Menjaga Keanekaragaman Ikan Air Tawar dengan Teknologi Fishway
Ikan air tawar berperan penting bagi kehidupan manusia dan keseimbangan ekosistem. Dalam siklus hidupnya, mayoritas ikan air tawar melakukan migrasi untuk dapat berkembang biak. Namun, pembangunan infrastruktur yang membelah sungai, seperti bendungan, jembatan, hingga gorong-gorong, dapat menghalangi jalur ikan air tawar dalam bermigrasi. Terkait hal ini, penggunaan teknologi fishway dapat membantu menyediakan jalur migrasi bagi ikan air tawar di tengah maraknya pembangunan infrastruktur di wilayah sungai.
Menurunnya Keanekaragaman Ikan Air Tawar
Laporan World Wide Fund for Nature (WWF) berjudul “The World’s Forgotten Fishes” mengungkap bahwa 51% dari seluruh spesies ikan di dunia merupakan ikan air tawar. Secara global, ikan air tawar menjadi sumber makanan bagi sekitar 200 juta orang dan sumber pendapatan bagi sekitar 60 juta orang. Ironisnya, sepertiga spesies ikan air tawar dalam keadaan terancam punah, dengan 80 spesies telah berstatus punah.
Indonesia sendiri diperkirakan memiliki 1.300 spesies ikan air tawar, nomor dua terkaya di dunia setelah Brazil. Sayangnya, 8% dari jumlah spesies tersebut terancam punah. Di antara berbagai hal yang mengancam keanekaragaman ikan air tawar, fragmentasi habitat akibat pembangunan infrastruktur mendapat banyak sorotan.
Infrastruktur memang dibutuhkan dalam pembangunan. Namun, pembangunan infrastruktur yang berdampak pada habitat ikan air tawar, dapat mengganggu dan merusak siklus migrasi ikan. Padahal, sekitar 80% spesies ikan air tawar di Indonesia membutuhkan migrasi dalam siklus hidupnya untuk berbagai hal, misalnya untuk berkembang biak dan mencari makan. Sebagai contoh, dalam pembangunan Bendungan Perjaya di Sungai Komering, Sumatera Selatan, terjadi penurunan jumlah spesies ikan dari 50 spesies menjadi 30 spesies.
Mengenal Teknologi Fishway
Teknologi fishway dikenal dapat membantu mengatasi permasalahan yang menghalangi jalur migrasi ikan air tawar. Dikenal juga sebagai fish ladder atau fish passage, teknologi ini merupakan infrastruktur yang dapat memfasilitasi migrasi ikan agar dapat melintasi bangunan yang melintangi sungai, seperti bendungan.
Bentuk fishway beragam dan desainnya dibuat sesuai dengan keadaan sungai serta bendungan yang dibangun. Namun konsep dasar dari fishway, yang biasanya dibangun di sisi kanan atau kiri suatu bendungan, adalah sebuah jembatan yang terdiri dari beberapa kolam dengan level atau ketinggian berbeda. Level berbeda ini kemudian berfungsi sebagai tangga bagi ikan untuk dapat bermigrasi dari hilir ke hulu sungai, atau sebaliknya.
Penerapan fishway memerlukan kolaborasi ilmu perikanan serta fisika. Hal ini disebabkan karena pola aliran air, kecepatan, turbulensi, hingga tinggi level kolam-kolam yang ada pada fishway harus disesuaikan dengan kemampuan spesies ikan yang menghuni sungai terkait. Dengan begitu, tidak ada standar tetap mengenai desain maupun jenis fishway yang dapat dipakai pada suatu sungai atau bendungan. Dalam praktiknya, penggunaan fishway juga melibatkan masyarakat lokal sekitar sungai untuk memantau perpindahan atau migrasi ikan endemik.
Fishway di Indonesia
Penggunaan teknologi fishway di kawasan Asia Tenggara mulai meningkat. Namun, di Indonesia, hingga pertengahan tahun 2024, dari 3.530 bendungan yang telah dibangun, hanya empat yang telah dilengkapi dengan fishway, di antaranya adalah Bendung Perjaya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan; Bendungan Batanghari di Sungai Dharmasraya, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat; dan Dam Poso 1 serta Bendung PLTA Poso 2 di Sulawesi Tengah.
Pada Mei 2024, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Charles Sturt University, Australia, dan Australian Centre For International Agricultural Research (ACIAR) untuk memulai proyek pengembangan dan penelitian fishway di Indonesia. Kerja sama ini berfokus untuk menyelamatkan spesies ikan Sidat yang merupakan spesies ikan air tawar asli Indonesia. Dalam jangka panjang, proyek ini diproyeksikan untuk menjaga keanekaragaman spesies ikan air tawar lain di Indonesia.
Kolaborasi Semua Pihak
Pemanfaatan teknologi fishway memerlukan kolaborasi berbagai pihak, utamanya peneliti dan pemerintah, mengingat lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan teknologi ini, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi efektivitas. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah data yang memadai mengenai keberadaan serta sebaran spesies ikan air tawar di Indonesia, sehingga dapat menjadi titik berangkat upaya konservasi keanekaragaman ikan air tawar.
Namun, fishway bukanlah satu-satunya cara untuk mencegah kepunahan berbagai spesies ikan air tawar. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai tindakan lain yang mendesak, di antaranya penerapan perikanan air tawar yang berkelanjutan, penegakan hukum regulasi pencemaran sungai, hingga pelibatan masyarakat dalam menjaga ekosistem serta kebersihan sungai.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Titis adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia sedang menempuh semester akhir pendidikan sarjana Ilmu Hukum di Universitas Brawijaya. Ia memiliki passion di bidang penelitian lintas disiplin, penulisan, dan pengembangan komunitas.