Dalam konsep ini, hubungan dengan orang lain merupakan komponen terpenting karena hanya dapat berhasil melalui siklus timbal balik yang berkesinambungan. Dengan demikian, konsep ini dapat merawat koneksi sosial dan ikatan komunitas yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Selain tindakan berbagi, gift economy juga tentang mengelola sumber daya bersama. Elinor Ostrom, seorang ilmuwan politik dan ekonom, berpendapat bahwa pengelolaan sumber daya alam secara kolektif lebih berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua.
Misalnya, ekonomi berbagi dapat mengurangi total sumber daya yang dibutuhkan, polutan, emisi, dan jejak karbon. Contoh nyata dari hal ini adalah berbagi kendaraan. Di Shanghai, berbagi sepeda menghemat 8.358 ton penggunaan bensin pada tahun 2016.
Contoh lain dapat kita lihat di Pulau Samsø di Denmark. Para pandai besi dan pelaku bisnis lokal di pulau tersebut turut serta dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Hasilnya, mereka mengetahui seluk-beluk seluruh sistem energi dan dapat menawarkan jasa perbaikan bila diperlukan.
Praktik gift economy lain yang terkenal adalah potlatch. Potlatch adalah sebuah tradisi budaya Masyarakat Adat di sepanjang pesisir Barat Laut Pasifik yang mendistribusikan kembali barang-barang. Sistem ini sangat terstruktur dengan protokol untuk memastikan keberlanjutan. Contoh ini menekankan harapan untuk mengikuti aturan yang telah ditentukan sebelumnya agar ekonomi berbagi dapat berjalan.
Praktik Berbagi Bersama
Hari ini, praktik gift economy sebagian besar berlangsung dalam skala kecil atau di dalam lingkup sistem ekonomi yang ada. Meski menghidupkan kembali gift economy sepenuhnya nyaris mustahil, ada hal-hal yang dapat kita lakukan untuk memperkuat ikatan komunitas. Bagaimanapun, komunitas yang guyub dan inklusif sangat penting, terutama di masa krisis.
Kita bisa memulainya dengan hal-hal kecil. Berbagi makanan dan bertukar cerita adalah cara sederhana untuk saling peduli sekaligus menjaga budaya tetap hidup. Kita juga bisa bertukar pakaian dengan teman dan keluarga sebagai cara untuk mendapatkan pakaian “baru” tanpa mengeluarkan biaya lebih.
Praktik berbagi bersama juga dapat menyentuh anggota masyarakat yang tidak kita kenal secara pribadi. Misalnya, gerakan pertukaran buku lewat “perpustakaan mini” memungkinkan siapapun untuk menyumbangkan dan mengambil buku dari kotak perpustakaan yang dipasang di area publik. Gerakan ini mendorong berbagi pengetahuan dan literasi di tengah komunitas.
Lebih lanjut, komunitas memainkan peran penting dalam pembangunan berkelanjutan. Dari dapur bersama, bank makanan, hingga pendidikan di tengah ancaman iklim dan pengiriman makanan lintas batas, komunitas terus berperan aktif pada saat dibutuhkan. Berbagi dan pengelolaan kolektif juga berperan dalam transisi energi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, kepedulian ini dapat menyasar ke hal-hal yang tidak berwujud seperti kesehatan mental dan kesejahteraan lansia.
Memupuk Pengertian dan Kasih Sayang
Pada era di mana harga-harga naik berlipat-lipat, kerja ekstra untuk mendapatkan penghasilan tambahan dianggap lebih masuk akal dibanding mengobrol panjang lebar sambil makan malam dengan tetangga. Sistem kapitalistik para pemegang saham mengejar keuntungan bagi segelintir orang di atas segalanya, mulai dari manusia hingga planet Bumi. Sistem ini secara aktif mengikis waktu yang kita bersama alam dan lingkungan komunitas kita, yang dapat menyebabkan burnout.
Selain itu, sistem ini mempengaruhi cara kita memandang kekayaan dan konsumsi. Alih-alih memberikan apa yang kita miliki secara berlimpah, sistem ini justru mengarah pada konsumsi berlebihan yang memandang pengeluaran uang sebagai unjuk kekuatan ekonomi di depan umum.
Dalam realitas kita saat ini, ketimpangan ada di setiap sudut dan celah. Harapannya, tindakan berbagi bersama dapat menjembatani kesenjangan dan menciptakan kemajuan yang bermanfaat bagi manusia dan Bumi. Dengan berbagi, kita membantu memperpanjang umur sumber daya kita dengan menyalurkan apa yang kita miliki satu sama lain dan dengan mereka yang membutuhkan. Pada akhirnya, ikatan komunitas yang kita bagi akan sangat bermanfaat dalam membangun dunia yang lebih baik, sekarang maupun di masa depan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang
Menilik Risiko Pembangunan Pembangkit Panas Bumi di Kawasan Konservasi
Aktivisme Iklim Kaum Muda Tak Boleh Abai Soal Kolonialisme
Mengulik Akar Masalah Konflik Harimau Sumatera dengan Manusia di Lampung
Mengubah Limbah Pertanian Menjadi Biomaterial
Bisakah Kita Melawan Pemerasan oleh Perusahaan Teknologi?
Memanfaatkan Potensi Jamur untuk Restorasi Lingkungan melalui Mikoremediasi