Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Riset: Masyarakat Asia Tenggara Pemakan Mikroplastik Terbanyak di Dunia

Manusia di berbagai belahan Bumi mengonsumsi mikroplastik, dan masyarakat Asia Tenggara merupakan pemakan mikroplastik terbesar. Bagaimana dengan masyarakat Indonesia?
Oleh Ayu Nabilah
6 Maret 2025
nampan styrofoam berisi sampah plastik

Foto: Freepik

Saat ini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa mikroplastik telah mencemari lingkungan. Namun, bahaya mikroplastik lebih dekat dari yang kita bayangkan. Mulai dari makanan yang kita makan hingga udara yang kita hirup, manusia di berbagai belahan Bumi mengonsumsi mikroplastik, dan masyarakat Asia Tenggara merupakan pemakan mikroplastik terbesar.

Mikroplastik di Sekitar dan Di Dalam Kita

Mikroplastik pada dasarnya merujuk pada semua partikel plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 milimeter. Produksi mikroplastik erat kaitannya dengan kegiatan industri, terutama di negara-negara berkembang dan industri besar. Misalnya, kemasan plastik pada barang-barang konsumsi menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Sampah plastik yang masuk ke tempat pembuangan sampah tanpa pengelolaan yang baik akan terurai dengan tidak memadai dan berubah menjadi mikroplastik yang mencemari tanah dan air.

Salah satu cara mikroplastik masuk ke tubuh kita adalah melalui makanan laut. Organisme kecil di air, seperti plankton, mengonsumsi mikroplastik dan kemudian dimakan oleh ikan dan biota laut lainnya. Lalu, manusia menjadi pemakan mikroplastik ketika mengonsumsi makanan laut yang terkontaminasi. Cara lainnya adalah melalui udara. Mikroplastik yang masuk melalui udara terutama berasal dari material plastik yang diiris. Dalam kehidupan sehari-hari, ban dan talenan adalah contohnya.

Sebagian besar penelitian tentang bahaya mikroplastik pada tubuh manusia masih belum jelas. Namun, dampak potensial terhadap kesehatan kita ditemukan pada bayi dan tikus. Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dalam tubuh dapat menyebabkan cedera usus, infeksi hati, ketidakseimbangan mikroba, penumpukan lemak, dan pada akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme.

Pemakan Mikroplastik

Sayangnya, manusia hari ini menjadi pemakan mikroplastik dalam jumlah yang semakin besar. Sebuah studi di 109 negara menunjukkan serapan mikroplastik yang tertelan oleh manusia antara tahun 1990-2018, dan negara-negara berkembang menanggung beban terbesarnya. Menurut penelitian tersebut, asupan mikroplastik di 95% negara industri berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan di negara maju di Eropa dan Amerika Utara.

Penelitian tersebut mengungkap bahwa masyarakat Asia Tenggara sebagai pemakan mikroplastik terbesar di dunia. Tujuh dari sepuluh negara teratas berada di kawasan ini: Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, Laos, Thailand, dan Kamboja.

Rata-rata, manusia menelan mikroplastik seukuran setengah kartu kredit per bulan. Yang memprihatinkan, masyarakat Asia Tenggara mengonsumsi hingga tiga kali lipat jumlah rata-rata, dengan Malaysia dan Indonesia berada di puncak. Sementara itu, lima negara lainnya memiliki angka yang sedikit lebih rendah, yaitu sekitar dua kali asupan mikroplastik seukuran kartu kredit per bulan.

Membersihkan Sampah Plastik

Dampak mikroplastik terhadap lingkungan dan kesehatan sangat serius, dan semakin parah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, pembersihan sangatlah penting. Meningkatkan upaya untuk menghilangkan sampah plastik dari laut, yang dapat mengurangi 55% kontaminasi mikroplastik, merupakan tindakan yang penting. Sementara itu, bisnis dapat mengganti material plastik sekali pakai dengan bahan alternatif berbasis biodegradable dalam kemasan makanan dan minuman.

Selain itu, mengingat Asia Tenggara masih menjadi ‘tempat pembuangan sampah’ bagi beberapa negara maju, permasalahan sampah tidak hanya menjadi masalah nasional atau regional saja. Badan-badan nasional dan internasional harus menyediakan tata kelola dan intervensi yang kuat melalui perbaikan kebijakan seputar pengendalian kualitas pangan, konservasi laut, dan pengelolaan limbah industri. Bagaimanapun, lingkungan, masyarakat, dan negara kita hidup berdampingan di Bumi yang sama.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Cali Fund: Mendorong Peran Sektor Swasta dalam Menghentikan Penurunan Keanekaragaman Hayati
Berikutnya: Terhambatnya Transisi Energi Indonesia

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia