Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan
Kita semua membutuhkan makanan. Namun, makanan yang sehat hari ini mulai sulit dijangkau dan harganya cenderung mahal. Hal ini menjadi persoalan mengingat pangan yang sehat sangat penting untuk menunjang kualitas hidup seseorang dan mendukung produktivitas nasional.
Di tengah perubahan iklim dan perang antarnegara, krisis pangan mulai mengancam. Menurut Laporan Keadaan Ketahanan Pangan dan Nutrisi Dunia 2022 yang dirilis FAO, hampir 2,3 miliar orang mengalami kerawanan pangan sedang atau parah, dan hampir 3,1 miliar orang tidak mampu membeli makanan yang sehat dan seimbang.
Di wilayah perkotaan di mana lahan pertanian kian menyusut, ancaman krisis pangan lebih terasa. Orang-orang banyak mengonsumsi makanan artifisial. Kondisi tersebut menjadi fokus perhatian komunitas Seni Tani di Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Mengusung pertanian berkelanjutan dengan pendekatan Community Supported Agriculture (CSA), Seni Tani hadir untuk menjawab tiga tantangan utama, yakni:
- Tingginya angka impor pangan di Kota Bandung.
- Tingginya tingkat depresi pemuda di Kota Bandung yang salah pemicunya adalah keterbatasan lapangan pekerjaan.
- Banyaknya lahan tidur di wilayah perkotaan yang terbengkalai.
Atas nama Green Network, saya mewawancarai Vania Febriyantie, penggagas Seni Tani melalui Zoom pada 14 Desember 2022. Kami berbincang seputar ketahanan pangan di wilayah perkotaan dan bagaimana Seni Tani berupaya untuk mewujudkannya.
Bagaimana awalnya Seni Tani terbentuk?
Awalnya, kami membentuk 1000Kebun pada tahun 2015. Itu komunitas yang saya dan beberapa teman inisiasi pada tahun 2015. Kami fokus pada pemanfaatan lahan tidur yang terbengkalai di perkotaan. Kami melihat itu sebagai peluang untuk menciptakan akses pangan yang dekat dan sehat.
Gerakan kami awalnya lebih ke edukasi dan membangun kesadaran akan pentingnya pangan sehat. Kami bertujuan untuk mempertemukan konsumen dan produsen lokal, dengan harapan terjadi interaksi dan timbul rasa empati dan engagement (keterikatan) yang tinggi antara masyarakat dengan petani lokal.
Selama 2015-2020, kami mengadakan berbagai kegiatan, yang kami sebut Ngebun Seru. Kegiatannya berupa berkebun dan workshop. Lalu pandemi COVID-19 datang, dan makin banyak yang mempertanyakan 1000Kebun lokasinya di mana. Karena kami basisnya di Bandung, akhirnya kami berpikir untuk tetap beraktivitas sambil tetap menjaga jarak. Dari situ, terbentuklah Seni Tani.
Apa misi Seni Tani?
Kami punya misi untuk meregenerasi petani. Kami ajak anak-anak muda yang baru lulus SMA, yang belum bisa kuliah, untuk berkebun di kebun Seni Tani. Hasil panennya kami distribusikan melalui sistem langganan, dengan mekanisme CSA (Community Supported Agriculture) atau kami menyebutnya dengan istilah “Tani Sauyunan”. Sauyunan berarti kebersamaan. Kebersamaan antara petani muda dan para anggota CSA.
Pendekatan CSA ini mengajak orang-orang dalam komunitas untuk bisa berlangganan sayuran, dengan cara berinvestasi di awal. Kami urunan untuk menutupi biaya operasional petani muda di Seni Tani. Hasil panennya akan dibagikan seminggu sekali ke setiap anggota.
Bagaimana kondisi ketahanan pangan di Indonesia, khususnya bagi orang-orang yang tinggal di wilayah perkotaan?
Krisis pangan di perkotaan sudah berlangsung saat ini. Dalam hal ini, krisis pangan yang sudah terjadi lebih ke soal kualitas pangan. Kita memang masih bisa makan setiap hari, tetapi bagaimana dengan kualitas makanannya? Sekarang real food dan artificial food sudah berbaur. Anak-anak muda di perkotaan cenderung mengkonsumsi makanan yang manis-manis. Boba dan segala macam.
Kita lihat, sekarang makanan artifisial lebih murah dibanding real food. Makanan yang organik cenderung tidak affordable (terjangkau). Sedih kita. Kenapa sih makanan organik dan sehat harus mahal? Kenapa jadi eksklusif?
Pada akhirnya makanan yang sehat-sehat hanya dirasakan oleh orang-orang yang mampu saja. Teman-teman kita yang belum berkecukupan, terpaksa makan makanan yang tidak sehat.
Pada poin inilah krisis pangan itu berlangsung. Padahal pangan sehat sangat memungkinkan untuk dibuat inklusif. Kami punya hashtag #pangansehatuntuksemua. Harapan kami, makanan sehat bisa dinikmati semua orang. Sehingga ke depannya orang-orang kembali lumrah memakan real food dengan harga yang lumrah pula.
Apa saja yang Seni Tani lakukan?
Ada tiga aspek yang Seni Tani perjuangkan: lingkungan, sosial dan ekonomi. Untuk lingkungan, seperti yang sudah saya katakan, kami mengubah lahan tidur di kawasan lahan yang dilalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Arcamanik. Di lahan tersebut kami menerapkan urban farming dengan memanfaatkan potensi sumber daya sekitar menjadi kebun pangan melalui pertanian organik yang berkelanjutan.
Pada aspek sosial, Seni Tani melibatkan pemuda dan komunitas untuk mendapatkan nature healing melalui Kebun Komunal; memberikan pelatihan urban farming; dan menyediakan akses pangan lokal yang sehat. Untuk ekonomi, para petani muda di Seni Tani berdaya dan mendapatkan kepastian pendapatan dari penjualan hasil tani dengan pendekatan sistem CSA.
Kami ingin mengubah paradigma bahwa bukan kita yang membantu petani, tetapi petani yang membantu kita untuk bisa makan. Petani itu bukan dikasihani, tapi petani yang kasihan sama kita. Kalau tidak ada petani, kita mau makan apa?
Kadang-kadang orang tidak adil terhadap petani. Suka menawar, misalnya. Orang seperti itu tidak mengerti kalau kerja petani itu penuh dengan ketidakpastian. Cuaca yang tidak menentu, ancaman gagal panen, distribusi yang sulit, dan sebagainya.
Semangat yang Seni Tani bawa adalah bagaimana agar petani, dengan sistem CSA, bisa mendapatkan harga yang adil dan masyarakat bisa mendapatkan pangan sehat dan dekat.
Apa saja pencapaian Seni Tani?
Dari lahan terbengkalai yang kami manfaatkan, sekarang sudah ada tujuh petani muda kota yang sama-sama bekerja keras untuk menghasilkan sayuran sehat bagi masyarakat. Kami berhasil menghasilkan 303.843 Kg sayuran hijau dengan lahan 1.500 meter persegi.
Semua hasil sayuran sehat ini kami distribusikan ke beberapa mitra Seni Tani dan utamanya untuk para anggota CSA Tani Sauyunan, dengan jumlah rata-rata anggota 20 orang per bulan.
Di lahan tersebut kami juga memproduksi kompos sendiri supaya bisa memanfaatkan sampah-sampah hijauan dan coklatan dari lingkungan sekitar kami. Kami berhasil memproduksi 2.268 Kg kompos dan membantu kedai-kedai kopi di lingkungan sekitar kami untuk memanfaatkan 560 Kg ampas kopinya sebagai salah satu bahan pembuatan kompos.
Bagaimana potensi pertanian perkotaan untuk ketahanan pangan?
Potensi pertanian perkotaan untuk ketahanan pangan menurutku sangat besar. Kalau ada lahan yang cukup luas, bisa dibuat urban farming yang bisa dikembangkan menjadi bisnis. Tapi kalau tidak ada, bisa sekadar untuk kebutuhan pribadi.
Saya sering kepikiran, bagaimana kalau kita adakan wajib tani–seperti halnya ada wajib militer. Misalnya, di Korea orang wajib militer saat akan masuk kuliah, mungkin di Indonesia bisa diterapkan wajib bertani sebelum kuliah. Wajib tani ini sekaligus bisa menjadi strategi survive (bertahan hidup) kita. Apalagi kalau kita bermaksud untuk mengatasi tantangan krisis pangan.
Kebijakan seperti apa yang Anda harapkan dari pemerintah?
Subsidi pupuk itu menurut saya kebijakan yang kurang tepat sasaran. Mungkin perlu diubah. Misalnya, subsidinya diberikan kepada orang-orang yang pengen beli makanan sehat dari petani. Kalau ada Kartu Indonesia Sehat, mungkin perlu diadakan semacam “kartu pangan sehat”. Orang-orang bisa mendapat akses pangan yang sehat dan terjangkau, tetapi petaninya juga nggak bangkrut.
Untuk subsidi pupuk, petani memang dapat pupuk murah, tapi yang diuntungkan cuma pabrik pupuk. Padahal pupuk kimiawi juga merusak lingkungan. Mungkin perlu dibalik, petaninya yang diuntungkan, dengan cara tidak perlu membeli pupuk subsidi tetapi menghasilkan pupuk sendiri dari resource yang ada di sekitar.
Kemudian, pemerintah perlu memberikan akses lahan bagi pemuda atau orang-orang di perkotaan agar bisa bertani. Saya sering sekali melihat lahan terbengkalai yang cukup luas di perkotaan, ditutupi pagar. Mungkin pemerintah bisa memberikan lahan itu agar bisa dikelola warga. Mungkin dengan membebaskan pajak, mempermudah perizinan, dan sebagainya. Yah, sekalian untuk menghindari kemubaziran.
Aktivitas Seni Tani dapat diikuti melalui akun Instagram @kamisenitani.
Artikel ini diterbitkan dengan penjadwalan per 23 Desember 2022. Saat ini, seluruh tim Green Network sedang libur akhir tahun bersama sampai 02 Januari 2023.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Di dunia profesional, ia memiliki pengalaman sepuluh tahun bekerja di bidang jurnalisme di beberapa media sebagai reporter dan editor.