Menjaga Kesehatan Diri dan Lingkungan dengan Pola Makan Berkelanjutan
Semua orang membutuhkan makanan untuk menjalani hidup. Namun, untuk merasakan hidup yang sehat, diperlukan pola makan yang sehat pula. Di tengah tantangan global yang terus berkembang, menjaga kesehatan diri dan lingkungan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keharusan. Pola makan berkelanjutan menjadi salah satu upaya dalam menjawab tantangan tersebut.
Masalah Pola Makan di Indonesia
Secara umum, pola makan masyarakat Indonesia memiliki beberapa kesalahan yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan individu dan lingkungan. Kesalahan tersebut tidak terlepas dari faktor kesejahteraan (kemiskinan dan ketimpangan), keterbatasan pengetahuan mengenai nutrisi yang seimbang, serta kurangnya akses ke makanan kaya nutrisi. Kesalahan umum dalam pola makan ini mencakup rendahnya konsumsi sayur, buah, dan protein, sementara konsumsi garam, gula, dan lemak cukup tinggi. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah cenderung mengkonsumsi karbohidrat jauh lebih besar dibandingkan nutrisi lainnya, karena daya beli yang rendah.
Pola makan yang tidak sehat ini berkaitan dengan jutaan kematian setiap tahunnya. Tidak hanya kesehatan fisik, pola makan yang tidak sehat juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental, seperti meningkatkan risiko depresi dan ansietas (gangguan kecemasan).
Sebuah penelitian mengungkap bahwa konsumsi gula dan daging yang tinggi di Indonesia juga berdampak buruk terhadap lingkungan. Sebagai contoh, kebiasaan mengkonsumsi nasi tiga kali sehari secara tidak langsung berkontribusi terhadap jumlah emisi gas rumah kaca (GRK), karena mendorong produksi beras dalam jumlah besar. Begitu juga dengan konsumsi daging yang tinggi, yang secara tidak langsung mendorong produksi daging dalam jumlah besar di peternakan–yang merupakan salah satu penyumbang emisi GRK yang signifikan.
Produksi daging dan produk hewani yang tinggi lemak juga memerlukan lebih banyak air dibandingkan dengan produksi tanaman pangan. Rata-rata konsumsi air tawar per ton produk hewani lebih besar dibandingkan produk nabati.
Panduan Pola Makan Berkelanjutan
Menurut Food and Agricultural Organization (FAO), pola makan berkelanjutan adalah pola makan yang meminimalkan dampak lingkungan dan berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan gizi serta menjaga kesehatan generasi saat ini dan generasi mendatang. Keberlanjutan dalam pola makan tidak hanya terbatas pada aspek nutrisi dan lingkungan, tetapi juga mencakup dimensi ekonomi dan sosial-budaya, termasuk kearifan lokal.
Sejak tahun 1992, FAO dan World Health Organization (WHO) telah mengembangkan Pedoman Pola Makan Berbasis Makanan (Food-Based Dietary Guidelines/FBDG) sebagai dasar kebijakan terkait makanan dan nutrisi publik, kesehatan, pertanian, serta program pendidikan nutrisi untuk mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup yang sehat.
Rekomendasi praktik dan pilihan pangan dalam panduan ini antara lain:
- Menerapkan pola makan nabati
- Fokus pada pangan musiman dan lokal
- Pengurangan sampah dan susut makanan
- Konsumsi ikan yang berasal dari sumber daya yang berkelanjutan
- Pengurangan konsumsi daging merah dan daging olahan, makanan olahan, dan minuman yang mengandung gula.
Prinsip Panduan Pola Makan Berkelanjutan
Pada tahun 2019, FAO dan WHO mengadakan konsultasi ahli internasional mengenai Pola Makan Sehat Berkelanjutan (Sustainable Healthy Diets/SHD). Hasil pertemuan ini menyatakan bahwa salah satu tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan SHD yang mudah diakses, terjangkau, dan aman adalah pengembangan FBDG sesuai dengan prinsip panduan SHD yang dibagi ke dalam aspek kesehatan, aspek dampak lingkungan, dan aspek sosial-budaya.
Prinsip-prinsip tersebut menganjurkan pemilihan bahan utama makanan nabati dalam jumlah besar dan hewani dalam jumlah sedang hingga kecil. Prinsip-prinsip tersebut menyoroti aspek lingkungan yang berhubungan dengan sumber protein hewani, termasuk emisi gas rumah kaca, penggunaan air dan lahan, serta keanekaragaman hayati. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya:
- Mengurangi konsumsi lemak, gula, dan garam.
- Memperbanyak konsumsi biji-bijian, kacang, buah, dan sayuran.
- Konsumsi telur, produk susu, daging unggas, ikan dalam jumlah sedang dan daging merah dalam jumlah sedikit.
- Memprioritaskan air minum yang aman dan bersih.
- Menghindari penangkapan ikan serta perburuan berlebihan.
- Meminimalkan penggunaan antibiotik dalam produksi makanan.
- Berbasis pada budaya, keterampilan, pengetahuan, dan nilai konsumsi lokal.
- Menekan susut dan limbah pangan.
Mendorong Pola Makan Berkelanjutan di Indonesia
Lebih dari 100 negara telah mengembangkan Pedoman Pola Makan Berbasis Makanan (FBDG), dengan istilah yang berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan Pedoman Gizi Seimbang pada tahun 2014 yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 Tahun 2014. Selain mengatur kandungan gizi di setiap porsi jenis makanan, pedoman ini juga mencantumkan pesan umum untuk berbagai lapisan masyarakat agar mempertahankan gaya hidup sehat.
Namun, salah satu tantangan yang mesti diatasi adalah minimnya pemahaman publik tentang konsep nutrisi yang seimbang dan pola makan sehat, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidaksesuaian antara panduan gizi seimbang yang dirancang oleh pemerintah dengan makanan lokal yang umum dikonsumsi masyarakat. Selain itu, masalah-masalah yang lebih mendasar, seperti kemiskinan ekstrem dan terbatasnya akses ke makanan kaya nutrisi yang terjangkau untuk semua, juga menjadi tantangan yang mesti diatasi.
Untuk itu, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terkait mesti melakukan pendekatan yang inklusif untuk mendorong pola makan berkelanjutan di tengah keberagaman budaya dan pilihan makanan lokal. Sebab, pada akhirnya, pola makan berkelanjutan bukan hanya tentang pilihan makanan, tetapi juga tentang memahami dan mengintegrasikan aspek-aspek kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Busra adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Mataram. Ia memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan dengan topik seputar pendidikan, sosial, dan budaya.