Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Memperkuat Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah salah satu penyumbang terbesar sampah di Indonesia. Apa saja yang perlu dilakukan untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah pasar tradisional yang lebih baik?
Oleh Abul Muamar
19 Maret 2025
beberapa pedagang menjajakan dagangan di pasar tradisional.

Pasar Badung, Denpasar, Bali. | Foto: Wherda Arsianto di Unsplash.

Penumpukan sampah masih menjadi salah satu masalah mendesak di Indonesia hingga hari ini. Di antara berbagai sumber utama sampah, pasar tradisional adalah salah satu yang cukup menonjol. Saban hari, pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia menghasilkan puluhan hingga ratusan ton sampah beraneka jenis yang seringkali tidak terkelola dan hanya berakhir menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Oleh karena itu, memperkuat sistem pengelolaan sampah pasar tradisional dapat menjadi salah satu kunci dalam mengurangi penumpukan sampah di Indonesia.

Sampah Pasar Tradisional

Pasar tradisional di Indonesia secara umum menampilkan suasana ramai antara penjual dan pembeli, dengan berbagai jenis dagangan mulai dari sayuran, buah-buahan, ikan dan daging segar, bumbu masakan, hingga pakaian. Seringkali, pasar tradisional berbau tidak sedap, hasil dari kombinasi antara sampah membusuk yang belum diangkut dan air lindi dari sampah merembes. Bahkan di banyak pasar, tumpukan sampah biasanya dibiarkan berhari-hari dan baru diangkut ketika bak penampung telah penuh.

Faktanya, pasar tradisional berkontribusi signifikan terhadap penumpukan sampah di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2022, misalnya, pasar tradisional menyumbang 38,85% dari total timbulan sampah Indonesia, menjadikannya kontributor sampah terbesar kedua setelah rumah tangga (40,23%). Sampah-sampah organik seperti sisa potongan daging, sayuran, dan buah-buahan yang menyusut atau mulai membusuk mendominasi sampah pasar tradisional, meskipun banyak juga sampah jenis lainnya termasuk sampah berbahan plastik seperti kantong kresek dan botol.

Oleh karena itu, diperlukan upaya masif yang melibatkan seluruh pihak untuk mengurangi volume sampah pasar.

seorang perempuan menyapu sampah di dekat tumpukan sampah
Tumpukan sampah di Pasar Rasamala, Semarang. | Foto: Abul Muamar.

Upaya Pemerintah

Beragam upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi masalah penumpukan sampah, termasuk sampah yang berasal dari pasar tradisional, mulai dari masyarakat sipil hingga pemerintah.

Dari pemerintah, misalnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Kementerian Lingkungan Hidup meluncurkan Gerakan Nasional Membersihkan Pasar Nusantara (Gernas Mapan) pada 22 Februari 2025. Gerakan ini bertujuan untuk memperbaiki tata kelola sampah untuk mewujudkan pasar tradisional yang lebih bersih dan nyaman. Peluncuran gerakan ini ditandai dengan Aksi Bersih Pasar di Pasar Atas, Cimahi, Jawa Barat, yang disusul oleh aksi serupa di pasar-pasar lain di berbagai daerah.

Gernas Mapan berfokus pada pemilahan, pengolahan, dan pengurangan sampah dengan melibatkan berbagai pihak terutama pengelola pasar, pedagang, dan komunitas lokal. Melalui gerakan ini, Kemendag akan menggencarkan sosialisasi dan edukasi mengenai pengelolaan sampah pasar untuk meningkatkan efektivitasnya, seraya melakukan aksi pembersihan pasar secara berkala.

Pengelolaan Berkelanjutan

Namun, masalah penumpukan sampah membutuhkan solusi yang lebih dari sekadar ajakan atau gerakan-gerakan yang bersifat “gimik”. Mengatasi penumpukan sampah membutuhkan upaya masif, terukur, dan menyeluruh dengan berbagai pendekatan yang melibatkan sinergi seluruh pihak, mulai dari individu di tingkat rumah tangga, masyarakat sipil secara luas, hingga bisnis. Mengadopsi, mengadaptasi, dan memperluas pendekatan dan langkah-langkah yang telah terbukti efektif dapat menjadi salah satu jalan yang penting.

Misalnya, sebuah lembaga masyarakat bernama FOKKALIS mengelola sampah pasar tradisional melalui kerja sama dengan para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, untuk memilah buah dan sayur berdasarkan kelayakannya. Buah dan sayur yang masih layak dan aman dikonsumsi dialihkan ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai bahan untuk membuat berbagai produk olahan. Sementara itu, buah, sayur, dan sisa makanan lain yang sudah tidak layak konsumsi dijadikan kompos untuk mendukung pertanian.

Pendekatan lain yang dapat diterapkan adalah dengan memobilisasi masyarakat, dalam hal ini terutama para pedagang dan pembeli, untuk berperan aktif dalam mengurangi sampah. Selain sosialisasi dan edukasi, mobilisasi dapat dilakukan dengan pemberian insentif dan pemberlakuan denda untuk meningkatkan aksi pemilahan, pengolahan, dan pengurangan sampah di tingkat individu.

Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah dapat membantu menyediakan fasilitas pengolahan sampah yang dapat memudahkan para pedagang, pembeli, pemasok barang dagangan, pengelola pasar, dan berbagai aktor lainnya untuk memilah sampah mereka, mulai dari tempat sampah yang dibedakan berdasarkan jenis, hingga infrastruktur daur ulang yang memadai. Selain meningkatkan dan memperbaiki tata kelola sampah oleh aktor formal, pelibatan aktor-aktor di sektor informal persampahan juga sangat penting. Pemulung, pengepul, dan pengelola bank sampah memiliki peran krusial untuk menekan jumlah sampah yang dikirim ke TPA melalui daur ulang atau pemanfaatan kembali.

Pasar-pasar tradisional juga dapat mulai menerapkan operasi yang lebih berkelanjutan secara menyeluruh, seperti larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai dan mewajibkan para pembeli membawa tas atau keranjang belanja sendiri dari rumah, serta menggunakan berbagai peralatan yang dapat terurai. Dalam hal ini, dukungan dari pemerintah berupa regulasi sangat dibutuhkan. Untuk meningkatkan pengolahan sampah organik seperti sisa sayur, buah, dan potongan daging, pasar-pasar tradisional dapat menerapkan budidaya maggot BSF (black soldier fly) seperti di Pasar Bauntung Banjarbaru Kalimantan Selatan atau membuat peternakan cacing seperti di Pasar Queen Victoria di Melbourne, Australia.

Perlu Langkah Komprehensif

Pada akhirnya, mengatasi masalah penumpukan sampah harus dilakukan secara komprehensif dan dari seluruh sumbernya. Mengingat berbagai dampak buruk yang ditimbulkan, pendekatan ‘nol sampah ke TPA’ dapat menjadi kunci untuk mengurangi jumlah sampah yang tidak terkelola. Intervensi perubahan perilaku dan meningkatkan tanggung jawab dalam mengelola sampah rumah tangga, yang merupakan kontributor terbesar sampah setiap tahunnya, adalah langkah awal yang sangat dibutuhkan.

Lebih lanjut, mengatasi masalah pendanaan, terutama untuk mendukung ekosistem daur ulang dan pengolahan residu sampah, adalah faktor krusial lainnya. Dan yang tidak kalah penting adalah mendorong dan mengarusutamakan penerapan prinsip ekonomi sirkular dan tanggung jawab produsen yang diperluas (Extended Producer Responsibility/EPR) di kalangan bisnis.

Mengingat kompleksitasnya yang tinggi, penanganan dan pengelolaan sampah membutuhkan kolaborasi dan kontribusi dari semua pihak. Sebagai individu, kita semua dapat berperan dengan mulai mengurangi produksi sampah dari sumbernya melalui pemanfaatan kembali material-material secara berkelanjutan untuk memaksimalkan masa pakainya.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Demokrasi yang Cacat di Indonesia: Kebebasan Berpendapat di Bawah Ancaman Kekerasan Aparat
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Ketimpangan, Pengangguran, hingga Korupsi yang Merajalela: 6 Isu Sosial yang Mendesak untuk Diatasi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Dunia yang Kian Gemerlap dan Kelap-kelip Kunang-Kunang yang Kian Lenyap
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Peta Jalan Dekarbonisasi Industri untuk Tekan Emisi di Subsektor Intensif-Energi

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatnya Populasi Kupu-Kupu Raja di Meksiko di Tengah Ancaman Kepunahan
Berikutnya: Uni Eropa Perbarui Berkala Daftar Limbah untuk Dukung Sirkularitas Baterai

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia