Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Tingginya Angka Pengangguran Kaum Muda Indonesia, Bagaimana Mengatasinya?

Angka pengangguran kaum muda di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?
Oleh Abul Muamar
14 Agustus 2024
potret dari belakang seorang laki-laki berkaos hitam mengangkat tangan di dalam ruang kelas

Foto: Felicia Buitenwerf di Unsplash.

Pekerjaan adalah aspek krusial dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebagai sumber penghidupan, pekerjaan sangat menentukan kondisi kesehatan dan kesejahteraan. Namun, di tengah dunia yang terus berkembang, memperoleh pekerjaan dirasa semakin sulit, termasuk oleh generasi muda yang sangat membutuhkan. Di Indonesia, angka pengangguran kaum muda saat ini semakin mengkhawatirkan. Lantas, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?

Pengangguran Kaum Muda

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 9,89 juta (22,25%) penduduk usia muda berusia 15-24 tahun yang tidak memiliki pekerjaan, tidak menempuh pendidikan, atau tidak menjalani pelatihan (Not in Employment, Education or Training atau NEET) pada tahun 2023. Meski menurun dibanding pada masa Pandemi COVID-19, persentase NEET kaum muda Indonesia masih lebih tinggi dibanding rata-rata dunia, yakni 21,6%. Beberapa faktor yang membuat tingginya angka kaum muda NEET menurut BPS di antaranya adalah kurangnya akses pendidikan, keterbatasan finansial, kewajiban rumah tangga, dan disabilitas.

Perempuan muda masih mendominasi jumlah kaum muda NEET, dengan angka mencapai 5,72 juta atau 26,54% dari total jumlah penduduk perempuan usia 15-24 tahun. BPS mengaitkan hal ini dengan tingginya keterlibatan perempuan muda dalam pekerjaan domestik yang menghambat mereka untuk melanjutkan pendidikan, memperoleh pelatihan untuk meningkatkan keterampilan, hingga mendapatkan pekerjaan.

Penyebab

Terdapat sejumlah faktor utama yang menyebabkan kaum muda di Indonesia tidak memperoleh pekerjaan ataupun pendidikan dan pelatihan. Salah satunya terkait kesenjangan keterampilan dan ketidaksesuaian (mismatch) antara pendidikan dan pelatihan yang diterima dengan kebutuhan industri. Pada saat yang sama, jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menandingi jumlah kaum muda saat ini, termasuk untuk kaum muda berpendidikan tinggi.

Di samping itu, terbatasnya akses pendidikan yang terjangkau juga turut berkontribusi terhadap masalah ini. Biaya pendidikan yang tinggi, terutama untuk memperoleh pendidikan berkualitas, telah menjadi hambatan signifikan bagi kaum muda dan orang tua mereka. Hambatan ini terutama dirasakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama mereka yang kesulitan atau tidak dapat mengakses beasiswa pendidikan.

Lebih lanjut, perkembangan dunia kerja yang semakin kompetitif di tengah lapangan kerja yang semakin sempit juga turut menjadi penyebab. Tanpa bekal keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan era kiwari dan gambaran dunia kerja masa depan, kaum muda akan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Tindakan yang Diperlukan

Mengatasi pengangguran kaum muda dan menyediakan pekerjaan yang layak untuk semua merupakan hal fundamental dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Tingginya angka pengangguran di kalangan generasi muda dapat memukul mundur segala kemajuan yang telah dicapai dalam menghapus kemiskinan dan ketimpangan. Pengangguran akan membuat kaum muda, terutama dari kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin, semakin sulit untuk merasakan kehidupan yang layak dan pada akhirnya membuat tujuan pembangunan berkelanjutan gagal tercapai.

Memang, harapan selalu ada. Laporan ILO bertajuk “Tren Ketenagakerjaan Global untuk Kaum Muda 2024” memperkirakan bahwa angka pengangguran kaum muda secara global akan turun pada tahun 2024 dan 2025. Pemulihan kondisi perekonomian pascapandemi di banyak kawasan, termasuk di Asia Tenggara, merupakan salah satu landasan prediksi tersebut. Namun, tanpa intervensi yang jelas untuk mewujudkan hal tersebut, kondisi di Indonesia berpotensi tidak akan membaik –bahkan bisa memburuk– pada tahun-tahun mendatang, terutama mengingat ketidakpastian politik dalam negeri dan geopolitik global yang turut dipengaruhi oleh perubahan iklim dan berbagai krisis lainnya.

“Tak seorang pun dari kita dapat menantikan masa depan yang stabil ketika jutaan anak muda di seluruh dunia tidak memiliki pekerjaan yang layak dan akibatnya, mereka merasa tidak aman dan tidak mampu membangun kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Masyarakat yang damai bergantung pada tiga unsur utama: stabilitas, inklusi, dan keadilan sosial; dan pekerjaan yang layak bagi kaum muda merupakan jantung dari tiga unsur tersebut,” kata Direktur Jenderal ILO Gilbert F Houngbo.

Laporan tersebut menyoroti lima aspek kebijakan yang memerlukan perbaikan untuk mengatasi masalah pengangguran kaum muda. Lima aspek tersebut meliputi kebijakan terkait ketenagakerjaan dan ekonomi untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja dan akses terhadap keuangan; pendidikan dan pelatihan untuk memudahkan transisi dari sekolah ke dunia kerja dan mencegah ketidaksesuaian keterampilan; kebijakan pasar tenaga kerja yang menargetkan lapangan kerja bagi kaum muda yang kurang beruntung; kebijakan kewirausahaan untuk membantu kaum muda yang potensial untuk menjadi pengusaha; dan hak-hak buruh yang didasarkan pada standar-standar ketenagakerjaan internasional untuk memastikan kaum muda menerima perlakuan yang sama dan mendapatkan hak-hak mereka di tempat kerja.

Untuk mendukung penguatan di lima aspek kebijakan tersebut, termasuk untuk mengatasi ketimpangan gender dan ketidakadilan dalam pasar tenaga kerja, laporan ILO memaparkan empat tindakan yang diperlukan, yakni:

  • Libatkan kaum muda dalam penentuan kebijakan, serta perkuat dialog sosial yang inklusif bagi kaum muda. 
  • Perkuat fokus penciptaan lapangan kerja melalui kebijakan makroekonomi dan sektoral yang responsif gender, dan pastikan bahwa intervensi ini melibatkan penciptaan lapangan kerja bagi perempuan muda.
  • Tingkatkan intervensi dari sisi penawaran yang sudah terbukti dampaknya dan berorientasi untuk memenuhi permintaan tenaga kerja, termasuk melalui penguatan kelembagaan, serta intervensi yang bertujuan untuk menghilangkan hambatan dalam akses ke pendidikan dan pengembangan keterampilan, terutama bagi kelompok rentan.
  • Tingkatkan kerja sama internasional, kemitraan publik-swasta, dan pendanaan untuk menutup kesenjangan global.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Menutup Kesenjangan Antara Komitmen dan Aksi Iklim di Asia Tenggara
Berikutnya: Akselerator Kesetaraan Gender dari UN Women untuk Tingkatkan Kesetaraan Gender dan Hak-Hak Perempuan

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia